بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#DakwahTauhid
PERJALANAN CILEGON – JAKARTA  – YOGYAKARTA

#Dari Pesawat Ini, Kembalilah Wahai Jiwa Hanifmu

Bismillah
Dalam kegelapan pesawat, terlintaslah secercah ketukan dari hati:
“Bagaimana jadinya, jikapesawat malam ini jatuh tak seimbang? Kecelakaan dalam keheningan malam? Meledak memecah kesunyian? Atau tenggelam dalam gelapnya laut?”
Dan lagi, kembali kami memainkan jemari di atas papan kecil yang menyala terang dalam kegelapan sunyi, menulis yang sekiranya bermanfaat untuk dunia, Akhirat, diri dan orang lain.
Adakah Anda di sana, pernah  mengalaminya?
Nampak sebagian besar penghuni sementara ruang sempit ini adalah sunyi, sebagian lagi sepi, sebagian berkomat-kamit berdoa, sebagian berusaha bercanda, mengobrol dan menenangkan pikiran dengan wajah, di mana kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan.
Tidak ada wajah sombong, tidak ada dada membusung dan tidak ada dagu yang mendongak.
Hanyalah mata sayup berharap, tangan-tangan menengadah ke atas, setiap goncangan pesawat selalu diiringi dengan zikir dan doa, seakan mereka sedang berlomba
Anda mungkin tidak tahu, bahwa di atas bumi, bisa jadi dia yang sombong, dia yang pongah, dia selalu hasad dan dengki, dia yang selalu kering bibirnya dari zikir mengingat Allah. Bahkan ternyata hatinya telah mati dari cahaya hidayah.
Tetapi sekarang, kaki tidaklah lagi menapak di atas tanah, raga di antara langit dan bumi, dan nasib manusia berada di antara jemari Allah.
Tiba-tiba bibirnya basah dengan zikir, hatinya tenang dan pasrah, anggota badanya mengikuti sisa-sisa keimanan (Alhamdulillah),
Aduhai, bagaimanakah lagi di Hari Kiamat kelak?
Iya dan benar! Jangan mengeryitkan dahi karena terheran. Itulah fitrah manusia dan jiwa hanifnya makhluk.
Di saat-saat sulit, dan hanya Allah-lah tempat bersandar dan.menentukan. Hati manusia hanya bersandar kepada Allah.
Saat-saat inilah kita melembutkan hati yang keras. Keras dengan maksiat dan dosa, sehingga tidak peka lagi keimanan dengan maksiat yang sedikit.
Menghidupkan kembali hati yang mati. Noktah-noktah kemaksiatan hati, maka bersihkanlah.
Merenungi kembali hakikat kehidupan. Kampung Anda adalah akhirat, abadi kekal dan dikekalkan selama-lamanya.
Dunia yang hijau dan manis hanya sementara, hanya sementara dan hanya sementara. Sebagaimana safar yang jauh, dan singgah sebentar di bawah pohon rindang. Anda akan tertidur pulas, kelelahan dan terbuai, padahal perjalanan masih sangat panjang
Jangan pura-pura lupa, buang jauh rasa gengsi, mendekatlah dalam dekapan hidayah, masuklah dalam cahaya ilmu agama, dan balutan amal untuk melihat wajah Allah di Surga tertinggi.
Pesawat ini di atas udara bagaikan kapal  di atas ombak dahulunya. Tidakkah kau lihat goncangannya? Tidakkah kau nilai heningnya? Dan tidakkah kau rasakan pasrahnya?
Orang kafir Quraisy tatkala menaiki kapal hendak mengarungi rimbanya lautan. Maka mereka berdoa ikhlas kepada Allah saja dan melupakan berhala-berhala mereka.
Tidak ada berhala Hubal dalam benak mereka. Tidak ada berhala Latta dalam zikir mereka. Dan tidak ada berhala Uzza dalam rintihan doa mereka.
Akan tetapi, akan tetapi…  Tatkala selamat dan kaki kembali menapak di muka bumi, tiba-tida dengan cepat mereka kembali menyekutukan Allah, larangan terbesar dalam agama.
Dalam Alquranlah termaktub:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

Maka apabila mereka naik kapal, mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) memersekutukan (Allah) (Al-ankabut: 65)
Janganlah heran, ketika kaki merapat kembali di atas bumi, kita tidak tahu mana yang wajah sombong kembali, mana dagu yang akan terus-menerus mendongak dan lupa dengan pasrahnya kepada Rabb yang menyelamatkannya.
Ujian, musibah dan rasa sempit adalah garam kehidupan. Dia harus ada dalam jumlah sedikit. Di sanalah Allah menginginkan. Kebaikan kepada Anda, pasrah Anda kepada-Nya, menangis, mengadu dan merengek, melebihi anak kecil pada ibunya.
Jadilah dalam kesunyian Anda menangisi dosa-dosa Anda kepada Rabb. Teteskan air mata pembuktian iman. Karena Anda tidak bisa menangis karena Allah begitu saja dengan kemauan. Tetapi mata airnya adalah lubuk hati keimanan terdalam.
Bersama manusia tampakkan wajah ceria, optimis dan bersemangat. Sembunyikan tangis dan amal Anda bersama Rabb saja, karena mata dan airnya akan bersaksi di Hari Pembalasan.
Semoga Allah memberikan hidayah terbaik kepada Anda. Mengetuk pintu hati fitrah Anda, mengembalikan jiwa hanif Anda yang tertutup oleh maksiat, sombong dan gengsi.
Kembalilah kepada agama Anda, ajaran Nabi ﷺ yang benar. Datangi orang yang berilmu, basahi lisan Anda dengan pertanyaan:
Dari mana saya memulai beragama yang benar? Dari mana saya harus berubah? Apa yang pertama harus saya perbaiki? Apa yang utama saya pelajari?
Ataukan Anda sejatinya telah tahu, hanya saja berpura dalam lupa?

  • “Kembalilah nak.”
  • Mungkin itu seruan ibu Anda yang mungkin sudah mendahului Anda?
  • “Akhiratmu nak, shalatlah.”
  • Mungkin itu bisikan terakhir ayah Anda saat Anda di sisinya?
  • “Wahai ibu, bolehkah saya tunggu ibu di Surga?”
  • Mungkin rintihan terakhir anak Anda yang sedang sakit?

Kembalilah, kembalilah ke agama. Gengsi dan sombong buanglah jauh. Sebagaimana Anda menghempaskannya jauh di atas pesawat yang dirasakan.
Di pesawat ini, hanya doa dan niat yang ikhlas yang bisa kami  panjatkan untuk diri, keluarga dan kaum Muslimim.
“Wahai Rabb, jadikan hati dan iman kami senantiasa sebagaimana di atas pesawat ini, bahkan lebih”.
Aamiin yaa mujiibas saa-iliin
(Perkenankanlah, Wahai Engkau yang Maha Mengabulkan Doa)
Kami tulis dalam keheningan larutnya malam, di antara langit dan bumi Allah.
 
Penyusun:  dr. Raehanul Bahraen
(Semoga Allah meluruskan niatnya, memudahkan untuk beramal dan memasukkannya dalam Surga tertinggi tanpa hisab bersama keluarga dan kaum Muslimin)
[Artikel www.muslimafiyah.com]