بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#Nasihat_Ulama

SOLUSI DALAM MENGHADAPI PEMERINTAH YANG ZALIM

Islam adalah agama yang sempurna. Jika melarang sesuatu, maka pasti ada solusinya yang lebih baik. Dan jika seseorang kembali kepada metode beragama yang benar (manhaj Salaf), insya Allah ta’ala ia akan temukan semua solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi umat manusia, yaitu dengan bimbingan ilmu dan merujuk kepada ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Sabar dan doa, bersabar dan bertakwa. Inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ ketika berhadapan dengan penguasa yang zalim. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ فَمِيتَةٌ جَاهِلِيَّةٌ

“Barang siapa yang melihat suatu (kemungkaran) yang ia benci pada pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar. Karena sesungguhnya, barang siapa yang memisahkan diri dari jamaah (pemerintah), kemudian ia mati, maka matinya adalah mati jahiliyah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma]

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً وَأُمُورًا تُنْكِرُونَهَا قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ أَدُّوا إِلَيْهِمْ حَقَّهُمْ وَسَلُوا اللَّهَ حَقَّكُمْ

“Sesungguhnya kalian akan melihat (pada pemimpin kalian) kecurangan dan hal-hal yang kalian ingkari (kemungkaran)”. Mereka bertanya: “Apa yang engkau perintahkan kepada kami wahai Rasulullah?” Beliau ﷺ menjawab: “Tunaikan hak mereka (pemimpin) dan mintalah kepada Allah hak kalian (berdoa).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu]

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:

“Demi Allah. Andaikan manusia bersabar dengan musibah berupa kezaliman penguasa, maka tidak lama Allah ta’ala akan menghilangkan kezaliman tersebut dari mereka. Namun apabila mereka mengangkat senjata melawan penguasa yang zalim, maka mereka akan dibiarkan oleh Allah. Dan demi Allah, hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan kapan pun. Kemudian beliau membaca firman Allah ta’ala:

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ

“Maka sempurnalah kalimat Rabb-mu yang Maha Baik kepada Bani Israil, disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami musnahkan apa yang diperbuat oleh Fir’aun dan kaumnya, dan apa yang mereka bina.” (Al-A’rof: 137).” [Lihat Madarikun Nazhor, hal. 6]

Al-Imam Al-Hasan Al-Basri rahimahullah juga berkata:

إن الحجاج عذاب الله فلا تدفعوا عذاب الله بأيديكم ولكن عليكم بالاستكانة والتضرع فإن الله تعالى يقول ولقد أخذناهم بالعذاب فما استكانوا لربهم وما يتضرعون

“Sesungguhnya Al-Hajjaj (penguaza zalim) adalah azab Allah. Maka janganlah kalian menolak azab Allah dengan tangan-tangan kalian. Akan tetapi hendaklah kalian merendahkan diri karena takut kepada-Nya, dan tunduk berdoa, karena Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ أَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ فَمَا اسْتَكَانُوا لِرَبِّهِمْ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ

“Dan sungguh Kami telah timpakan kepada mereka azab, namun mereka tidak takut kepada Rabb mereka dan tidak pula berdoa.” (Al-Mu’minun: 76).” [Lihat Minhaajus Sunnah, 4/315]

Al-Imam Thalq bin Habib rahimahullah berkata:

اتقوا الفتنة بالتقوى فقيل له أجمل لنا التقوى فقال أن تعمل بطاعة الله على نور من الله ترجو رحمة الله وأن تترك معصية الله على نور من الله تخاف عذاب الله رواه أحمد وابن أبي الدنيا

“Hadapilah fitnah (kekacauan) dengan ketakwaan.” Maka dikatakan kepada beliau: “Jelaskan kepada kami secara global, apa itu takwa?” Beliau berkata: “Takwa adalah engkau mengamalkan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya (ilmu) dari Allah, dalam keadaan engkau mengharap rahmat Allah. Dan engkau tinggalkan kemaksiatan kepada Allah, berdasarkan cahaya (ilmu) dari Allah, dalam keadaan engkau takut azab Allah.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dan Ibnu Abid Dunya).” [Lihat Minhaajus Sunnah, 4/315]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

وكان أفاضل المسلمين ينهون عن الخروج والقتال في الفتنة كما كان عبد الله بن عمر وسعيد بن المسيب وعلي بن الحسين وغيرهم ينهون عام الحرة عن الخروج على يزيد وكما كان الحسن البصري ومجاهد وغيرهما ينهون عن الخروج في فتنة ابن الأشعث ولهذا استقر أمر أهل السنة على ترك القتال في الفتنة للأحاديث الصحيحة الثابته عن النبي صلى الله عليه وسلم وصاروا يذكرون هذا في عقائدهم ويأمرون بالصبر على جور الأئمة وترك قتالهم وإن كان قد قاتل في الفتنة خلق كثير من أهل العلم والدين

“Para pembesar kaum Muslimin melarang dari pemberontakan dan peperangan dalam masa fitnah, sebagaimana Abdullah bin Umar, Sa’id bin Al-Musayyib, Ali bin Al-Hasan dan selainnya melarang kaum Muslimin dari pemberontakan terhadap Yazid di masa Al-Harah. Sebagaimana juga Al-Hasan Al-Basri, Mujahid dan selainnya melarang dari pemberontakan pada fitnah Ibnul Asy’ats. Oleh karena itu, telah tetap pendapat Ahlus Sunnah, bahwa TIDAK BOLEH BERPERANG di masa fitnah, berdasarkan hadis-hadis shahih yang berasal dari Nabi ﷺ. Dan para ulama terus menyebutkan hal ini dalam kitab-kitab akidah mereka. Dan para ulama memerintahkan umat untuk bersabar menghadapi kezaliman penguasa dan tidak memerangi mereka, meskipun pernah terlibat banyak ahli ilmu dan ibadah dalam peperangan di masa fitnah (tetap saja hal itu salah).” [Mihaajus Sunnah, 4/315-316]

 

 

Penulis: Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah

http://sofyanruray.info/sepanjang-sejarah-kudeta-mudaratnya-lebih-besar-ambillah-pelajaran/