Siapakah Habib? Apakah Mereka Wali Allah?

Ketika disebut kata Habib, maka yang langsung terbayang dalam benak kita adalah seorang keturunan Rasulullah yang memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki orang lainnya dan merupakan seorang Wali Allah. Itulah yang dapat ditangkap dari pemahaman masyarakat selama ini terhadap Habib ini.  Lalu siapakah Wali Allah yang sebenarnya? Apakah benar setiap Habib adalah Wali Allah?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya yang berjudul Al Furqon Baina Auliya’ir Rohman wa Auliya’us Syaithon Hal.34 mengatakan, “Wali Allah hanyalah orang yang beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beriman dengan apa yang dibawanya, dan mengikutinya secara lahir dan batin. Barang siapa yang mengaku mencintai Allah dan wali-Nya, namun tidak mengikuti beliau, maka tidak termasuk Wali Allah. Bahkan jika dia menyelisihinya dan berbuat bid’ah, maka termasuk musuh Allah dan Wali Setan.

Barang siapa yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Allah akan mencintainya. Namun siapa yang mengklaim mencintai-Nya tapi tidak mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak termasuk Wali Allah. Walaupun banyak orang menyangka dirinya atau selainnya sebagai Wali Allah, tetapi kenyataannya mereka bukan Wali-Nya.

Dengan demikian, sangat salah suatu pemahaman yang berkembang di masyarakat kita saat ini, bahwa Wali itu hanya monopoli orang-orang tertentu, semisal ulama, Habib, kyai, apalagi hanya terbatas pada orang yang memiliki ilmu yang aneh-aneh dan sampai pada orang yang meninggalkan kewajiban syariat yang dibebankan padanya.

Kalau pun benar seseorang merupakan keturunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hal itu hanya keistimewaan dari segi nasab saja. Apabila ia tidak beriman dan beramal sholih sesuai tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, KEISTIMEWAAN ITU AKAN TERKUBUR SIA-SIA dan TIDAK AKAN BERARTI. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai kaum Quraisy – atau perkataan yang mirip ini-, selamatkanlah jiwa kalian sesungguhnya aku tidak bisa menolong kalian sama sekali. Wahai bani Abdu Manaf, aku sama sekali tidak bisa menolong kalian. Wahai Abbas bin Abdilmuttholib, aku tidak bisa menolongmu sama sekali. Wahai Sofiyah bibinya Rasululllah, aku sama sekali tidak bisa menolongmu. Wahai Fatimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa yang engkau kehendaki dari hartaku, aku sama sekali tidak bisa menolongmu.” (HR. Al-Bukhari, no. 4771)

Maksudnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi dirinya dan keluarganya. Juga beliau tidak mampu menolak kemudharatan dari dirinya dan keluarganya, serta tidak mampu mencegah adzab Allah yang akan menimpanya, jika mereka bermaksiat kepada Allah.

Wallahu a’lam.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal