#DakwahTauhid

PILIH ISLAM YANG MANA? NUSANTARA ATAU TIMUR TENGAH?

Makna “Islam Nusantara”

Apakah “Islam Nusantara” dan apa yang mereka inginkan dengan mengada-adakan istilah tersebut?

Nusantara sebutan (nama) bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia (lihat kamus KBBI). Sementara itu, Islam Nusantara; setelah kami membaca dan menyaring berita yang beredar, mereka menginginkan Islam Nusantara ini sebagai berikut:

Azyumardi Azra (Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta) mengatakan, “Islam Nusantara adalah Islam distingtif (artinya Islam yang unik) sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi (disesuaikan keadaan pribumi) dan vernakularisasi (disesuaikan kedaerahan) Islam universal dengan realitas sosial, budaya dan agama di Indonesia…”

“Islam Nusantara artinya Islam yang tidak menghapus budaya. Islam yang tidak memusuhi tradisi. Islam yang tidak menafikkan atau menghilangkan kultur. Islam Nusantara, Islam moderat dan toleran. Islam kompatibel (mampu bergerak dan bekerja dengan keserasian, kesesuaian) dengan berbagai komponen ketatanegaraan modern, seperti demokrasi. Kemajemukan masyarakat tidak menjadi penghalang bagi Islam untuk cocok dengan demokrasi dan malah menjadi faktor pemersatu entitas negara bangsa bernama Indonesia. Mengontekstualisasikan Islam dengan kearifan lokal, bukan hanya sebagai simbol, tapi riil,” ujar Rektor UINSA Abdul A‘la.

Dikatakan pula bahwa Islam Nusantara adalah Islam yang tidak memusuhi ataupun memberangus budaya yang ada. Justru budaya setempat diakomodir dan dilestarikan, selama tidak bertentangan dengan aturan atau syariat Islam.

Mereka memberi contoh bahwa Islam kuat karena didukung budaya. Budaya menjadi lestari karena dipoles oleh Islam. Kecuali tradisi yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam, itu jelas kita tolak; misalnya dalam ritualnya ada hubungan seks bebas. Akan tetapi, kirim doa orang mati 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1.000 hari kita lestarikan. Kita isi dengan tahlilan, dzikir-dzikir kepada Allah.

Bantahan terhadap Islam Nusantara

Setelah kita mengamati maksud mereka sebagaimana yang tercantum di atas, jelas bahwa mereka MELANGGAR SURAT AL-BAQARAH AYAT 42. Mereka ingin mencampuradukkan akal, perilaku, dan budaya manusia dengan wahyu Allah ta’ala, agar budaya kufur, syirik, bid‘ah, dan kemaksiatan bisa diterima oleh tiap-tiap suku dan bangsa, sehingga tidak perlu membahas halal dan haram, karena standarnya “Budaya”. Padahal, tiap-tiap suku punya budaya, tentu tidak mau disalahkan. Inilah produk Muktazilah atau Islam Liberal; menghendaki Islam berpandangan bebas dan terbuka yang digelar oleh Bapak Harun Nasution; baca kitabnya (Teologi Pembaruan, Fauzan S., 2004, hlm. 264).

Mereka memberi contoh budaya yang haram, semisal dalam ritual ada hubungan seks bebas. Adapun kirim doa orang mati 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1.000 hari kita lestarikan. Maka dapat kita pahami bahwa budaya yang haram menurut mereka, apabila sudah jelas keharamannya dari Alquran atau hadis dan dihukumi oleh manusia secara umum haram. Adapun bergaul dengan wanita tanpa mahram, menyanyi, bepergian dengan wanita tanpa mahram, berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya, tidak dinamakan haram, sekalipun menurut syariat Islam hukumnya haram. Berikutnya, semua budaya yang ada hubungannya dengan keagamaan yang tidak ada nasnya haram, seperti kirim doa orang mati, tahlilan, atau salat dengan bahasa Jawa yang diajarkan di Pesantren I’tikaf Ngadi Lelaku, Malang, membaca Alquran dengan langgam Jawa, salat hanya tiga waktu. Budaya-budaya tersebut bisa diterima. Tidak boleh memermasalahkannya, walaupun berkaitan dengan masalah ibadah, karena tidak ada nas yang melarangnya—Na‘udzubillahi min dzalik—. Jadi, menurut mereka, tidak ada istilah bid‘ah sayyi’ah menurut syariat. Padahal, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam yang menjelaskan:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa mengadakan cara baru dalam urusan din kami ini, maka ditolak.” (HR Muslim Kitabul Qadha’ no. 4589)

Dalam riwayat lain, beliau bersabda:

وَمَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهْوَ رَدٌّ

“Barang siapa mengamalkan suatu amalan (ibadah) tidak di atas tununan kami, maka ditolak.” (HR al-Bukhari no. 60)

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberi petunjuk kepada kita semua, dan kita diselamatkan dari bersilatnya lidah orang munafik dan perusak dinul-Islam.

Islam Timur Tengah

Agar misi para pendukung “Islam Nusantara” bisa diterima oleh orang awam, mereka membenturkan dengan istilah baru, yang juga produk mereka, yaitu “Islam Timur Tengah”. Islam Timur Tengah, menurut mereka, suka bertengkar dan berontak, Islam yang radikal, kejam, tidak toleran dengan saudaranya yang lain pendapat. Beda dengan Islam Nusantara menurut mereka yang selalu berjiwa lembut dan toleran. Perhatikan perkataan mereka:

Kata Said Agil Siradj:

“Kita lihat keadaan umat Islam di Timur Tengah. Perang saudara tidak berkesudahan. Di Irak, Suriah, Yaman, Somalia, Afganistan, Mesir, Libya.

Mayoritas Muslim di Indonesia seperti dibangkitkan dari kesadaran terpendam, bahwa praksis Islam mereka selama ini sebenarnya contoh baik dari agama rahmat semesta alam ini. Namun praksis itu tenggelam dalam ingar-bingar wajah Islam radikal, tak ramah perbedaan, dan cenderung mengakomodasi kekerasan.

Praksis radikal itu justru lebih menonjol meski dilakukan oleh kelompok yang jauh lebih sedikit jumlahnya, tetapi lebih ekspresif setelah keran demokrasi terbuka sejak era reformasi. Ekspresi seperti ini memang terbentuk dari pertemuan dengan sentimen Islam di Timur Tengah yang jauh dari suasana damai.

Belum lagi konflik dalam negeri yang terjadi pada negara-negara Timur Tengah, seperti Suriah dan Yaman, ikut mengobarkan sentimen konflik keagamaan yang kental di antara dua kelompok besar dalam Islam, Sunni dan Syiah.”

Bantahan terhadap Adanya “Islam Timur Tengah”

Itulah tata bahasa yang mereka susun, agar orang awam bisa menerima, bahwa Islam yang baik adalah “Islam Nusantara”. Sementara itu, istilah “Islam Timur Tengah” yang mereka boyong, dimaui/dikehendaki sebagai sarana mematikan syariat Islam yang sebenarnya. Kalau seandainya mereka menyebut “Sebagian orang Islam Timur Tengah” maka itu masih mendingan, karena sebagian besar orang Islam menyimpang dari syariat Alah wa Ta’ala.

Setelah kita memahami makna dan istilah “Islam Timur Tengah” menurut mereka, mereka tidak menyebutkan dalil dari Alquran maupun sunah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, dan tidak pula mereka menyertakan salah satu madzhab Imam Empat atau para ahli hadis lainnya yang menjadi pegangan kita umat Islam. Bahkan kalau kita baca bab sebelumnya, justru prinsip mereka ini melawan Alquran dan sunah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dan protes kepada semua madzhab Ahlusunah wal Jamaah.

Mereka ingin MENJAUHKAN umat Islam Indonesia dari berpegang kepada Alquran dan sunah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dan jejak para sahabat Radhiallahu’anhum, dengan cara mengumpulkan berita negatif, kejadian dan peristiwa peperangan di Timur Tengah, bahwa begitulah Islam Timur Tengah. Padahal, kalau mereka mau memahami ilmu syari dan menggunakan akal yang sehat, mereka diperalat oleh bangsa asing yang kafir yang berkuasa di dunia ini, untuk menghancurkan kaum Muslimin yang berpegang kepada sunah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Berapa banyak kaum Muslimin Ahlusunah dibantai oleh mereka, yang dipelopori oleh kelompok Syiah—di belakangnya orang Yahudi—dan kelompok Khawarij yang keduanya muncul setelah wafatnya Khalifah Usman bin Affan Radhiallahu’anhu. Dua kelompok ini bertambah kejam setelah dakwah sunah menyebar seluruh dunia dan setelah mereka mendapatkan bantuan dan dukungan dari negara kafir, mereka memakai label “Pembela Islam” agar bisa diterima oleh khalayak ramai. Allah ta’ala berfirman:

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (QS al-Shaff [61]: 8)

Al-Imam Ibnu Katsir berkata: “Mereka (musuh Allah ta’ala) berusaha menolak kebenaran dengan mengganti yang batil. Semisal mereka orang yang ingin memadamkan sinar matahari dengan mulutnya, tentu hal ini mustahil. Demikian juga mereka tidak akan mampu memadamkan cahaya wahyu Allah ta’ala. Oleh karena itu, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.’ (QS al-Shaff [61]: 8).” (Tafsīr Ibn Katsīr 8/12)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Ali ‘Imran [3]: 54)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‘di menafsirkan ayat ini, “Tatkala orang kafir mau membunuh utusan Allah dan mau memadamkan cahaya Islam ini, maka Allah ta’ala segera membalas tipu daya mereka. Mereka tidak mampu memadamkan wahyu ilahi, tetapi tipu daya mereka kembali kepada diri mereka sendiri dan mereka menjadi orang yang rugi.” (Tafsīr al-Karīmur Rahman 1/132)

Sungguh aneh para pengusung “Islam Nusantara” ketika membenturkan “Islam Nusantara” dengan istilah “Islam Timur Tengah”. Mereka memberi contoh negara Timur Tengah yang bentrok. Mereka tidak menyebut negara Arab Saudi yang aman, padahal negeri ini berulang kali mau direbut oleh musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari luar dan dalam. Mau direbut oleh penguasa dzalim Saddam Husein Presiden Irak. Mau direbut oleh Khumaini penguasa Iran, bahkan tidak henti-hentinya orang Syiah mau merebut kota suci Makkah dan Madinah dengan mengadakan serangan di Yaman, agar bisa masuk kota suci Makkah dan Madinah. Demikian juga penguasa Suriah dan negara sekeliling Arab Saudi. Akan tetapi, Allah ta’ala membendung mereka dan melindungi negeri ini, dengan diberi taufik rakyatnya menaati pemimpinnya dan pemimpinnya melaksanakan syariat Islam. Belum kita jumpai negara Islam lain yang menandingi negeri (Arab Saudi) ini. Namun, nikmat ini sengaja disembunyikan oleh orang yang kena penyakit hasud dari kelompok Yahudi dan Nasrani dan orang yang mengikuti jejak mereka. Wallahulmusta‘an.

Bahaya “Islam Nusantara”

Ide “Islam Nusantara” pada dasarnya adalah bagian dari rangkaian proses sekularisasi pemikiran Islam yang telah dikumandangkan sejak tahun 80-an oleh Nurcholis Madjid. Ide “Islam Nusantara” itu tidak lebih dari sekularisasi merek baru. Di dalam bukunya, Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan (Mizan, 1987), Nurcholis Madjid menyerukan untuk membangun Islam yang bersifat terbuka dan toleran terhadap ajaran agama lain dan budaya keindonesiaan. Padahal, sekularisme, pluralisme, dan liberalisme (sepilis) telah difatwakan haram oleh MUI.

Ide “Islam Nusantara” berpotensi besar untuk memecah belah kesatuan kaum Muslim. Negeri Muslim akan dipecah belah melalui isu kedaerahan; ada Islam Nusantara, Islam Timur Tengah, Islam Turki, Islam Salafi Wahabi, dan sebagainya. Ini merupakan “politik belah bambu” yang memang merupakan strategi penjajah untuk melemahkan kaum Muslim.

Allah ta’ala menjelaskan bahayanya mengikuti arus budaya dan kemauan manusia secara umum:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS al-An‘am [6]: 116)

Akhirnya, umat manusia akan mengedepankan budaya dan merusak norma-norma Islam, sehingga mereka keluar dari akidah Islam sedikit demi sedikit. Bahkan berakhir akan memerangi kaum Muslimin yang berpegang kepada sunah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Itulah fakta yang kita saksikan. Orang yang mengedepankan rasionya itulah penyembah hawa nafsu yang harus kita waspadai dan kita perangi. Allah ta’ala berfirman:

أَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS al-Jatsiyah [45]: 23)

Demikianlah yang dapat disampaikan, semoga kita senantiasa mendapatkan taufik dan hidayah-Nya, dan menjadi pejuang penegak sunah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam di tengah badai fitnah syubhat dan syahwat yang mereka boyong dalam rangka mengelabui orang awam. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami berlindung dari bala ini; dan hanya kepada-Mu, ya Allah, kami minta pertolongan.

 

Oleh Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron

 

http://abiubaidah.com/pilih-Islam-yang-mananusantaraataukah-timur-tengah.html/