Kita Wajib Mengikuti Al-Haq dan Menjauhi Al-Bathil

Perkataan Al Haq (Kebenaran) di dalam Al Qur’an terkadang lawan dari Adh-Dhalal (Kesesatan) sebagaimana firman Allah:

 

“Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti al-Batil dan sesungguhnya orang-orang beriman mengikuti al-Haq dari  Rabb mereka.” (Muhammad: 3)

Al Quthurbi berkata dalam tafsir ayat ini di dalam kitab beliau “Al-Jaami’ li Ahkamil-Qur’an”:

“Para ulama kita berkata, bahwa ayat ini memutuskan tidak ada posisi yang ketiga antara Al Haq dan al Batil dalam masalah ini, yaitu masalah-masalah Ushul (Pokok), yang Al Haq itu hanya satu pihak dalam masalah ini. Karena pembicaraan (di ayat) ini hanyalah dalam menyifati adanya dzat, (yaitu) bagaimana ia (sebenarnya). Dan ini berbeda dengan masalah-masalah Furu’ (Cabang). Maka kesimpulannya, Al Haq itu hanya satu, sedangkan berlawanan dengannya pastilah kebatilan atau kesesatan, dan tidak ada posisi ketiga setelah Al Haq dan al Batil.

Ibnu Mas’ud meriwayatkan:

Rasulullah membuat satu garis, kemudian bersabda: “Ini adalah jalan Allah. Kemudian beliau menggaris beberapa garis ke kanan dan ke kiri lalu bersabda: “Ini adalah “Subul” (jalan-jalan), dan di setiap jalan-jalan itu ada setan yang menyeru kepadanya. Kemudian beliau membaca (ayat 153, surat al-An’aam):

“Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah ia dan janganlah kalian ikuti jalan-jalan lain, sehingga ia akan memisahkan kalian dari jalan-Nya” [Hadis Shahih Riwayat an-Nasai di dalam Sunan al-Kubra no: 9215,9281, Ahmad (II/318) dan ad-Darimi (I/435,465)]

Contoh-Contoh Al-Haq Dan Al-Bathil

  1. Al-Islam adalah agama yang haq, sedang agama-agama selainnya adalah batil.

Firman Allah:

“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di Akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran:85)

Syaikh DR.Muhammad Sulaiman al-Asyqar berkata pada tafsir ayat ini dalam Zubdatut-Tafsir:

“Maka setelah diutusnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada agama kecuali agama beliau dan tidak ada keselamatan pada Hari Kiamat bagi seseorang yang tidak beragama Islam.” Rasulullah bersabada:

“Demi Allah yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tidak ada seorang dar iumat ini, baik seorang Yahudi atau Nasrani yang mendengar tentang aku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia menjadi penduduk Neraka.”[HR. Muslim, Kitab: Al Iman, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

  1. Tauhid adalah haq; sedang syirik adalah batil

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“(Kekuasan Allah) yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah Al Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain-Nya, itulah yang batil. Dan sesungguhnya Allah itu, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al Hajj: 62; Luqman: 30)

Al Hafidz Ibnu Katsir berkata di dalam kitab tafsirnya, surat al Hajj ayat 62:

“Yaitu (Allah adalah) Ilaahul-Haq (Yang diibadahi dengan haq), yang dengan ibadah itu tidak pantas dipersembahkan kecuali untuk-Nya, karena Dialah yang memiliki kekuasaan yang agung. Apa-apa yang Dia kehendaki pasti terjadi, dan apa-apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi. Dan segala sesuatu butuh kepada-Nya, (dan) rendah disisi-Nya.”

Juga firman-Nya:

“Dan barang siapa yang melakukan syirik terhadap Allah, maka sesungguhnya dia telah tersesat dengan kesesatan yang jauh.” (An-Nisaa’: 116)

Maka tauhidullah dengan bagiannya yang tiga: Tauhid Rububuyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma wash-Shifat semuanya adalah haq. Dan yang bertentangan dengan ini yang berupa syirik dengan seluruh keragamannya adalah batil.

  1. Keimanan adalah haq, sedang kekafiran adalah batil

Yang mana keimanan itu bermanfaat bagi pemiliknya dan kekafiran itu membahayakan pelakunya. Allah berfirman:

“Dan pada hari terjadinya Kiamat, di hari itu (manusia) bergolong-golongan. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka mereka di dalam taman (Surga) bergembira. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (alQur’an) serta (mendustakan) menemui Hari Akhirat, maka tetap berada di dalam siksaan (Neraka).” (Ar Ruum: 14-16)

  1. Ketaatan adalah haq sedang kemaksiatan adalah batil

Taat berarti mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan, sedang maksiat adalah sebaliknya, yaitu meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan. Taat secara mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya adalah haq, sebab itu adalah perintah dari Al Haq (Allah) yang seluruh perintah-Nya mengandung hikmah dan pasti membawa manfaat. Sebaliknya bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah batil dan pasti membawa kepada kerugian. Allah berfirman:

“Itulah ketentuan-ketentuan dari Allah. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang sungai-sungai mengalir di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barang siapa bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkan ke dalam api Neraka, sedang dia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan.” (An Nisaa: 13-14)

  1. Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Sunnah para sahabat beliau adalah Al Haq; menyimpang darinya adalah kebatilan dan kesesatan

Allah berfirman:

“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah kebenaran jelas baginya, dan mengikuti (jalan yang ) bukan jalannya mu’minin, Kami biarkan dia leluasa terhadap (kesesatan) yang telah dikuasainya itu dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An Nisaa: 115)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata tentang ayat ini:

“Keduanya itu saling berkaitan, maka setiap orang yang menentang Rasul sesudah kebenaran jelas baginya, berarti dia telah mengikuti (jalan yang) bukan jalannya mu’minin. Dan setiap orang yang telah mengikuti (jalan yang) bukan jalannya mu’minin, berarti dia telah menentang Rasul sesudah kebenaran jelas baginya. Akan tetapi jika dia menyangka dia adalah orang yang mengikuti jalan mu’minin, padahal dia keliru, maka dia sama kedudukannya dengan orangyang menyangka bahwa dia adalah orang yang mengikuti Rasul, padahal dia keliru.” [Kitab Al Iman hal: 35 oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, penerbit: Al Maktab al Islami, cet:III, tahun:1408 H/1988 M].

Orang-orang yang mengikuti sunnah Rasulullah dan sunnah sahabat itulah Firqahan-Najiyah (Golongan yang Selamat) di antara 73 firqah yang diberitakan Rasulullah di dalam hadis-hadisnya yang masyhur. Mereka itulah Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Rasulullah bersabda:

“Dan Umatku akan terpisah (terpecah) menjadi 73 golongan, semuanya di Neraka kecuali satu golongan, (yang menjalani) apa yang aku dan para sahabatku di atasnya.” [HR. at Tirmidzi; Kitab Al Iman, no: 2641 dan lain-lain, dihasankan oleh Syeikh al Albani di dalam Shahih Jami’ush-Shaghir no: 5343].

Abul ‘Aliyah berkata: “Hendaklah kalian berpegang dengan urusan yang pertama yang mereka (para sahabat) jalani sebelum mereka berselisih.” [Riwayat Ibnul Jauzi, Talbis Iblis hal: 8].

Al Auza’i berkata:

“Sabarkanlah dirimu di atas As Sunnah. Berhentilah di mana kaum itu (para sahabat) berhenti. Katakanlah dengan apa yang mereka katakan. Tahanlah (diamlah) dari apa yang mereka tahan (diam), dan berjalanlah di atas Salaf (pendahulu)mu yang shalih, karena hal itu akan melonggarkanmu apa yang melonggarkan mereka.” [Riwayat al-Lalikai, al-Ash-bahani, dan Ibnul Jauzi di dalam Talbis Iblis, hal: 8-9].

Dengan demikian, apa saja yang menyimpang dari Sunnah Rasulullah dan sunnah sahabat adalah kebatilan. Begitu pula semua bid’ah di dalam perkara agama adalah kesesatan dan kebatilan, baik dalam bidang: Aqidah, Muamalah, Tafsir Al Qur’an dan lain-lain.

[Disalin dari majalah As-Sunnah 12/III/1420 H, hal 11 – 20]

http://abuayaz.blogspot.co.id/2012/01/kebenaran-makna-ukurannya.html