بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
#DakwahTauhid
KONSEKUENSI KALIMAT TAUHID LAA ILAAHA ILLALLAH
Makna syahadat LAA ILAAHA ILLALLAH adalah tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Kalimat ini menihilkan hak peribadahan yang sejati dari selain Allah, dan menetapkannya hanya untuk Allah.
Kalimat yang agung ini tidak akan bermanfaat bagi si pengucapnya, dan tidak akan mengeluarkan si pengucapnya dari wilayah kesyirikan, jika ia:
- Tidak memahami maknanya,
- Tidak mengamalkannya, dan
- Tidak membenarkannya
Sebagian ulama menghimpun Syarat-Syarat Kalimat Tauhid ini dalam dua bait syair:
علم يقين وإخلاص وصدقك مع محبة وانقياد والقبول لها
وزيد ثامنها الكفران منك بما سوى الإله من الأشياء قد أُلها
- Ilmu, yakin, ikhlas, dan jujurmu bersama cinta, patuh, dan penerimaanmu pada-Nya
- Tambah yang kedelapan, ingkarmu pada semua yang disembah selain Dia
Dua Bait Ini Mengumpulkan Semua Syarat Kalimat Tauhid:
- Ilmu sebagai lawan dari tidak tahu. Makna kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH ialah “Tiada Sesembahan Yang Berhak Disembah Kecuali Allah”. Maka semua hal yang disembah manusia selain Allah adalah Sesembahan yang batil.
- Yakin sebagai lawan dari ragu-ragu. Haruslah dari sisi si pengucap muncul rasa yakin, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah sebenar-benarnya Dzat yang berhak disembah.
- Ikhlas, yaitu dengan seorang hamba memurnikan semua ibadahnya hanya kepada Tuhannya, Allah subhanahu wa ta’ala. Jika satu ibadah saja ia tujukan kepada selain Allah, baik kepada nabi, wali, raja, berhala, maupun jin dan selainnya, maka ia telah MENYEKUTUKAN Allah subhanahu wa ta’ala dan membatalkan syarat ikhlas ini.
- Maknanya ialah orang yang mengucapkan kalimat syahadat haruslah mengucapkannya tulus dari dalam hatinya. Hatinya sesuai dengan lisannya, dan lisannya sesuai dengan hatinya. Jika ia mengucapkan dengan lisan saja, sedangkan hatinya tidak mengimani maknanya, maka kalimat ini tidak bermanfaat baginya, dan dengan demikian ia tetap berstatus kafir, seperti seluruh orang munafik.
- Maknanya ia harus mencintai Allah ‘azza wa jalla. Jika ia mengucapkan kalimat ini namun tidak mencintai Allah, ia tetap menjadi kafir, tidak masuk ke dalam Islam, sebagaimana orang-orang munafik. Dalilnya ialah firman Allah:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku. Niscaya Allah mencintaimu.’” [QS. Ali Imran: 31]
Dan firman-Nya:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah, sebagai tandingan yang mereka cintai seperti mereka mencintai Allah.” [QS. Al-Baqarah: 165]
Ayat-ayat yang lain yang semakna amat banyak dalam Alquran.
- Patuh pada konsekuensi yang dikandung oleh makna Kalimat Tauhid, yaitu dengan hanya menyembah Allah semata, mematuhi syariat-Nya, mengimani dan meyakini, bahwa syariat-Nya adalah benar. Jika dia mengucapkan Kalimat Tauhid namun enggan menyembah Allah semata, tidak mematuhi syariat-Nya, bahkan menyombongkan diri, maka ia TIDAKLAH TERANGGAP sebagai Muslim. Ia seperti Iblis dan yang semisal dengannya.
- Menerima kandungan makna Kalimat Tauhid, yaitu dengan menerima, bahwa ia harus mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah, dan meninggalkan segala bentuk peribadahan kepada selain Dia. Dia berkomitmen dan rida dengan hal demikian.
- Kufur terhadap semua yang disembah selain Allah. Maknanya, ia harus melepaskan dirinya dari semua bentuk peribadahan kepada selain Allah, dan meyakini, bahwa peribadahan tersebut batil. Hal ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“Dan barang siapa menyembah Tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada Tuhannya. Sungguh orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.” [QS. Al-Mu’minun: 117].
Allah ta’ala juga berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas, memurnikan ketaatan kepada-Nya semata, dalam menjalankan agama yang lurus.” [QS. Al-Bayyinah: 5]
Ayat-ayat lain yang semakna lainnya sangat banyak terdapat dalam Alquran.
Dan di dalam sebuah hadis shahih, Rasulullah ﷺ bersabda:
من قال لا إله إلا الله وكفر بما يعبد من دون الله حرم ماله ودمه وحسابه على الله
“Barang siapa mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH dan mengingkari semua yang disembah selain Allah, haramlah harta dan darahnya dan hisabnya tergantung kepada Allah.” [HR. Muslim no. 23]
Dalam riwayat lain, beliau ﷺ bersabda:
من وحد الله وكفر بما يعبد من دون الله حرم ماله ودمه
“Barang siapa menauhidkan Allah dan mengingkari semua yang disembah selain Allah, maka haramlah harta dan darahnya.” [HR. Muslim no. 23]
Maka wajiblah atas setiap Muslim untuk mewujudkan Kalimat Tauhid dengan memerhatikan syarat-syaratnya. Siapa saja yang merealisasikan makna Kalimat Tauhid dan istiqamah di atasnya, maka ia adalah seorang Muslim yang haram darah dan hartanya, sekalipun ia tidak mengetahui rincian dari masing-masing syarat. Yang menjadi tujuan pokok ialah seorang Mukmin memahami maknanya dengan benar dan mengamalkannya, walaupun ia tidak mengetahui rincian masing-masing syarat Kalimat Tauhid.
Dinukil dari tulisan yang berjudul: “Konsekuensi Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah”, dari Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz [https://binbaz.org.sa/fatawa/154], yang diterjemahkan oleh: Miftah Hadi Syahputra Al Maidani
Sumber: https://muslim.or.id/29558-konsekuensi-kalimat-tauhid-laa-ilaaha-illallah.html
Leave A Comment