Terapi Penyakit Suka Terhadap Sesama Jenis

Pertanyaan:
Saya seorang akhwat, sekarang duduk di bangku kuliah. Sejak kecil saya tidak pernah menyukai laki-laki. Saya lebih tertarik kepada sesama jenis. Saya sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Yang pasti saya lebih tertarik melihat perempuan daripada laki-laki. Keluarga saya tidak ada yang tahu. Saya tahu ini dosa besar, dan saya tersiksa dengan ini. Saya ingin menjadi wanita yang solehah. Saya takut akan siksa Allah. Alhamdulillah kakak-kakak saya ahlussunnah. Saya pun mulai ikut mengaji (baru waktu tingkat 2 ini), tapi saya sudah lama mengenakan jilbab.

Yang ingin saya tanyakan, apa solusi masalah saya? Sekarang yang ada di pikiran saya adalah menikah. Saya ingin ada yang membimbing sepenuhnya. Dan saya berharap bisa mencintai suami saya karena Allah semata. Kebetulan semua kakak-kakak saya telah menikah, jadi tidak banyak waktu untuk berkumpul, dan tidak setiap saat mereka bisa membimbing saya. Tapi masalah yang kedua yang saya hadapi adalah kalau saya menikah, orang tua saya menuntut saya untuk menyelesaikan kuliah terlebih dahulu. Tapi ustadz, itu tidak mungkin. Saya takut saya akan melakukan maksiat. Saya ingin sembuh ustadz. Saya benar-benar ingin menjadi ahlussunnah. Saya terganggu dengan perasaan ganjil pada diri saya, karena setiap saya ingin melangkah pada kebenaran, saya selalu ingat perasaan ini dan akhirnya saya jadi malas untuk menuntut ilmu syar’i (karena setiap ingat, hati saya selalu berkata “Percuma kalau ngaji, tapi masih punya perasaan ganjil”). Terlalu lama jika harus menunggu selesai kuliah.

Saya berencana tetap menikah. Tapi sementara kuliah, saya tidak tinggal serumah dengan suami saya. Hubungan jarak jauh, karena saya ingin menyelesaikan kuliah dulu. Minimal ketemu suami 1 kali dalam sepekan. Ya mungkin hanya berbicara via telepon itu cukup (Saya ingin pacaran tanpa ada zina, terikat pernikahan). Tapi ustadz, apakah boleh menikah dengan menunda untuk jima’? Dan apakah boleh saya merahasiakan ini dari calon suami saya, karena saya terlalu malu untuk mengatakan ini, karena ini aib terbesar dalam hidup saya dan saya takut suami saya kecewa. Demikian ustadz pertanyaan dari saya. Jawaban dari ustadz sangat ana nantikan. Jazakallah khairan.

Jawaban Ustadz Muhammad Arifin Badri:

بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya hingga Hari Kiamat.

Selanjutnya, membaca problem yang sedang anti hadapi, saya dapat memahami perasaan dan pikiran anti. Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan kerahmatan dan hidayah-Nya kepada anti dan kita semua, sehingga kita dapat menempuh jalan-jalan yang diridhoi-Nya. Dan semoga Allah Ta’ala menyucikan anti dan juga jiwa kita semua, sehingga tidaklah timbul dari diri kita, kecuali kebaikan. Dan tidaklah muncul dari jiwa kita, selain pikiran yang baik dan diridhoi-Nya.

Ukhti yang semoga senantiasa mendapatkan taufiq dan hidayah dari Allah, dalam mengarungi bahtera kehidupan di dunia ini, setiap manusia tidak boleh terlepas dari keimanan kepada Allah Ta’ala. Segala yang kita hadapi, kita rasakan, dan kita dapatkan, datangnya dari Allah semata. Segala kenikmatan, kesembuhan dan kemudahan, hanya milik Allah Ta’ala.

Oleh karena itu seorang yang beriman kepada Allah Ta’ala akan senantiasa berjiwa besar dan bertekad baja dalam menghadapi apapun yang terjadi di dunia ini. Ketika ia menghadapi kenikmatan, ia tidak akan lupa daratan. Dan ketika ia menghadapi cobaan, ia tidak akan pernah putus asa dan menyerah kepada kegagalan.

عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله خير وليس ذاك لأحد إلا للمؤمن إن أصابته سراء شكر فكان خيرا له وإن أصابته ضراء صبر فكان خيرا له رواه مسلم

“Amat mengherankan urusan seorang Mukmin. Sesungguhnya urusannya itu semuanya baik. Dan ini tidaklah dimiliki melainkan oleh seorang yang beriman. Bila ia ditimpa kesenangan, maka ia bersyukur, maka urusannya itu menjadi baik baginya. Dan bila ia ditimpa kejelekan, maka ia bersabar, maka urusannya itu akan menjadi baik baginya.” (Muslim)

Benar-benar jiwa besar dan mental baja, sehingga dalam kesenangan ia dapat bersyukur dan tidak menjadi lupa daratan, sehingga dengan kenikmatannya itu ia tetap istiqamah pada jalan Allah, beribadah kepada-Nya, dan tetap mengamalkan syariat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.

Dalam kesusahan ia bersabar, sehingga tidak putus asa, dan menyeleweng dari syariat. Bila seorang Mukmin ditimpa kesusahan berupa musibah, kesusahan, maka ia bersabar dengan menerima takdir tersebut tanpa keluh kesah. Dan ia tetap yakin dengan sepenuhnya, bahwa kemudahan hanya akan dapat dicapai, bila kita tetap istiqomah dalam kebenaran. Dan kemudahan hanya milik Allah, sehingga hanya kepada-Nya kita memohon kemudahan. Oleh karena itu dahulu Nabi shollallahu ’alaihiwasallam mencontohkan kepada kita untuk berdoa:

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

ALLAHUMMA LAA SAHLA ILLA MAA JA’ALTAHU SAHLAA, WA ANTA TAJ’ALUL HAZNA IDZA SYI’TA SAHLAA

Artinya:
Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki, pasti akan menjadi mudah [Hadis ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya (3/255)].

Seorang Muslim bila dihadapkan kepada kesusahan, ia tetap berjiwa besar dan berkeyakinan kokoh, lebih kokoh dari pada gunung yang menjulang tinggi ke langit, bahwa amat mudah dan ringan bagi Allah untuk memberikan jalan keluar kepada hambanya. Tidak ada kata susah dan sulit bagi Allah Ta’ala. Semuanya mudah dan ringan bagi-Nya.

Bila ia dihadapkan dengan kemaksiatan, ia bersabar dengan cara menahan diri darinya, sehingga ia dapat menjaga keimanan dan ketakwaannya dari noda-noda kemaksiatan dan syahwat. Oleh karena itu, tatkala Allah Ta’ala menceritakan kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam, Allah berfirman:

إنه من يتق ويصبر فإن الله لا يضيع أجر المحسنين

“Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (Yusuf: 90)

Ibnul Qayyim berkata: “Dengan kesabaran, bisikan syahwat dapat ditinggalkan, dan dengan keyakinan, berbagai syubhat dapat ditepis.” (I’ilamul Muwaqi’in 1/137)

Dan bila sedang menjalankan ketaatan, ia bersabar, sehingga tidak luntur semangat dan keimanannya, karena berbagai aral dan rintangan yang menghadang setiap sepak terjangnya.

عن خباب بن الأرت رضي الله عنه قال: شكونا إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم وهو متوسد بردة له في ظل الكعبة، قلنا له: ألا تستنصر لنا؟ ألا تدعو الله لنا؟ قال: كان الرجل فيمن قبلكم يحفر له في الأرض، فيجعل فيه، فيجاء بالمنشار فيوضع على رأسه، فيشق باثنتين وما يصده ذلك عن دينه، ويمشط بأمشاط الحديد ما دون لحمه من عظم أو عصب، وما يصده ذلك عن دينه. والله ليتمن هذا الأمر حتى يسير الراكب من صنعاء إلى حضرموت، لا يخاف إلا الله أو الذئب على غنمه، ولكنكم تستعجلون.) رواه البخاري

“Dari sahabat Khabab bin Al Arat rodiallahu’anhu, ia menuturkan: Kami mengeluh kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, sedangkan beliau dalam keadaan berebah dengan berbantalkan bajunya di bawah Kakbah. Kami berkata kepadanya: Tidakkah engkau memohonkan pertolongan untuk kami? Tidakkah engkau berdoa kepada Allah untuk kami? Beliau menjawab: Dahulu, salah seorang sebelum kalian, digalikan untuknya lubang di bumi, kemudian ia ditanam di dalamnya, kemudian didatangkan untuknya gergaji, dan kemudian diletakkan di kepalanya, kemudian kepalanya dibelah menjadi dua, akan tetapi hal itu tidaklah dapat menghalang-halanginya dari agamanya, dan (yang lain) disisir dengan sisir besi dari bawah daging, sehingga nampaklah tulang belulangnya atau urat-uratnya, dan itu tidaklah dapat menghalang-halanginya dari agamanya. Sungguh demi Allah, urusan ini (agama ini) akan menjadi sempurna, hingga akan ada seseorang yang mengendarai kendaraannya dari San’a’ hingga Hadraumaut, sedangkan ia tidak takut, kecuali dari Allah atau serigala yang akan menerkam kambingnya. Akan tetapi kalian terburu-buru.” (Bukhori)

Allah Ta’ala berfirman:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

“Dan Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, tatkala mereka bersabar dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (As Sajdah: 24)

Ibnu Taimiyyah berkata: “Maka dengan kesabaran dan keyakinan, kepemimpinan dalam urusan agama dapat dicapai.” (Majmu Fatawa 3/358)

Ibnul Qayyim juga berkata: “Allah mengabarkan, bahwa Ia telah menjadikan dari mereka (pengikut Nabi Musa ‘alaihissalam) sebagai para pemimpin yang dijadikan sebagai panutan oleh orang setelah mereka; berkat kesabaran dan keyakinan mereka. Karena hanya dengan kesabaran dan keyakinanlah, kepemimpinan dalam urusan agama dapat dicapai.” (I’ilamul Muwaqi’in 4/135)

Itulah hal pertama yang harus anti lakukan dalam menghadapi permasalahan anti ini.

Kedua: Anti harus senantiasa dan banyak-banyak berlindung kepada Allah Ta’ala dari godaan setan dan bisikannya, yaitu dengan cara membaca ta’awudz:

أَعُوْذُ باللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ

A’udzu billahi minasy syaithonir rojiim

Artinya:
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.

Sebab bisikan dan godaan untuk bermaksiat itu datangnya adalah dari setan, sehingga dengan kita banyak-banyak berlindung kepada Allah dari godaannya, yaitu dengan membaca ta’awudz semacam ini, niscaya kita akan terjauhkan dari godaan dan kejahatannya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Dan bila engkau ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (Al A’araf: 200)

Ketiga: Senantiasa membaca dzikir pagi dan sore, dan sebelum dan sesudah tidur, sebelum makan, setelah makan, ketika menutup dan membuka pintu rumah, masuk WC dan keluar darinya dst. Untuk mengetahui bacaan-bacan dzikir yang dimaksud dan diajarkan oleh Nabi shollallahu’alaihiwasallam, silakan membeli buku (Do’a & Wirid Mengobati Guna-Guna dan Sihir Menurut Alquran dan As Sunnah) yang disusun oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwas.

Di antara yang seyogyanya anti lakukan ialah senantiasa membaca Ayat Kursi sebelum tidur dan seusai sholat fardhu.

Sebagaimana saya anjurkan, agar anti senantiasa membaca Alquran di rumah tempat tinggal anti, karena dengan cara ini setan tidak akan dapat masuk ke rumah kita.

Keempat: Banyak-banyak berdoa kepada Allah agar diberi kesucian jiwa, dan dijauhkan dari akhlak yang tercela. Di antara doa-doa yang diajarkan Nabi shollallahu ’alaihiwasallam adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلاَقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ. رواه الترمذي والحاكم والطبراني

ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MIN MUNKAROTIL AKHLAAQI WAL A’MAALI WAL AHWAA’

Artinya:
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari akhlak, amalan, dan hawa nafsu yang buruk.” (Riwayat At Tirmizy, Al Hakim, dan At Thabrani)

Dan akan lebih efektif bila anti senantiasa melakukan sholat malam, dan setelahnya berdoa kepada Allah Ta’ala, agar diberikan kesucian jiwa dan dikaruniai keistiqomahan dalam beragama, dan dikaruniai seorang suami yang sholeh, yang dapat membimbing anti kepada kehidupan seorang muslimah yang sejati.

Kelima: Senantiasa bersahabat dengan wanita-wanita yang sholihah, dan jangan sekali-kali pernah menyendiri atau berkawan dengan wanita yang kurang baik. Jangan sampai bisikan yang ada di hati anti ini malah menjadikan anti menyendiri. Karena semakin anti menyendiri, maka godaan ini akan semakin kuat. Dan semakin anti berkawan dengan wanita-wanita baik yang senantiasa berbicara dengan hal-hal baik, dan tidak sekedar omong kosong, maka dengan izin Allah godaan setan akan semakin berkurang. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

ما من ثلاثة في قرية فلا يؤذن ولا تقام فيهم الصلوات الا استحوذ عليهم الشيطان عليك بالجماعة فإنما يأكل الذئب من الغنم القاصية. رواه أحمد وأبو داود وغيرهما وصححه الألباني

“Tidaklah ada tiga orang manusia di suatu desa, kemudian tidak dikumandangkan adzan dan tidak juga didirikan sholat berjamaah, melainkan mereka itu telah dikuasai oleh setan. Hendaknya engkau senantiasa bersama jamaah (jamaah sholat) karena srigala hanyalah memakan kambing yang menyendiri.” (Riwayat Ahmad, Abu dawud dll, dan dishahihkan oleh Al Albani)

Anti harus yakin bahwa bagi seorang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan Hari Akhir, tidak dibenarkan untuk merasa, bahwa dirinya itu kotor dan tidak layak menjadi orang baik. Sebab setiap manusia diciptakan di dunia ini telah dibekali kesiapan untuk menjadi orang baik (dalam keadaan fitrah/suci). Hanya saja lingkungan dan pendidikan serta godaan setanlah yang telah merusak fitrah baiknya.

عن أبي هريرة رضي الله عنه أنه كان يقول: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : (ما من مولود إلا يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه، كما تنتج البهيمة بهيمة جمعاء، هل تحسون فيها من جدعاء) متفق عليه

“Dari sahabat Abu Hurairah rodiallahu’anhu, ia menuturkan: Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam: Tidaklah ada seorang yang dilahirkan melainkan dilahirkan dalam keadaan fitrah (Muslim). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi. Perumpamaannya bagaikan seekor binatang yang dilahirkan dalam keadaan utuh anggota badannya, nah apakah kalian mendapatkan padanya hidung yang dipotong?” (Muttafaqun ‘alaih)

Jadi sebenarnya anti memiliki fitrah yang baik, dan normal. Akan tetapi karena pengaruh pendidikan atau mungkin lingkungan atau lainnya yang memengaruhi cara berfikir anti. Oleh karena itu anti harus mengobarkan tekad dan semangat anti untuk mengembalikan fitrah anti sebagai seorang wanita yang sempurna.

Bila Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengambarkan, bahwa pada mulanya setiap orang dilahirkan dalam keadaan beragama Islam, mengakui keesaan Allah, akan tetapi karena pengaruh lingkungan, ia menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi, padahal dosa berpindah agama lebih besar dari pada dosa melakukan perilaku kaum Nabi Luth ‘alaihissalam, maka demikian jugalah yang menimpa diri anti, anti telah terpengaruh dengan faktor luar dari diri anti, sehingga menjadikan anti lebih suka kepada sesama jenis dari pada lawan jenis.

Bila orang yang telah berubah fitrahnya sehingga beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi dapat berubah dan kembali kepada fitrahnya, yaitu dengan belajar, dakwah, dan memohon hidayah dari Allah, maka anti lebih memungkinkan untuk kembali kepada fitrah anti yang semula. Kuncinya hanya ada di hati anti. bila anti serius memohon petunjuk kepada Allah, dan disertai dengan upaya yang serius, maka dalam waktu yang amat singkat fitrah anti akan kembali suci dan bersih.

Keenam: Lakukanlah kegiatan-kegiatan yang bersifat feminim/keibuan, misalnya mengasuh anak kecil (keponakan, atau adik, atau lainnya), memasak, berdandan memercantik diri (khusus ketika berada di dalam rumah), menjahit, membuat karangan bunga, dll. Serta hindari segala perbuatan dan perilaku yang biasa dilakukan oleh lawan jenis, misalnya mengendarai motor, mengenakan celana panjang walaupun di rumah, sandal laki-laki, atau yang serupa.

Ketujuh: Kenali betapa bahagianya kehidupan seorang wanita yang telah berumah tangga, telah dikaruniai anak keturunan yang sholeh, pandai, cakep, berbakti pada orang tua. Tidakkah anti iri dengan keadaan wanita tersebut yang hidup penuh dengan kebahagiaan sebagai ibu rumah tangga, istri, pengasuh anaknya sendiri, bukan anak angkat. Dan betapa bangganya dan berbuanga-bunganya hati anti bila suatu saat di hari yang cerah, anak anti pulang dari sekolah dengan membawa berita gembira, berupa kenaikan kelas anak anti dengan prestasi yang memuaskan, misalnya rangking satu di kelas, atau yang serupa.

Kedelapan: Di antara jalan yang harus anti tempuh guna membentengi diri anti, ialah dengan cara mengetahui dan memikirkan dampak jelek dan buruk yang akan menimpa orang yang menyelisihi fitrahnya, baik dampak buruk yang akan timbul dalam tempo dekat atau jauh, di antaranya: Betapa besarnya rasa malu yang akan anti dan keluarga anti hadapi bila perbuatan maksiat itu diketahui orang lain. Bagaimanakah masa depan anti kelak, baik masa depan secara sosial, atau kejiwaan, di mana bila seorang wanita tidak menikah dengan lelaki, maka ia tidak akan pernah punya anak keturunan yang akan menjaga dan melayaninya di masa tua, dan mendoakan untuknya sepeninggalnya kelak. Belum lagi betapa besarnya dosa yang akan anti tanggung, bila anti hanyut dengan godaan setan ini.

Ukhti fillah, besarkan hati anti, bulatkan tekad anti dan kobarkan semangat anti untuk kembali kepada fitrah. Gantungkanlah harapan anti hanya kepada Allah Ta’ala. Angkatlah kedua telapak tangan anti seusai anti sholat dan pada malam hari guna memohon hidayah dan perlindungan kepada Allah Ta’ala dari godaan setan yang terkutuk dan bisikan nafsu yang tidak baik.

Kesembilan: Adapun rencana anti untuk menikah tapi tidak hidup serumah dengan calon suami anti, maka menurut hemat saya itu tidak perlu dilakukan, sebab saya khawatir bila anti dikecewakan oleh calon suami anti, malah semakin memerburuk keadaan dan perasaan anti. Cobalah kiat-kiat yang telah saya jabarkan di atas dengan sepenuh hati. Semoga anti berhasil mengusir belenggu setan yang telah melilit dalam sanubari anti.

Tak lupa, saya juga turut berdoa untuk anti, semoga Allah Ta’ala menyucikan jiwa anti dan menjaga kehormatan anti, serta melindungi anti dari godaan setan dan bisikan hawa nafsu yang dimurkai Allah. Wallahu a’lam bis showab.

***

Penanya: Seorang Hamba Allah
Dijawab oleh: Ustadz Muhammad Arifin Badri
(Doktor Universitas Islam Madinah, Madinah, Saudi Arabia)

Sumber: muslim.or.id