بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
SESUNGGUHNYA SALAT ADALAH IBADAH SELURUH NABI DAN RASUL
Di antara hal yang menunjukkan agungnya kedudukan salat adalah Allah mewajibkan salat kepada SELURUH Nabi alaihumussalam, dan Allah pun memberi tahu kepada mereka mengenai keagungannya. Ada banyak ayat dalam Alquran yang menunjukkan hal tersebut, di antaranya:
Nabi Yunus alaihissalam
Allah menceritakan tentang kisah Nabi Yunus alaihissalam ketika beliau ditelan oleh ikan yang sangat besar. Allah berfirman:
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Maka seandainya dia tidak termasuk orang yang mengingat Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit” [QS. Ash Shaffat: 143, 144]
Ibnu Abbas mengatakan:
“Orang yang mengingat Allah maksudnya: orang yang menunaikan salat”. Demikian pula pendapat Said bin Jubair, Qatadah dan selainnya. [Lihat Tafsir Ath Thabari 21/109]
Nabi Ibrahim alaihissalam
Allah juga menyebutkan tentang kekasih-Nya Ibrahim alaihissalam ketika dia pergi bersama Ismail alaihissalam, kemudian dia meninggalkannya di sebuah lembah yang tiada kehidupan di dalamnya. Ibrahim berdoa kepada Rabbnya:
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat” [QS. Ibrahim: 37]
Ibrahim tidak menyebutkan amalan lain selain salat. Hal ini menunjukkan, bahwa tiada amalan yang lebih afdhal ketimbang salat, dan tiada yang menyamainya. Allah pun berfirman:
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَن لَّا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud “[QS. Al Hajj: 26]
Ibrahim pun berkata dalam doanya:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” [QS. Ibrahim: 40]
Nabi Ismail alaihissalam
Allah berfirman mengenai Ismail alaihissalam:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ ۚإِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِندَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk salat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya” [QS. Maryam: 54, 55]
Nabi Ishaq alaihissalam
Allah pun berfirman mengenai Nabi Ishaq alaihissalam dan keturunan-keturunannya:
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا صَالِحِينَ وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
“Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya’qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah” [QS. Al Anbiya: 72, 73]
Nabi Syu’aib ‘alaihissalam
Allah pun berfirman mengenai kisah Nabi Syu’aib ‘alaihissalam ketika beliau melarang kaumnya beribadah kepada selain Allah dan melarang kaumnya curang dalam timbangan dan takaran. Maka kaumnya berkata kepada Syu’aib ‘alaihissalam:
قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا
“Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah salatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami ?” [QS. Hud: 87]
Hal ini menunjukkan bahwa kaumnya Syu’aib tidak menganggap ibadah salat ini adalah ibadah yang sangat agung.
Al Allamah As Sa’di rahimahullah mengatakan ketika menafsirkan ayat ini:
“Sesungguhnya salat itu sudah di disyariatkan semenjak zaman para Nabi dahulu, dan salat itu adalah amalan yang paling utama. Bahkan para Nabi telah mendakwahkan hal ini kepada orang-orang kufar, mendakwahkan keutamaannya, dan bahwa ibadah ini didahulukan sebelum amalan-amalan lainnya. Salat pun mencegah dari kemungkaran, dan salat adalah standar keimanan dan syariat. Dengan mendirikan salat, maka ibadah seorang hamba akan sempurna. Sebaliknya, ketika salat ditinggalkan, maka kehidupan agama seorang hamba tidak akan teranggap.”
Nabi Musa ‘alaihissalam
Nabi Musa ‘alaihissalam, salah seorang Nabi yang Allah dekati dan Allah berbicara dengan langsung kepadanya. Hal pertama yang Allah wajibkan kepada Musa, setelah Allah syariatkan ibadah kepadanya adalah salat. Bahkan tidak ada nash yang menyebutkan ibadah lain yang Allah bebankan kepada Musa selain salat. Allah berfirman kepada Nabi Musa, dengan kalimat-Nya tanpa ada penerjemah:
فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰ إِنَّنِي أَنَا اللَّـهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku” [QS. Thaha: 13, 14]
Maka hal ini menunjukkan keutamaan yang sangat besar dari ibadah salat dibandingkan amalan-amalan lainnya. Allah memulai perkataan-Nya kepada Musa dengan perintah untuk salat. Demikian pula hal pertama yang Allah perintahkan kepada Musa untuk didakwahkan kepada Bani Israil, setelah beriman kepada-Nya, adalah ibadah salat. Allah berfirman:
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ وَأَخِيهِ أَن تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۗ
“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: ‘Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat salat dan dirikanlah salat’” [QS. Yunus: 87]
Nabi Daud ‘alahissalam
Nabi Daud ‘alaihissalam, salah seorang Nabi Allah. Allah sucikan beliau ketika beliau melakukan sebuah kekeliruan dan beliau hendak bertobat, maka Allah jadikan salat sebagai jalan keluar untuk tobatnya. Allah berfirman:
فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ
“Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya, lalu menyungkur sujud dan bertobat” [QS. Shad: 24]
Nabi Sulaiman bin Daud ‘alaihimassalam
Nabi Sulaiman putra Nabi Daud ‘alaihimassalam, diperlihatkan kepadanya kuda-kuda di waktu sore hingga akhirnya beliau tersibukkan memandang keindahan kuda-kudanya sampai terlewat waktu salat Ashar. Beliau pun menyesal dan bersedih. Beliau mencera dirinya sendiri yang telah melewatkan waktu salat karena kuda-kudanya. Allah berfirman:
وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ ۚ نِعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصَّافِنَاتُ الْجِيَادُ فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَن ذِكْرِ رَبِّي حَتَّىٰ تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ رُدُّوهَا عَلَيَّ ۖ فَطَفِقَ مَسْحًا بِالسُّوقِ وَالْأَعْنَاقِ
“Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya), (ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan”. “Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku”. Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu” [QS. Shad: 30-33]
Ibnu Katsir berkata: “Para mufassir dan dan para salaf menyebutkan, bahwa Sulaiman sibuk dengan melihat kuda-kudanya sampai dia pun terlewat waktu salat Ashar. Sulaiman tidak meninggalkan salat Ashar dengan sengaja, akan tetapi karena lupa, sebagaimana Nabi ﷺ pernah terlewat salat Ashar di waktu perang Khandaq, sampai-sampai beliau baru mengerjakan salat Ashar setelah matahari tenggelam.” [Tafsir Ibnu Katsir, 7/65]
Diterjemahkan dari kitab Ta’zhiimus Shalah, Syaikh Prof Dr Abdurrazaq bin Abdul Mushin al Badr
Penerjemah: Amrullah Akadhinta
Sumber:
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
#salatsudahlamaada #syariatsalatdarizamandahulu #salatsudahadadarisejaklama #salatadalahibadahparaNabidanRasul
Leave A Comment