Mutiara Hadis

70 RIBU ORANG YANG MASUK SURGA TANPA HISAB DAN TANPA AZAB

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
70 RIBU ORANG YANG MASUK SURGA TANPA HISAB DAN TANPA AZAB
>> Empat sifat orang yang mendapatkan keutamaan masuk Surga tanpa hisab dan tanpa azab
Hushain bin ‘Abdurrahman berkata,“Saya pernah bersama Sa’id bin Jubair, lalu dia berkata: ‘Siapa di antara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?‘
Aku menjawab: ‘Aku.’
Kemudian aku berkata: ‘Tapi aku tidak sedang mengerjakan salat. Aku terbangun karena aku disengat (binatang).’
Sa’id lalu berkata: “Lantas apa yang kamu perbuat?‘
Aku menjawab: ‘Aku meminta untuk diruqyah.’
Sa’id bertanya: ‘Apa yang alasanmu sampai meminta diruqyah?‘
Aku menjawab: ‘Sebuah hadis yang Asy Sya’bi ceritakan kepadaku.’
Sa’id bertanya lagi: ‘Apa yang diceritakan Asy Sya’bi kepada kalian?’
Aku menjawab: ‘Dia telah menceritakan kepada kami dari Buraidah bin Hushaib Al Aslami, bahwa dia berkata: “Tidak ada ruqyah kecuali disebabkan oleh penyakit ‘ain dan racun (sengatan binatang berbisa).”
Maka Sa’id pun menjawab: “Sungguh sangat baik orang melaksanakan dalil yang telah ia dengar.” Hanya saja Ibnu Abbas telah menceritakan kepada kami dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
“Telah ditampakkan padaku semua umat. Aku melihat seorang nabi yang hanya memiliki beberapa pengikut (3 sampai 9 orang). Ada juga nabi hanya memiliki satu atau dua orang pengikut saja. Bahkan ada nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali. Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sekumpulan orang. Maka aku menyangka, bahwa mereka adalah umatku. Ada yang berkata padaku: ‘Mereka adalah Nabi Musa ‘alaihis salam dan pengikutnya. Tetapi lihatlah ke ufuk.’ Lalu aku pun memandang. Ternyata ada kumpulan kaum yang besar yang berwarna hitam (yakni saking banyaknya orang kelihatan dari jauh). Lalu dikatakan lagi kepadaku: ‘Lihatlah ke ufuk yang lain.’ Ternyata di sana juga terdapat kumpulan kaum yang besar yang berwarna hitam. Dikatakan kepadaku: ‘Ini adalah umatmu. Dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang akan memasuki Surga tanpa dihisab dan disiksa‘.”
Setelah menceritakan itu Rasulullah ﷺ kemudian bangkit, lalu masuk ke dalam rumahnya. Orang-orang lalu memerbincangkan mengenai mereka yang akan dimasukkan ke dalam Surga tanpa dihisab dan tanpa disiksa.
Sebagian dari mereka berkata: “Mungkin mereka adalah orang-orang yang selalu bersama Rasulullah ﷺ.”
Ada pula yang mengatakan: “Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak pernah melakukan perbuatan syirik terhadap Allah.”
Mereka mengemukakan pendapat masing-masing.
Lalu Rasulullah ﷺ keluar menemui mereka, lalu beliau bertanya: “Apa yang telah kalian perbincangkan?” Mereka pun menerangkannya kepada beliau. Lantas Rasulullah ﷺ bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah, dan tidak melakukan pengobatan dengan cara kay (pengobatan dengan besi panas), dan tidak melakukan tathayyur (beranggapan sial), dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.”
‘Ukkasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata: “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk bagian dari mereka.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Engkau termasuk bagian dari mereka.” Kemudian ada lagi yang berdiri dan berkata: “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk bagian dari mereka.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Ukkasyah telah mendahuluimu.” [HR. Bukhari no. (3410) dan Muslim no. (220)]
Berkata As-Syaikh Shaleh Al-Fawzan – حَفِظَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ -:
Biografi para perawi yang nama-nama mereka disebutkan dalam hadis:
• Hushain: Dia adalah Hushain bin Abdurrahman As-Sulami Al-Haritsi dari kalangan tabi’ut tabi’in. Wafat tahun 136 H dalam usia 93 tahun.
• Sa’id bin Jubair: Adalah seorang imam, faqih, termasuk dari tokoh sahabat Ibnu Abbas. Terbunuh oleh Al-Hajjaj pada tahun 95 H, belum genap berusia 50 tahun.
• As-Sya’bi: Namanya adalah Amir bin Syarahil Al-Hamdani. Lahir pada kekhilafahan Umar, dan beliau termasuk dari orang-orang tsiqah tabi’in. Wafat tahun 103 H.
• Buraidah: Dengan didhammah awalnya dan difathah huruf keduanya. Ibnul Hushaib bin Al-Harits Al-Aslami seorang sahabat yang tersohor, wafat tahun 63 H.
• Ibnu Abbas: Adalah seorang sahabat mulia Abdullah bin Abbas bin Abdil Mutthalib. Anak paman Nabi ﷺ yang mendapatkan doa Nabi ﷺ dengan mengatakan:
“Ya Allah, pahamkan dia tentang agamanya, dan ajarkan dia tafsir.”
Maka jadilah beliau demikian. Beliau wafat di kota Thaif pada tahun 68 H.
• Ukkasyah: Adalah Ukkasyah bin Mihshan bin Hartsan Al-Asadi. Beliau termasuk dari orang-orang yang lebih dulu masuk Islam. Beliau hijrah dan menyaksikan Perang Badar dan berperang di dalamnya, dan menjadi syahid pada peperangan Riddah bersama Khalid Ibnul Walid pada tahun 12H.
• Kata الكوكب adalah bintang.
• Jatuh: Maksudnya jatuh darinya bintang berekor (meteor).
• Tadi malam: Yaitu malam yang terdekat yang telah lewat. Jika dikatakan sebelum habisnya malam, maka kalimatnya: رأيت الليلة (Aku melihat malam ini). Namun setelah malam berlalu, maka disebutnya dengan: رأيت البارحة (Aku melihat tadi malam).
• Aku disengat: Yaitu aku disengat oleh kalajengking. Dan sengatan adalah gigitan, yaitu dia mengenainya dengan racunnya.
• Aku ruqyah: Yakni aku meminta orang lain meruqyah aku. Dan ruqyah adalah membaca Alquran dan doa-doa yang syari kepada yang terkena sebuah penyakit dan semisalnya.
• Apa yang membawamu melakukan itu? Yakni apa hujjahmu atas bolehnya hal itu?
• Tidak ada ruqyah kecuali dari ‘ain: Ain yaitu orang yang memiliki ain mengenai orang lain dengan pandangannya.
• Atau sengatan: Sengatan yaitu racun kalajengking dan semisalnya.
• Siapa yang berhenti pada apa yang telah dia dengar: Yaitu mengambil apa yang sampai kepadanya dari ilmu. Berbeda dengan orang yang beramal di atas kebodohan, atau tidak beramal dengan apa yang dia ketahui.
• Ditampakkan padaku umat-umat: Dikatakan bahwa itu terjadi pada malam Isra, yaitu Allah akan menampakkan kepadanya semisal itu, apabila telah datang Hari Kiamat.
• Kata الرهط adalah sekelompok orang kurang dari sepuluh.
• Tidak ada bersamanya seorang pun: Yaitu tidak ada yang mengikutinya dari kaumnya seorang pun.
• Kelompok yang besar: Manusia yang banyak.
• Maka aku mengira bahwa mereka adalah umatku: Yaitu disebabkan banyaknya mereka, dan jauhnya beliau dari mereka, sehingga tidak dapat membedakan individu mereka.
• Musa: Yaitu Musa bin Imran, Kalimur Rahman (yang diajak bicara langsung dengan Allah).
• Dan kaumnya: yaitu pengikutnya di atas agamanya dari kalangan Bani Israel.
• Tanpa hisab dan tanpa azab: Yaitu mereka tidak dihisab dan tidak diazab sebelum masuknya mereka ke dalam Surga, karena mereka mewujudkan tauhid.
• Kemudian bangkit: Yakni berdiri.
• Maka manusia mendiskusikan tentang mereka-mereka itu: Yaitu orang-orang yang hadir membahas, dan mereka berselisih pendapat tentang mereka-mereka tujuh puluh ribu orang, oleh sebab amalan apakah sehingga mereka menerima derajat ini? Karena mereka tidak akan mendapatkannya, kecuali dengan suatu amalan. Maka apakah itu?
• Dan mereka memberitahukan nabi: Yakni mereka menyampaikan kepada Nabi ﷺ tentang perbedaan pendapat mereka tentang yang dimaksud dengan mereka-mereka tujuh puluh ribu orang.
• Mereka tidak meminta diruqyah: Mereka tidak meminta orang lain meruqyah mereka, karena mencukupkan diri dari (meminta kepada) manusia.
• Tidak berobat dengan cara kay: Mereka tidak meminta selain mereka untuk mengobati mereka dengan cara kay dengan (bara) api.
• Dan tidak melakukan tathayyur: Mereka tidak menganggap sial dengan burung-burung dan semisalnya.
• Dan terhadap Tuhan mereka bertawakal: Mereka menyandarkan diri pada semua urusan mereka kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya. Mereka menyerahkan urusan mereka kepada-Nya.
• Engkau telah didahului oleh Ukkasyah: Yaitu demi menjaga sifat-sifat ini. Atau engkau telah didahului dengan permintaan tersebut.
ﻋﻦ ﺣﺼﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﻗﺎﻝ: ﻛﻨﺖ ﻋﻨﺪ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﻴﺮ ﻓﻘﺎﻝ: ﺃﻳﻜﻢ ﺭﺃﻯ اﻟﻜﻮﻛﺐ اﻟﺬﻱ اﻧﻘﺾ اﻟﺒﺎﺭﺣﺔ؟ ﻓﻘﻠﺖ: ﺃﻧﺎ. ﺛﻢ ﻗﻠﺖ: ﺃﻣﺎ ﺇﻧﻲ ﻟﻢ ﺃﻛﻦ ﻓﻲ ﺻﻼﺓ ﻭﻟﻜﻨﻲ ﻟُﺪِﻏﺖ. ﻗﺎﻝ: ﻓﻤﺎ ﺻﻨﻌﺖ؟ ﻗﻠﺖ: اﺭﺗﻘﻴﺖ. ﻗﺎﻝ: ﻓﻤﺎ ﺣﻤﻠﻚ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ؟ ﻗﻠﺖ: ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺪﺛﻨﺎﻩ اﻟﺸﻌﺒﻲ. ﻗﺎﻝ: ﻭﻣﺎ ﺣﺪﺛﻜﻢ؟ ﻗﻠﺖ: ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻦ ﺑﺮﻳﺪﺓ ﺑﻦ اﻟﺤﺼﻴﺐ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ: “ﻻ ﺭﻗﻴﺔ ﺇﻻ ﻣﻦ ﻋﻴﻦ ﺃﻭ ﺣﻤﺔ”. ﻗﺎﻝ: ﻗﺪ ﺃﺣﺴﻦ ﻣﻦ اﻧﺘﻬﻰ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ. ﻭﻟﻜﻦ ﺣﺪﺛﻨﺎ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ – ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ- ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ: “ﻋﺮﺿﺖ ﻋﻠﻲ اﻷﻣﻢ ﻓﺮﺃﻳﺖ اﻟﻨﺒﻲ ﻭﻣﻌﻪ اﻟﺮﻫﻂ ﻭاﻟﻨﺒﻲ ﻭﻣﻌﻪ اﻟﺮﺟﻞ ﻭاﻟﺮﺟﻼﻥ، ﻭاﻟﻨﺒﻲ ﻭﻟﻴﺲ ﻣﻌﻪ ﺃﺣﺪ ﺇﺫ ﺭﻓﻊ ﻟﻲ ﺳﻮاﺩ ﻋﻈﻴﻢ ﻓﻈﻨﻨﺖ ﺃﻧﻬﻢ ﺃﻣﺘﻲ، ﻓﻘﻴﻞ ﻟﻲ ﻫﺬا ﻣﻮﺳﻰ ﻭﻗﻮﻣُﻪ، ﻓﻨﻈﺮﺕ ﻓﺈﺫا ﺳﻮاﺩ ﻋﻈﻴﻢ ﻓﻘﻴﻞ ﻟﻲ: ﻫﺬﻩ ﺃﻣﺘﻚ ﻭﻣﻌﻬﻢ ﺳﺒﻌﻮﻥ ﺃﻟﻔﺎً ﻳﺪﺧﻠﻮﻥ اﻟﺠﻨﺔ ﺑﻐﻴﺮ ﺣﺴﺎﺏ ﻭﻻ ﻋﺬاﺏ”.
ﺛﻢ ﻧﻬﺾ ﻓﺪﺧﻞ ﻣﻨﺰﻟﻪ ﻓﺨﺎﺽ اﻟﻨﺎﺱ ﻓﻲ ﺃﻭﻟﺌﻚ ﻓﻘﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ: ﻓﻠﻌﻠﻬﻢ اﻟﺬﻳﻦ ﺻﺤﺒﻮا ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ – ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ-، ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ: ﻓﻠﻌﻠﻬﻢ اﻟﺬﻳﻦ
ﻭﻟﺪﻭا ﻓﻲ اﻹﺳﻼﻡ ﻓﻠﻢ ﻳﺸﺮﻛﻮا ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺷﻴﺌﺎً ﻭﺫﻛﺮﻭا ﺃﺷﻴﺎء، ﻓﺨﺮﺝ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﺄﺧﺒﺮﻭﻩ ﻓﻘﺎﻝ: “ﻫﻢ اﻟﺬﻳﻦ ﻻ ﻳﺴﺘﺮﻗﻮﻥ ﻭﻻ ﻳﻜﺘﻮﻭﻥ ﻭﻻ ﻳﺘﻄﻴﺮﻭﻥ ﻭﻋﻠﻰ ﺭﺑﻬﻢ ﻳﺘﻮﻛﻠﻮﻥ”ﻓﻘﺎﻡ ﻋُﻜَّﺎﺷﺔ ﺑﻦ ﻣِﺤْﺼَﻦ ﻓﻘﺎﻝ: اﺩﻉ اﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻠﻨﻲ ﻣﻨﻬﻢ، ﻗﺎﻝ: “ﺃﻧﺖ ﻣﻨﻬﻢ”ﺛﻢ ﻗﺎﻡ ﺭﺟﻞ ﺁﺧﺮ ﻓﻘﺎﻝ: اﺩﻉ اﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻠﻨﻲ ﻣﻨﻬﻢ، ﻓﻘﺎﻝ: “ﺳﺒﻘﻚ ﺑﻬﺎ ﻋﻜﺎﺷﺔ”(1) .
ﺗﺮاﺟﻢ اﻟﺮﺟﺎﻝ اﻟﻮاﺭﺩﺓ ﺃﺳﻤﺎءﻫﻢ ﻓﻲ اﻟﺤﺪﻳﺚ:
ﺣﺼﻴﻦ: ﻫﻮ ﺣﺼﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺴﻠﻤﻲ اﻟﺤﺎﺭﺛﻲّ ﻣﻦ ﺗﺎﺑﻌﻲ اﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ ﻣﺎﺕ ﺳﻨﺔ 136ﻫـ ﻭﻟﻪ 93 ﺳﻨﺔ.
ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﻴﺮ: ﻫﻮ اﻹﻣﺎﻡ اﻟﻔﻘﻴﻪ ﻣﻦ ﺃﺟﻠﺔ ﺃﺻﺤﺎﺏ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻗﺘﻠﻪ اﻟﺤﺠﺎﺝ ﺳﻨﺔ 95 ﻭﻟﻢ ﻳُﻜﻤﻞ اﻟﺨﻤﺴﻴﻦ.
اﻟﺸﻌﺒﻲ: اﺳﻤﻪ ﻋﺎﻣﺮ ﺑﻦ ﺷﺮاﺣﻴﻞ اﻟﻬﻤﺪاﻧﻲ ﻭﻟﺪ ﻓﻲ ﺧﻼﻓﺔ ﻋﻤﺮ، ﻭﻫﻮ ﻣﻦ ﺛﻘﺎﺕ اﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ ﻣﺎﺕ ﺳﻨﺔ 103ﻫـ.
ﺑﺮَﻳﺪﺓ: ﺑﻀﻢ ﺃﻭﻟﻪ ﻭﻓﺘﺢ ﺛﺎﻧﻴﻪ، اﺑﻦ اﻟﺤﺼﻴﺐ ﺑﻦ اﻟﺤﺎﺭﺙ اﻷﺳﻠﻤﻲ ﺻﺤﺎﺑﻲ ﺷﻬﻴﺮ، ﻣﺎﺕ ﺳﻨﺔ 63ﻫـ.
اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ: ﻫﻮ اﻟﺼﺤﺎﺑﻲ اﻟﺠﻠﻴﻞ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻤﻄﻠﺐ. اﺑﻦ ﻋﻢ اﻟﻨﺒﻲ -ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ- ﺩﻋﺎ ﻟﻪ اﻟﻨﺒﻲ -ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ- ﻓﻘﺎﻝ: “اﻟﻠﻬﻢ ﻓﻘﻬﻪ ﻓﻲ اﻟﺪﻳﻦ ﻭﻋﻠﻤﻪ اﻟﺘﺄﻭﻳﻞ”ﻓﻜﺎﻥ ﻛﺬﻟﻚ ﻭﻣﺎﺕ ﺑﺎﻟﻄﺎﺋﻒ ﺳﻨﺔ 68ﻫـ.
ﻋﻜَّﺎﺷﺔ: ﻫﻮ ﻋﻜﺎﺷﺔ ﺑﻦ ﻣﺤﺼﻦ ﺑﻦ ﺣﺮﺛﺎﻥ اﻷﺳﺪﻱ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ اﻟﺴﺎﺑﻘﻴﻦ ﺇﻟﻰ اﻹﺳﻼﻡ، ﻫﺎﺟﺮ ﻭﺷﻬﺪ ﺑﺪﺭاً ﻭﻗﺎﺗﻞ ﻓﻴﻬﺎ، ﻭاﺳﺘﺸﻬﺪ ﻓﻲ ﻗﺘﺎﻝ اﻟﺮﺩﺓ ﻣﻊ ﺧﺎﻟﺪ ﺑﻦ اﻟﻮﻟﻴﺪ ﺳﻨﺔ 12ﻫـ.
اﻟﻜﻮﻛﺐ: اﻟﻨﺠﻢ.
اﻧﻘﺾَّ: ﺃﻱ ﺳﻘﻂ ﻣﻨﻪ اﻟﺸﻬﺎﺏ.
اﻟﺒﺎﺭﺣﺔ: ﻫﻲ ﺃﻗﺮﺏ ﻟﻴﻠﺔ ﻣﻀﺖ. ﻳﻘﺎﻝ ﻗﺒﻞ اﻟﺰﻭاﻝ ﺭﺃﻳﺖ اﻟﻠﻴﻠﺔ، ﻭﺑﻌﺪ اﻟﺰﻭاﻝ ﺭﺃﻳﺖ اﻟﺒﺎﺭﺣﺔ.
ﻟﺪﻏْﺖ: ﺃﻱ ﻟﺪﻏﺘﻪ ﻋﻘﺮﺏ –ﻭاﻟﻠﺪﻍ: اﻟﻠﺴﻊ- ﺃﻱ ﺃﺻﺎﺑﺘﻪ ﺑﺴﻤﻬﺎ.
اﺭﺗﻘﻴﺖ: ﻃﻠﺒﺖ ﻣﻦ ﻳﺮﻗﻴﻨﻲ، ﻭاﻟﺮﻗﻴﺔ: ﻗﺮاءﺓ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭاﻷﺩﻋﻴﺔ ﻭاﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺼﺎﺏ ﺑﻤﺮﺽ ﻭﻧﺤﻮﻩ.
ﻣﺎ ﺣﻤﻠﻚ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ؟: ﻣﺎ ﺣُﺠَّﺘﻚ ﻋﻠﻰ ﺟﻮاﺯ ﺫﻟﻚ؟
ﻻ ﺭﻗﻴﺔ ﺇﻻَّ ﻣﻦ ﻋﻴﻦ: اﻟﻌﻴﻦ: ﺇﺻﺎﺑﺔ اﻟﻌﺎﺋﻦ ﻏﻴﺮَﻩ ﺑﻌﻴﻨﻪ.
ﺃﻭ ﺣُﻤَﺔ: اﻟﺤﻤﺔ: ﺳﻢ اﻟﻌﻘﺮﺏ ﻭﺷﺒﻬﻬﺎ.
ﻣﻦ اﻧﺘﻬﻰ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ: ﺃﻱ ﺃﺧﺬ ﺑﻤﺎ ﺑﻠﻐﻪ ﻣﻦ اﻟﻌﻠﻢ ﺑﺨﻼﻑ ﻣﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺟﻬﻞ ﺃﻭ ﻻ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻤﺎ ﻳﻌﻠﻢ.
ﻋﺮﺿﺖ ﻋﻠﻲ اﻷﻣﻢ: ﻗﻴﻞ ﻛﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﻟﻴﻠﺔ اﻹﺳﺮاء، ﺃﻱ ﺃﺭاﻩ اﻟﻠﻪ ﻣﺜﺎﻟَﻬﺎ ﺇﺫا ﺟﺎءﺕ ﻳﻮﻡ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ.
اﻟﺮﻫﻂ: اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺩﻭﻥ اﻟﻌﺸﺮﺓ.
ﻟﻴﺲ ﻣﻌﻪ ﺃﺣﺪ: ﺃﻱ ﻟﻢ ﻳﺘﺒﻌﻪ ﻣﻦ ﻗﻮﻣﻪ ﺃﺣﺪ.
ﺳﻮاﺩ ﻋﻈﻴﻢ: ﺃﺷﺨﺎﺹ ﻛﺜﻴﺮﺓ.
ﻓﻈﻨﻨﺖ ﺃﻧﻬﻢ ﺃﻣﺘﻲ: ﺃﻱ ﻟﻜﺜﺮﺗﻬﻢ ﻭﺑﻌﺪﻩ ﻋﻨﻬﻢ ﻓﻼ ﻳﻤﻴﺰ ﺃﻋﻴﺎﻧﻬﻢ.
ﻣﻮﺳﻰ: ﺃﻱ: ﻣﻮﺳﻰ ﺑﻦ ﻋﻤﺮاﻥ ﻛﻠﻴﻢ اﻟﺮﺣﻤﻦ.
ﻭﻗﻮﻣﻪ: ﺃﻱ ﺃﺗﺒﺎﻋﻪ ﻋﻠﻰ ﺩﻳﻨﻪ ﻣﻦ ﺑﻨﻲ ﺇﺳﺮاﺋﻴﻞ.
ﺑﻼ ﺣﺴﺎﺏ ﻭﻻ ﻋﺬاﺏ: ﺃﻱ: ﻻ ﻳﺤﺎﺳﺒﻮﻥ ﻭﻻ ﻳﻌﺬﺑﻮﻥ ﻗﺒﻞ ﺩﺧﻮﻟﻬﻢ اﻟﺠﻨﺔ ﻟﺘﺤﻘﻴﻘﻬﻢ اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ.
ﺛﻢ ﻧﻬﺾ: ﺃﻱ ﻗﺎﻡ.
ﻓﺨﺎﺽ اﻟﻨﺎﺱ ﻓﻲ ﺃﻭﻟﺌﻚ: ﺃﻱ ﺗﺒﺎﺣﺚ اﻟﺤﺎﺿﺮﻭﻥ ﻭاﺧﺘﻠﻔﻮا ﻓﻲ ﻫﺆﻻء اﻟﺴﺒﻌﻴﻦ ﺑﺄﻱ ﻋﻤﻞ ﻧﺎﻟﻮا ﻫﺬﻩ اﻟﺪﺭﺟﺔ؟ ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻟﻢ ﻳﻨﺎﻟﻮﻫﺎ ﺇﻻ ﺑﻌﻤﻞ ﻓﻤﺎ ﻫﻮ؟
ﻓﺄﺧﺒﺮﻭﻩ: ﺃﻱ ﺫﻛﺮﻭا ﻟﻠﻨﺒﻲ –ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ- اﺧﺘﻼﻓﻬﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺮاﺩ ﺑﻬﺆﻻء اﻟﺴﺒﻌﻴﻦ.
ﻻ ﻳﺴﺘﺮﻗﻮﻥ: ﻻ ﻳﻄﻠﺒﻮﻥ ﻣﻦ ﻳﺮﻗﻴﻬﻢ اﺳﺘﻐﻨﺎء ﻋﻦ اﻟﻨﺎﺱ.
ﻭﻻ ﻳﻜﺘﻮﻭﻥ: ﻻ ﻳﺴﺄﻟﻮﻥ ﻏﻴﺮﻫﻢ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻳﻬﻢ ﺑﺎﻟﻨﺎﺭ.
ﻭﻻ ﻳﺘﻄﻴﺮﻭﻥ: ﻻ ﻳﺘﺸﺎءﻣﻮﻥ ﺑﺎﻟﻄﻴﻮﺭ ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ.
ﻭﻋﻠﻰ ﺭﺑﻬﻢ ﻳﺘﻮﻛﻠﻮﻥ: ﻳﻌﺘﻤﺪﻭﻥ ﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ ﺃﻣﻮﺭﻫﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﻻ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮﻩ ﻭﻳﻔﻮّﺿﻮﻥ ﺃﻣﻮﺭﻫﻢ ﺇﻟﻴﻪ.
ﺳﺒﻘﻚ ﺑﻬﺎ ﻋﻜّﺎﺷﺔ: ﺃﻱ ﺇﻟﻰ ﺇﺣﺮاﺯ ﻫﺬﻩ اﻟﺼﻔﺎﺕ ﺃﻭ ﺳﺒﻘﻚ ﺑﺎﻟﺴﺆاﻝ.
__
(1) ﺃﺧﺮﺟﻪ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﺑﺮﻗﻢ (3410): ﻭﻣﺴﻠﻢ ﺑﺮﻗﻢ (220) ﻭاﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﺑﺮﻗﻢ (2448) ﻭاﻟﺪاﺭﻣﻲ ﺑﺮﻗﻢ (2810) ﻭﺃﺣﻤﺪ (1/271) .
Berkata Al-Allamah Shaleh Al-Fawzan – حَفِظَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ -:
Makna Global Hadis:
Hushain bin Abdirrahman menggambarkan kepada kita dialog yang terjadi di majelis Sa’id bin Jubair, bertepatan dengan jatuhnya bintang di malam hari. Dan Hushain memberitahukan mereka, bahwa beliau menyaksikan jatuhnya bintang, karena di saat itu beliau sedang tidak tertidur. Hanya saja beliau khawatir orang-orang yang hadir mengira, bahwa tidaklah dirinya melihat bintang, kecuali karena beliau dalam keadaan salat. Maka beliau ingin menepis tentang dirinya dengan sangkaan yang jauh yang tidak beliau lakukan, seperti kebiasaan kaum Salaf dalam semangat mereka untuk ikhlas. Maka beliau memberitahukan sebab sebenarnya yang membuat dirinya terjaga, dan bahwasanya itu disebabkan apa yang menimpa dirinya. Maka beralihlah pembicaraan kepada pertanyaan tentang apa yang beliau lakukan ketika mendapatkan musibah tersebut. Maka beliau pun memberitahukan, bahwa beliau mengobatinya dengan ruqyah, Maka Sa’id pun bertanya kepadanya tentang dalilnya yang syari atas apa yang beliau perbuat. Maka beliau pun memberitahukan sebuah hadis yang tersebut dari Nabi ﷺ dalam bolehnya ruqyah. Maka Sa’id pun membenarkan tentang amalannya berdasarkan dalil.
Kemudian beliau menyebutkan kepada Hushain sebuah keadaan yang lebih baik dari apa yang telah dia lakukan, yaitu naik kepada tingkatan kesempurnaan tauhid, dengan jalan meninggalkan perkara-perkara yang makruh (dibenci), sekalipun ada hajat kepadanya, sebagai bentuk tawakal kepada Allah. Seperti keadaan 70 ribu orang-orang, yang mereka masuk ke dalam Surga tanpa hisab dan tanpa azab, di mana Rasulullah ﷺ telah menyifati mereka, bahwa mereka meninggalkan ruqyah (tidak meminta diruqyah -ed) dan kay (pengobatan dengan bara api, ed) sebagai perwujudan tauhid. Dan mereka mengambil dengan sebab-sebab yang lebih kuat, yaitu bertawakal kepada Allah. Dan mereka tidak meminta kepada seseorang pun sedikit pun tentang ruqyah dan apa yang selebihnya.
Kesesuaian hadis terhadap bab, bahwasanya padanya ada sedikit dari penjelasan makna hakikat tauhid dan pahala hal tersebut di sisi Allah taala.
Faidah yang diambil dari hadis:
(1). Keutamaan kaum Salaf, dan bahwasanya apa yang mereka lihat dari tanda-tanda kebesaran Allah di langit tidak mereka anggap sebagai sebuah kebiasaan, akan tetapi mereka mengetahui bahwa itu adalah salah satu tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah.
(2). Semangatnya kaum Salaf untuk ikhlas, dan kuatnya mereka dalam menjauhkan diri dari perbuatan riya.
(3). Menuntut hujjah atas kebenaran sebuah pendapat, dan perhatian kaum Salaf terhadap dalil.
(4). Disyariatkannya berdiri pada dalil dan beramal dengan ilmu. Dan bahwasanya barang siapa beramal dengan apa yang telah sampai pada dirinya, maka dia telah berbuat baik.
(5). Menyampaikan ilmu dengan lemah lembut dan hikmah.
(6). Bolehnya ruqyah.
(7). Bimbingan bagi orang yang mengambil sesuatu yang disyariatkan kepada apa yang lebih utama darinya.
(8). Keutamaan Nabi kita Muhammad ﷺ, di mana ditampakkan padanya umat-umat.
(9). Bahwa para nabi mereka beragam dalam jumlah pengikut mereka.
(10). Bantahan atas orang yang berhujjah dengan yang terbanyak, dan mengira bahwa kebenaran terbatas pada mereka.
(11). Bahwa yang wajib adalah mengikuti kebenaran, sekalipun sedikit pemeluknya.
(12). Keutamaan Musa – عَلَيْهِ السَّلَاٰمُ – dan kaumnya.
(13). Keutamaan umat ini, dan bahwasanya mereka adalah umat terbanyak pengikutnya kepada Nabi mereka ﷺ.
(14). Keutamaan mewujudkan tauhid dan pahalanya.
(15). Bolehnya berdiskusi tentang ilmu dan membahas tentang dalil-dalil syari, untuk mengambil faidah dan menampakkan kebenaran.
(16). Dalamnya ilmu kaum Salaf karena pengetahuan mereka, bahwa yang disebutkan di dalam hadis tidak akan mereka mendapati kedudukan ini, kecuali dengan amalan.
(17). Semangatnya kaum Salaf atas kebaikan, dan berlomba di atas amalan-amalan saleh.
(18). Bahwa meninggalkan ruqyah (tidak meminta diruqyah -ed) dan kay termasuk dari perwujudan tauhid.
(19). Meminta doa dari yang memiliki keutamaan di dalam hidupnya.
(20). Merupakan satu pertanda dari tanda-tanda kenabian ﷺ, di mana beliau memberitahukan bahwa Ukkasyah termasuk dari 70 ribu orang yang akan masuk Surga tanpa hisab dan tanpa azab, sehingga beliau terbunuh sebagai syahid di dalam Perang Riddah – رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ -.
(21). Keutamaan Ukkasyah bin Mihshan – رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ -.
(22). (Bolehnya) menggunakan bahasa diplomatik, dan bagusnya akhlak beliau ﷺ, di mana beliau tidak mengatakan, kepada orang yang lainnya, engkau bukan termasuk dari mereka.
(23). Menutup pintu agar tidak dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya, sehingga ditolak.
Wallahu a’lam.
Al-Mulakhash Fi Kitab At-Tauhid, karya Al-Fawzan – حَفِظَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ – (hal. 39-41).
قال العلامة الفوزان حفظه الله:
اﻟﻤﻌﻨﻰ اﻹﺟﻤﺎﻟﻲ ﻟﻠﺤﺪﻳﺚ: ﻳﺼﻒ ﻟﻨﺎ ﺣﺼﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺣﻮاﺭاً ﺩاﺭ ﻓﻲ ﻣﺠﻠﺲ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﻴﺮ ﺑﻤﻨﺎﺳﺒﺔ اﻧﻘﻀﺎﺽ ﻛﻮﻛﺐ ﻓﻲ اﻟﻠﻴﻞ، ﻓﺄﺧﺒﺮﻫﻢ ﺣﺼﻴﻦٌ ﺃﻧﻪ ﺷﺎﻫﺪ اﻧﻘﻀﺎﺿﻪ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺣﻴﻨﺬاﻙ ﻧﺎﺋﻤﺎً، ﺇﻻ ﺃﻧﻪ ﺧﺎﻑ ﺃﻥ ﻳﻈﻦ اﻟﺤﺎﺿﺮﻭﻥ ﺃﻧﻪ ﻣﺎ ﺭﺃﻯ اﻟﻨﺠﻢ ﺇﻻ ﻷﻧﻪ ﻳﺼﻠﻲ، ﻓﺄﺭاﺩ ﺃﻥ ﻳﺪﻓﻊ ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﺇﻳﻬﺎﻡ ﺗﻌﺒّﺪٍ ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﻛﻌﺎﺩﺓ اﻟﺴﻠﻒ ﻓﻲ ﺣﺮﺻﻬﻢ ﻋﻠﻰ اﻹﺧﻼﺹ، ﻓﺄﺧﺒﺮ ﺑﺎﻟﺴﺒﺐ اﻟﺤﻘﻴﻘﻲ ﻟﻴﻘَﻈَﺘﻪ ﻭﺃﻧﻪ ﺑﺴﺒﺐ ﺇﺻﺎﺑﺔ ﺣﺼﻠﺖ ﻟﻪ، ﻓﺎﻧﺘﻘﻞ اﻟﺒﺤﺚ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﺆاﻝ ﻋﻤﺎ ﺻﻨﻊ ﺣﻴﺎﻝ ﺗﻠﻚ اﻹﺻﺎﺑﺔ، ﻓﺄﺧﺒﺮ ﺃﻧﻪ ﻋﺎﻟﺠﻬﺎ ﺑﺎﻟﺮﻗﻴﺔ، ﻓﺴﺄﻟﻪ ﺳﻌﻴﺪٌ ﻋﻦ ﺩﻟﻴﻠﻪ اﻟﺸﺮﻋﻲ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺻﻨﻊ، ﻓﺬﻛﺮ ﻟﻪ اﻟﺤﺪﻳﺚ اﻟﻮاﺭﺩ ﻋﻦ اﻟﺮﺳﻮﻝ –ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ- ﻓﻲ ﺟﻮاﺯ اﻟﺮﻗﻴﺔ، ﻓﺼﻮَّﺑﻪ ﻓﻲ ﻋﻤﻠﻪ ﺑﺎﻟﺪﻟﻴﻞ.
ﺛﻢ ﺫﻛﺮ ﻟﻪ ﺣﺎﻟﺔً ﺃﺣﺴﻦ ﻣﻤﺎ ﻓﻌﻞ، ﻭﻫﻲ اﻟﺘﺮﻗﻲ ﺇﻟﻰ ﻛﻤﺎﻝ اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﺑﺘﺮﻙ اﻷﻣﻮﺭ اﻟﻤﻜﺮﻭﻫﺔ ﻣﻊ اﻟﺤﺎﺟﺔ ﺇﻟﻴﻬﺎ، ﺗﻮﻛﻼً ﻋﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻛﺤﺎﻟﺔ اﻟﺴﺒﻌﻴﻦ اﻷﻟﻒ اﻟﺬﻳﻦ ﻳﺪﺧﻠﻮﻥ اﻟﺠﻨﺔ ﺑﻼ ﺣﺴﺎﺏ ﻭﻻ ﻋﺬاﺏ، ﺣﻴﺚ ﻭﺻﻔﻬﻢ اﻟﺮﺳﻮﻝ –ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ- ﺑﺄﻧﻬﻢ ﻳﺘﺮﻛﻮﻥ اﻟﺮﻗﻴﺔ ﻭاﻟﻜﻲ ﺗﺤﻘﻴﻘﺎً ﻟﻠﺘﻮﺣﻴﺪ، ﻭﻳﺄﺧﺬﻭﻥ ﺑﺎﻟﺴﺒﺐ اﻷﻗﻮﻯ ﻭﻫﻮ اﻟﺘﻮﻛﻞ ﻋﻠﻰ اﻟﻠﻪ، ﻭﻟﻢ ﻳﺴﺄﻟﻮا ﺃﺣﺪاً ﻏﻴﺮَﻩ ﺷﻴﺌﺎً ﻣﻦ اﻟﺮﻗﻴﺔ ﻓﻤﺎ ﻓﻮﻗﻬﺎ.
ﻣﻨﺎﺳﺒﺔ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻟﻠﺒﺎﺏ: ﺃﻥ ﻓﻴﻪ ﺷﻴﺌﺎً ﻣﻦ ﺑﻴﺎﻥ ﻣﻌﻨﻰ ﺣﻘﻴﻘﺔ اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﻭﺛﻮاﺏ ﺫﻟﻚ ﻋﻨﺪ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ.
ﻣﺎ ﻳﺴﺘﻔﺎﺩ ﻣﻦ اﻟﺤﺪﻳﺚ:
1- ﻓﻀﻴﻠﺔ اﻟﺴﻠﻒ، ﻭﺃﻥ ﻣﺎ ﻳﺮﻭﻧﻪ ﻣﻦ اﻵﻳﺎﺕ اﻟﺴﻤﺎﻭﻳﺔ ﻻ ﻳﻌﺪّﻭﻧﻪ ﻋﺎﺩﺓ، ﺑﻞ ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ ﺃﻧﻪ ﺁﻳﺔ ﻣﻦ ﺁﻳﺎﺕ اﻟﻠﻪ.
2- ﺣﺮﺹ اﻟﺴﻠﻒ ﻋﻠﻰ اﻹﺧﻼﺹ ﻭﺷﺪﺓ اﺑﺘﻌﺎﺩﻫﻢ ﻋﻦ اﻟﺮﻳﺎء.
3- ﻃﻠﺐ اﻟﺤﺠﺔ ﻋﻠﻰ ﺻﺤﺔ اﻟﻤﺬﻫﺐ ﻭﻋﻨﺎﻳﺔ اﻟﺴﻠﻒ ﺑﺎﻟﺪﻟﻴﻞ.
4- ﻣﺸﺮﻭﻋﻴﺔ اﻟﻮﻗﻮﻑ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻟﻴﻞ ﻭاﻟﻌﻤﻞ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ، ﻭﺃﻥ ﻣﻦ ﻋﻤِﻞ ﺑﻤﺎ ﺑﻠﻐﻪ ﻓﻘﺪ ﺃﺣﺴﻦ.
5- ﺗﺒﻠﻴﻎ اﻟﻌﻠﻢ ﺑﺘﻠﻄﻒ ﻭﺣﻜﻤﺔ.
6- ﺇﺑﺎﺣﺔ اﻟﺮﻗﻴﺔ.
7- ﺇﺭﺷﺎﺩ ﻣﻦ ﺃﺧﺬ ﺑﺸﻲء ﻣﺸﺮﻭﻉ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻨﻪ.
8- ﻓﻀﻴﻠﺔ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ –ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ- ﺣﻴﺚ ﻋُﺮﺿﺖ ﻋﻠﻴﻪ اﻷﻣﻢ.
9- ﺃﻥ اﻷﻧﺒﻴﺎء ﻣﺘﻔﺎﻭﺗﻮﻥ ﻓﻲ ﻋﺪﺩ ﺃﺗﺒﺎﻋﻬﻢ.
10- اﻟﺮﺩ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ اﺣﺘﺞ ﺑﺎﻷﻛﺜﺮ، ﻭﺯﻋﻢ ﺃﻥ اﻟﺤﻖ ﻣﺤﺼﻮﺭٌ ﻓﻴﻬﻢ.
11- ﺃﻥ اﻟﻮاﺟﺐ اﺗﺒﺎﻉ اﻟﺤﻖ ﻭﺇﻥ ﻗﻞّ ﺃﻫﻠﻪ.
12- ﻓﻀﻴﻠﺔ ﻣﻮﺳﻰ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺴﻼﻡ ﻭﻗﻮﻣﻪ.
13- ﻓﻀﻴﻠﺔ ﻫﺬﻩ اﻷﻣﺔ ﻭﺃﻧﻬﻢ ﺃﻛﺜﺮ اﻷﻣﻢ اﺗﺒﺎﻋﺎً ﻟﻨﺒﻴﻬﻢ –ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ-.
14- ﻓﻀﻴﻠﺔ ﺗﺤﻘﻴﻖ اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﻭﺛﻮاﺑﻪ.
15- ﺇﺑﺎﺣﺔ اﻟﻤﻨﺎﻇﺮﺓ ﻓﻲ اﻟﻌﻠﻢ ﻭاﻟﻤﺒﺎﺣﺜﺔ ﻓﻲ ﻧﺼﻮﺹ اﻟﺸﺮﻉ ﻟﻻﺳﺘﻔﺎﺩﺓ ﻭﺇﻇﻬﺎﺭ اﻟﺤﻖ.
16- ﻋﻤﻖ ﻋﻠﻢ اﻟﺴﻠﻒ ﻟﻤﻌﺮﻓﺘﻬﻢ ﺃﻥ اﻟﻤﺬﻛﻮﺭﻳﻦ ﻓﻲ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻟﻢ ﻳﻨﺎﻟﻮا ﻫﺬﻩ اﻟﻤﻨﺰﻟﺔ ﺇﻻ ﺑﻌﻤﻞ.
17- ﺣﺮﺹ اﻟﺴﻠﻒ ﻋﻠﻰ اﻟﺨﻴﺮ ﻭاﻟﻤﻨﺎﻓﺴﺔ ﻋﻠﻰ اﻷﻋﻤﺎﻝ اﻟﺼﺎﻟﺤﺔ.
18- ﺃﻥ ﺗﺮﻙ اﻟﺮﻗﻴﺔ ﻭاﻟﻜﻲ ﻣﻦ ﺗﺤﻘﻴﻖ اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ.
19- ﻃﻠﺐ اﻟﺪﻋﺎء ﻣﻦ اﻟﻔﺎﺿﻞ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻪ.
20- ﻋﻠَﻢ ﻣﻦ ﺃﻋﻼﻡ ﻧﺒﻮﺗﻪ –ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ- ﺣﻴﺚ ﺃﺧﺒﺮ ﺃﻥ ﻋﻜﺎﺷﺔ ﻣﻦ اﻟﺴﺒﻌﻴﻦ اﻟﺬﻳﻦ ﻳﺪﺧﻠﻮﻥ اﻟﺠﻨﺔ ﺑﻼ ﺣﺴﺎﺏ ﻭﻻ ﻋﺬاﺏ ﻓﻘُﺘﻞ ﺷﻬﻴﺪاً ﻓﻲ ﺣﺮﻭﺏ اﻟﺮﺩﺓ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ.
21- ﻓﻀﻴﻠﺔ ﻋﻜﺎﺷﺔ ﺑﻦ ﻣﺤﺼﻦ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ.
22- اﺳﺘﻌﻤﺎﻝ اﻟﻤﻌﺎﺭﻳﺾ ﻭﺣﺴﻦ ﺧﻠﻘﻪ –ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ- ﺣﻴﺚ ﻟﻢ ﻳﻘﻞ –ﻟﻠﺮﺟﻞ اﻵﺧﺮ- ﻟﺴﺖ ﻣﻨﻬﻢ.
23- ﺳﺪ اﻟﺬﺭاﺋﻊ ﻟﺌﻼ ﻳﻘﻮﻡ ﻣﻦ ﻟﻴﺲ ﺃﻫﻼً ﻓﻴُﺮﺩُّ، ﻭاﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ.
الملخص في كتاب التوحيد، للشيخ الفوزان حفظه الله صـ ٣٩-٤١
Terjemahan Kitab Mulakhas Tauhid
Sumber: Butiran Faidah
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
70 RIBU ORANG YANG MASUK SURGA TANPA HISAB DAN TANPA AZAB
Admin Nasihat Sahabat

Artikel Terbaru

DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…

2 months lalu

BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…

2 months lalu

BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…

2 months lalu

LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…

3 months lalu

KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…

3 months lalu

SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH?

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…

4 months lalu