بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
WAHAI AHLI IBADAH MENDEKATLAH, SYAKBAN TELAH TIBA
Alhamdulillah, senantiasa seorang Mukmin dipertemukan oleh Allah ﷻ dengan musim kebaikan dan berkah. Ini merupakan karunia Allah ﷻ untuk melipatgandakan pahala hamba-hamba-Nya, dan menambahkan kebaikan bagi orang-orang yang beribadah dan bersyukur.
Sekarang kita berada di salah satu musim kebaikan dan berkah tersebut, yaitu bulan Syakban.
Jika kita melihat kepada pendahulu kita, kita akan mendapati, bahwa mereka benar-benar memanfaatkan Syakban (sebelum datangnya Ramadan) untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ.
Saum (Puasa)
Di antara ibadah yang giat dilakukan oleh Salaf kita di bulan Syakban ini adalah berpuasa. Bahkan Rasulullah ﷺ memerbanyak puasa di bulan ini, melebihi puasa di bulan lainnya, selain Ramadan.
Saking banyaknya puasa beliau ﷺ, sampai-sampai sebagian periwayat hadis mengibaratkannya dengan puasa selama sebulan penuh (padahal tidak sebulan penuh):
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi ﷺ tidak pernah berpuasa dalam satu bulan lebih banyak dari (puasa di) bulan Syakban. Sesungguhnya beliau berpuasa Syakban seutuhnya.” [HR. al-Bukhari no.1970 dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha]
Tentu saja yang dimaksud “seutuhnya” bukanlah satu bulan penuh. Tetapi karena banyaknya puasa yang beliau lakukan di bulan Syakban, maka digunakan istilah tersebut.
Hal ini diterangkan oleh ‘Aisyah radhiallahu ‘anha dalam riwayat lain:
فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasa selama satu bulan, kecuali pada puasa Ramadan. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Syakban.” [HR. al-Bukhari no.1969 dan Muslim no.1156]
Dipertegas lagi dalam Riwayat Muslim no.1156:
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا “
“Dahulu Rasulullah ﷺ berpuasa di bulan Syakban kecuali hanya beberapa hari saja (beliau tidak berpuasa).”
Oleh karenanya, sudah sepantasnya bagi seorang Mukmin untuk meneladani Rasulullah ﷺ.
Mari kita gunakan musim kebaikan ini dengan sebaik-baiknya.
Tatacara Puasa Syakban
Tidak ada hadis shahih yang menerangkan tatacaranya. Sebagai gambaran seseorang bisa melakukannya dengan cara berikut:
• Satu hari puasa dan satu hari berbuka, seperti puasa Nabi Daud.
• Berpuasa beberapa hari lalu berbuka beberapa hari, atau
• Berpuasa terus menerus hingga satu atau dua hari menjelang Ramadan, lalu berbuka.
Puasa di bulan Syakban memiliki keutamaan yang agung, disebabkan waktunya yang berdekatan dengan puasa Ramadan. Para ulama menyebutnya sebagai Puasa Rawatib bagi Ramadan
Ibadah Rawatib adalah ibadah sunnah yang dilakukan sebelum dan setelah ibadah fardhu. Fungsinya adalah menyempurnakan kekurangan yang ada pada ibadah wajib tersebut.
Tidak dipungkiri, ketika berpuasa Ramadan sering kali seseorang terjatuh ke dalam perbuatan yang mengurangi nilai pahalanya. Sehingga dengan berpuasa di bulan Syakban, maka kekurangan-kekurangan tersebut akan tertutupi.
Sebagian ulama berpendapat, bahwasanya ibadah Sunnah Rawatib (yang mengiringi ibadah fardhu) lebih afdhal daripada ibadah sunnah yang waktunya berjauhan dengan ibadah fardhu. Sebagai contoh, salat sunnah Rawatib (salat sunnah yang dilakukan sebelum dan setelah salat fardhu, pen) lebih afdhal daripada salat sunnah lainnya yang waktunya berjauhan dengan salat fardhu.
Demikian pula dengan puasa Syakban. Karena kedudukannya sebagai ibadah Rawatib bagi Ramadan, maka ia lebih afdhal ketimbang puasa sunnah lainnya. Bahkan sebagian ulama mengutamakannya daripada puasa di bulan Muharam (dan dalam masalah ini ada khilaf di antara ulama, pen).
Waktu Manusia Lalai Beribadah
Di antara yang membuat lebih istimewanya puasa Syakban adalah karena di bulan ini banyak manusia yang lalai dari ibadah. Dan beribadah di waktu manusia lalai lebih utama daripada melakukannya di saat manusia giat beribadah.
Sebagai contoh Salat Tahajud di akhir malam. Ia memiliki keistemawaan yang luar biasa disebabkan waktu pelaksanaannya di saat banyak manusia tertidur lelap (lalai dari ibadah).
Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu, “Aku bertanya (kepada Rasulullah): ‘Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau (banyak) berpuasa di bulan-bulan yang lain seperti (banyaknya) puasa engkau di bulan Syakban?’
Beliau ﷺ menjawab: ‘Ini adalah bulan yang banyak manusia lalai darinya, yaitu (Syakban), yang terletak antara Rajab dan Ramadan.
Di bulan ini pula amalan manusia diangkat (dihadapkan, pen) kepada Rabbul ‘alamin. Dan aku senang amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.” [HR. an-Nasaa’i no.2357, dihasankan Syaikh al-Albani rahimahullah]
Membiasakan Diri Sebelum Ramadan
Di antara tujuan puasa di bulan Syakban adalah untuk melatih dan membiasakan diri dengan puasa, agar ketika memasuki Ramadan, tidak merasa berat dengan puasa selama sebulan penuh.
Di saat jiwa terbiasa dengan puasa di bulan Syakban, maka bila tiba Ramadan, ia dalam keadaan kuat dan bersemangat, sehingga ia benar-benar merasakan manisnya ibadah Ramadan.
Oleh karena itu, bulan Syakban ini seperti pendahuluan (muqaddimah) bagi Ramadan. Akan tetapi tidak disukai berpuasa satu atau dua hari menjelang Ramadan, bagi orang yang tidak biasa berpuasa sebelumnya. Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا، فَلْيَصُمْهُ»
“Janganlah kalian mendahului Ramadan dengan puasa satu hari atau dua hari (sebelumnya). Kecuali seseorang yang berpuasa sebelum itu, maka hendaknya ia melanjutkan puasanya.” [HR. al-Bukhari no. 1914 dan Muslim no.1082]
Bulan Membaca Alquran
Sebagian Salaf, sebagaimana disebutkan Ibnu Rajab rahimahullah, menyebut Syakban sebagai bulannya para pembaca Alquran. Karena di bulan ini, selain berpuasa, mereka juga menyibukkan diri dengan membaca Alquranul Karim.
Salamah bin Kuhail (wafat 121H) rahimahullah berkata:
كان يقال شهر شعبان شهر القراء
“Dahulu dikatakan, Syakban adalah bulannya Qurro (para pembaca Alquran).”
Dan Habib bin Abi Tsabit (wafat tahun 119H) rahimahullah, apabila memasuki Syakban beliau mengatakan: “Ini adalah bulannya para pembaca Alquran.”
Disebutkan bahwasanya Qois bin Amr al-Mula’i (wafat tahun 146 H) rahimahullah, apabila memasuki Syakban, beliau mengunci tokonya dan menyibukkan diri dengan membaca Alquran.
Maka di bulan Syakban yang mulia ini, sudah sepatutnya kita menyibukkan diri dengan ibadah. Dunia adalah tempat bagi seorang Mukmin untuk menanam benih-benih ibadah. Jika seseorang berhasil dalam cocok tanam ini, maka ia akan memanennya di Akhirat dengan laba yang berlipat ganda. Akan tetapi jika gagal, dia akan celaka dan merugi. Wallahul musta’an.
Wallahu a’lam bish shawab.
Mengqadha Puasa Ramadan
Perkara yang juga wajib diperhatikan di bulan Syakban ini adalah melunasi utang puasa Ramadan sebelumnya.
Bagi kaum Muslimin dan Muslimat yang masih memiliki tanggungan puasa hendaknya bersegera melunasi utangnya sebelum Ramadan tiba.
Karena banyak dari kaum Muslimin yang bermudah-mudahan dalam perkara ini, di mana mereka tidak bersegera melunasi utang puasanya hingga masuk Ramadan berikutnya.
Abu Salamah berkata:
سَمِعْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، تَقُولُ: «كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ»
“Aku mendengar ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: ‘Dahulu aku memiliki utang puasa Ramadan, dan aku tidak mampu melunasinya melainkan di bulan Syakban.” [HR. al-Bukhari no.1950 dan Muslim no.1146]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan:
وَيُؤْخَذُ مِنْ حِرْصِهَا عَلَى ذَلِكَ فِي شَعْبَانَ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ تَأْخِيرُ الْقَضَاءِ حَتَّى يَدْخُلَ رَمَضَانُ آخَرُ
“Diambil faidah dari semangat beliau yang mengqadha puasanya di bulan Syakban, yaitu tidak bolehnya menunda qadha (melunasi utang puasa) hingga memasuki Ramadan berikutnya.” [Fathul Baari 4/191]
Penutup
Kesempatan hidup hanya sesaat, sedangkan hari berlalu begitu cepat. Setiap kali berlalu satu hari, maka bertambah dekat ajal menyapa.
Orang yang beruntung adalah orang yang mampu memanfaatkan waktu dengan melakukan kebaikan.
Sedangkan orang yang lalai adalah yang melupakan zikrullah dan menyibukkan diri dengan perkara yang sia-sia.
Usia adalah tempat bercocok tanam. Jika yang ditanam adalah kebaikan, maka yang dipanen juga kebaikan.
Namun jika yang ditanam adalah kejelekan, maka jangan menyalahkan melainkan dirimu sendiri.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-Mu yang taat dan bersyukur, dan bantulah kami untuk selalu berzikir mengingat-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan baik.
Ya Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di Akhirat, serta lindungilah kami dari siksa Neraka.
Ya Allah, pertemukanlah kami dengan Ramadan, dan jadikanlah kami pada bulan tersebut termasuk hamba-Mu yang diterima amalannya.
Amin ya Rabbal ‘alamin
Wallahu a’lam bish showab.
Sumber Panduan: Khotbah Syaikh Khalid azh-Zhafiri yang berjudul شعبان أقبل فأين العابدون؟
Oleh: Tim Warisan Salaf (www.warisansalaf.com)
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
WAHAI AHLI IBADAH MENDEKATLAH, SYAKBAN TELAH TIBA
Leave A Comment