بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

YANG BENAR ADALAH SILATURAHIM DAN BUKAN SILATURAHMI

Yang benar adalah SILATURAHIM dan bukannya silaturahmi, sebagaimana disebutkan di dalam nash-nash hadis tentangnya, di antaranya:

عَنْ أَبِى أَيُّوبَ الأَنْصَارِىِّ – رضى الله عنه أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِى بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِى الْجَنَّةَ . فَقَالَ الْقَوْمُ مَالَهُ مَالَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « أَرَبٌ مَالَهُ » . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ ، ذَرْهَا » . قَالَ كَأَنَّهُ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ .

Dari Abu Ayyub Al Anshari radliallahu ‘anhu, bahwa seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke Surga.” Orang-orang pun berkata: “Ada apa dengan orang ini? Ada apa dengan orang ini?” Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Biarkanlah urusan orang ini.” Lalu Nabi ﷺ melanjutkan sabdanya: “Kamu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya, menegakkan shalat, dan membayar zakat serta menjalin tali silaturrahim.” Abu Ayyub berkata: “Ketika itu beliau berada di atas kendaraannya.” (HR. Bukhari)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِى الأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِى الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِى الأَثَرِ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ. وَمَعْنَى قَوْلِهِ « مَنْسَأَةٌ فِى الأَثَرِ ». يَعْنِى زِيَادَةً فِى الْعُمُرِ.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Belajarlah dari nasab kalian yang dapat membantu untuk silaturrahim, karena silaturrahim itu dapat membawa kecintaan dalam keluarga, dan memerbanyak harta, serta dapat memerpanjang umur.” Abu Isa berkata: Ini merupakan hadis Gharib melalui jalur ini

Berkaitan dengan hal ini, para ulama hadis memberikan judul pada salah satu babnya di dalam kitab-kitab hadisnya dengan Silaturahim, seperti: Imam Bukhori didalam Shahihnya memberikan judul “Bab Silaturahim”, Muslim di dalam Shahihnya dengan judul “Bab Silaturhim wa Tahrimi Qothiatiha”, Abu Daud di dalam Sunannya dengan “Bab Silaturahim” dan Tirmidzi di dalam Sunannya dengan “Bab Maa Ja’a Fii Silaturahim”.

Sedangkan makna Rahim dengan memfathahkan huruf Ro dan mengkasrahkan Ha, sebagaimana dikatakan al Hafizh Ibnu Hajar di dalam kitabnya “Fathul Bari”, digunakan untuk KAUM KERABAT dan mereka adalah orang-orang yang di antara sesama mereka yang memiliki HUBUNGAN NASAB, baik mewariskannya atau tidak, baik memiliki hubungan mahram atau tidak. Namun ada juga yang mengatakan: Mereka adalah para mahram saja. Namun pendapat pertamalah yang tepat, karena pendapat kedua mengharuskan dikeluarkannya (tidak termasuk di dalamnya) anak-anak lelaki dari paman, baik dari jalur bapak atau ibu, dari kalangan Dzawil Arham. Padahal bukanlah demikian. (Fathul Bari juz XVII hal 107)

 

Catatan Tambahan:

Silaturahmi dan silaturahim, jika merujuk pada bahasa Arab, memunyai huruf penyusun yang sama. Yang membedakan adalah akhirannya yang otomatis akan memengaruhi artinya.

Silah itu berarti menyambungkan. Sementara rahmi mempunyai arti rasa nyeri yang timbul (dan diderita sang ibu) pada saat melahirkan. Adapun rahim adalah kasih saying, sebagaimana Allah ta’ala memilki sifat Ar Rahim, Yang Maha Penyayang).

Dengan demikian, silaturahim = hubungan kasih saying.

Sedangkan silaturahmi = penghubung uterus (tali pusar yang menghubungkan ibu dan anak).

Semoga bermanfaat.

 

Sumber: http://abuayaz.blogspot.com/2012/02/silaturahim-bukan-silaturahmi.html#ixzz4PV7P8RDj