بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
MENANGGAPI PENDAPAT SEBAGIAN ULAMA YANG MEMBOLEHKAN MAULID NABI
As Suyuthi, Ibnu Hajar Al Haitsami, Ibnu Hajar Al Asqalani, adalah beberapa ulama yang memfatwakan bolehnya merayakan Maulid Nabi Muhammad ﷺ. Namun pendapat mereka sama sekali tidak didasari oleh dalil sahih atau pemahaman para salaf, kecuali hadis-hadis Dhaif, istihsan, atau qiyas.
Pendapat ini BERTENTANGAN dengan kaidah-kaidah syari yang fundamental, di antaranya:
• Ibadah itu tauqifiyyah, hanya bisa disyariatkan atau ditetapkan berdasarkan dalil. Mensyariatkan ibadah tanpa dalil akan termasuk yang disebut dalam firman Allah ﷻ:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Apakah mereka mempunyai Sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan ajaran agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah), tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memeroleh azab yang amat pedih.” [QS. Asy Syura: 21]
Juga sabda Rasulullah ﷺ:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan berasal dari urusan (agama) kami, maka amalan itu tertolak.” [Muttafaq ‘alaihi]
• Hadis Dhaif tidak bisa menjadi hujjah dalam mensyariatkan sebuah ibadah.
• Para ulama bersepakat atas kaidah:
لا قياس ف إثبات العبادة
“Tidak ada qiyas dalam menetapkan ibadah.”
• Sebagaimana juga mereka bersepakat tidak boleh menggunakan qiyas dalam masalah akidah. Dan masalah pensyariatan sebuah ibadah adalah ranah akidah.
• Istihsan (anggapan baik) BUKANLAH hujjah untuk mensyariatkan sebuah ibadah.
• Para ulama bersepakat tidak ada ijtihad dalam masalah akidah. Dengan kata lain, ini bukan ranah ijtihad. Dan masalah pensyariatan sebuah ibadah adalah ranah akidah.
• Para sahabat hidup sampai seratus tahun sepeninggal Nabi ﷺ. Namun dalam kurun waktu selama itu, TIDAK ADA di antara mereka yang merayakan Maulid Nabi. Andai Maulid Nabi itu baik, maka para sahabatlah yang paling dahulu memulainya. Karena merekalah yang paling bersemangat dalam kebaikan dan paling cinta terhadap Nabi ﷺ.
• TIDAK ADA riwayat Sahih bahwa para tabiin dan tabiut tabiin merayakan Maulid Nabi.
• Perbuatan ini menyerupai kebiasaan orang-orang kafir dalam memeringati hari kelahiran orang suci dalam agama mereka.
• TIDAK ADA riwayat Sahih bahwa seorang pun dari Madzhab yang empat merayakan Maulid Nabi. Seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Asy Syafi’i, Imam Laits bin Sa’ad, Imam Ishaq bin Rahuwaih, Imam Sufyan Ats Tsauri, Imam Ibnu Hazm, Imam Waki bin Jarrah, dll, tidak ada di antara mereka yang merayakan Maulid Nabi.
• Pendapat ulama bukanlah dalil. Justru pendapat ulama membutuhkan dalil.
Dari sini kita ketahui pendapat yang haq adalah pendapat para ulama yang MELARANG merayakan Maulid Nabi. Sebagaimana dikuatkan oleh Al Fakihani, Ibnul Haaj, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Asy Syathibi, Abu Syaamah, Ibnul Jauzi, Syaikh Ali Mahfuzh, Syaikh Muhammad Bakhit Al Muthi’i, Syaikh Abut Thayyib Muhammad Syamsul Haq, Syaikh Basyiruddin Al Qanuji, dan para ulama lainnya.
Wallahu a’lam.
Sumber: @fawaid_kangaswad
══════
Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Leave A Comment