بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
PENTINGNYA UPGRADE IMAN DI BULAN RAMADAN
Berikut ini adalah enam hal yang insyaAllah akan memerbaiki kualitas keimanan dan ketakwaan kita, terutama di bulan Ramadan.
Pertama: Mengenal lebih dekat Rabb yang kita sembah
Hal ini harus kita dahulukan dari yang lain, dan tentunya harus kita lakukan dengan cara yang benar dan sesuai syariat. Oleh karenanya, proses mengenal Allah serta takut kepada-Nya hanya bisa dicapai dengan belajar dan menuntut ilmu. Karena berilmu merupakan kunci dari munculnya rasa takut kepada Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.” [QS. Fatir: 28]
Kedua: Hidup bersama Alquran
Tidak hanya sekadar membaca saja, cobalah sembari menadaburinya dan menghayati maknanya. Karena hal ini merupakan salah satu sifat orang Mukmin yang diterangkan oleh Allah ﷻ:
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا
“Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya.” [QS. Al-Anfal: 3]
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
“Membaca suatu ayat dengan disertai penghayatan dan pemahaman itu jauh lebih baik dari sekadar mengkhatamkan tanpa disertai penghayatan dan pemahaman. Serta lebih bermanfaat untuk hati dan lebih ampuh di dalam menambah keimanan dan merasakan lezatnya Alquran.”
Ketiga: Selalu mengingat Allah di setiap keadaan
Senantiasa menjadikan lisan kita berzikir kepada Allah ﷻ, meminta ampun kepada-Nya, bertasbih kepada-Nya di setiap keadaan. Karena Rasulullah ﷺ bersabda:
مثل الذي يذكر ربه والذي لا يذكر ربه مثل الحي والميت
“Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya (berzikir) dengan orang yang tidak mengingat Tuhannya seperti orang yang hidup dengan yang mati.” [HR. Bukhari no. 6407 dan Muslim no. 779]
Keempat: Menyelesihi hawa nafsu dengan cara mendahulukan apa-apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
ثلاث من كنَّ فيه وجد حلاوة الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار
“Tiga hal, barang siapa memilikinya, maka ia akan merasakan manisnya iman. (Yaitu)
• Menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya,
• Mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan
• Benci kembali kepada kekufuran, sebagaimana ia benci jika dilempar ke dalam api Neraka.” [HR. Bukhari no. 16, Muslim no. 43 dan Tirmidzi no. 2624]
Kelima: Bersemangat di dalam menghadiri majelis ilmu, di mana di dalamnya digunakan untuk mengingat Allah ﷻ.
Bila belum mampu, maka selektiflah di dalam berteman. Pilihlah teman-teman yang saleh, teman yang senantiasa mengingatkanmu akan Allah ﷻ, karena ini merupakan kebiasaan para sahabat. Contoh saja Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ketika beliau duduk-duduk dengan salah satu sahabatnya, ia akan berkata: “Duduklah bersama kami untuk (memerbarui) iman walau hanya sebentar.” Sesungguhnya teman itu sebagaimana yang sering dikatakan adalah “penarik.”
Seorang penyair juga pernah berkata:
عن المرء لا تسأل وسل عن قرينه.. فكل قرين بالمقارن يقتدي
“Tentang seseorang jangan tanya (siapa dia), tetapi tanyalah siapa temannya. Maka setiap teman akan mengikuti orang yang dia temani.”
Keenam, dan yang terakhir: Bersemangatlah di dalam melakukan ketaatan serta menjauhkan diri dari kemaksiatan, serta tidak lupa terus-menerus berdoa dan bergantung kepada Allah ﷻ.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ، مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ
“Fitnah akan dihamparkan ke hati seperti tikar dihamparkan sehelai demi sehelai. Hati mana saja yang menyelaminya, maka akan berbekas titik hitam padanya. Dan hati mana saja yang mengingkarinya, maka akan berbekas titik putih. Sehingga keadaan hati menjadi dua bagian:
• Putih seperti batu licin yang tidak terpengaruh oleh fitnah selama ada langit dan bumi, sedangkan hati yang satu lagi
• Hitam berdebu seperti cangkir yang terbalik. (Akibatnya ia) tidak mengenal yang makruf dan tidak mengingkari yang mungkar, selain yang diserap hawa nafsunya.” [HR. Muslim no. 144]
Dalam hadis ini Rasulullah ﷺ menerangkan tentang keadaan hati ketika didatangi fitnah. Hati yang sehat semakin mantap dan mengkilap ketika fitnah datang, sedangkan hati yang sakit semakin menghitam ketika fitnah datang.
Semoga Allah ﷻ senantiasa menjaga keistikamahan kita di dalam beramal, menjadikan Ramadan kali ini sebagai perbaikan diri kita, bukan hanya untuk Ramadan ini saja, namun berkelanjutan hingga ajal menjemput kita.
Sumber: https://muslim.or.id/73609-khotbah-jumat-pentingnya-upgrade-iman-di-bulan-ramadan.html
══════
Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Leave A Comment