بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

PERISTIWA INDAH DI AKHIR HAYATNYA

Mereka wafat sambil menorehkan sejarah. Wafat diiringi peristiwa yang dikenang manusia, dari generasi ke generasi. Kita akan simak cuplikannya berikut ini:

[1] Wafatnya Imam Ahmad

Iblis mengaku kalah.

Diceritakan oleh Abdullah putra Imam Ahmad:

Aku menghadiri proses meninggalnya bapakku, Ahmad. Aku membawa selembar kain untuk mengikat jenggot beliau. Beliau kadang pingsan dan sadar lagi. Lalu beliau berisyarat dengan tangannya, sambil berkata: “Tidak, menjauh…. Tidak, menjauh…” beliau lakukan hal itu berulang kali. Maka aku tanyakan ke beliau: “Wahai ayahanda, apa yang Anda lihat? Beliau menjawab:

إن الشيطان قائم بحذائي عاض على أنامله يقول: يا أحمد فتني وأنا أقول لا بعد لا بعد

“Sesungguhnya setan berdiri di sampingku sambil menggingit jarinya, dia mengatakan: ‘Wahai Ahmad, aku kehilangan dirimu (tidak sanggup menyesatkanmu).  Aku katakan: “Tidak, menjauhlah…. Tidak, menjauhlah….” (Tadzkirah Al-Qurthubi, Hal. 186)

Pengaruh dakwah luar biasa, membuat banyak orang masuk Islam

Abu Hatim meriwayatkan pernnyataan al-Warkani, tetangganya Imam Ahmad:

أسلم يوم مات أحمد عشرون ألفا من اليهود والنصارى والمجوس

Pada hari wafatnya Imam Ahmad, ada 20 ribu Yahudi, Nasrani, dan Majusi yang masuk Islam (al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir, 10/342).

[2]  Wafatnya Abu Zur’ah

Abu Zur’ah ar-Razi, ahli hadis, salah satu gurunya imam Muslim. Beliau wafat dengan mentalqin dirinya sendiri.

Membaca hadis beserta sanadnya (nama perawinya) yang isinya:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Siapa yang kalimat terakhirnya, Laa ilaaha illallaah, maka dia masuk Surga.” (HR. Abu Daud 3118)

Dikisahkan oleh Al-Hafidz Abu Ja’far al-Tusturi:

Kami hadir ketika proses wafatnya Abu Zur’ah, bersama para ulama murid beliau lainnya, seperti Abu Hatim, Muhammad bin Muslim, al-Mundzir bin Syadzan, dan beberapa ulama lainnya. Mereka ingin memraktikkan hadis Nabi ﷺ:

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ

“Talqin orang yang hendak mati di antara kalian, untuk mengucapkan “Laa ilaaha illallaah…”

Namun mereka semua malu untuk menalqin gurunya Abu Zur’ah. Tiba-tiba Abu Zur’ah yang dalam kondisi mau meninggal menyampaikan hadis dengan sanadnya:

حدثنا بندار ، حدثنا أبو عاصم ، حدثنا عبد الحميد بن جعفر ، عن صالح بن أبي عريب ، عن كثير بن مرة الحضرمي ، عن معاذ بن جبل، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم

Imam Bundar menceritakan kepada kami, bahwa Imam Abu Ashim menyampaikan kepada kami, bahwa Abdul Hamid bin Ja’far menceritakan kepada kami, dari Sholeh bin Abi Arib, dari Katsir bin Murrah al-Hadhrami, dari Muadz bin Jabal, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

 “Siapa yang kalimat terakhirnya, Laa ilaaha illallaah, maka dia masuk Surga.”

Seketika setelah itu, beliau wafat (Ma’rifah Ulum al-Hadits, Imam Hakim, hlm. 76).

Subhanallah, wafatnya ahli hadis, diakhiri dengan menyampaikan hadis. Hadis yang berisi talqin kematian. Karena umumnya manusia akan mati sesuai kondisi kebiasaannya.

[3] Wafatnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Syaikhul Islam, beliau wafat di penjara Qal’ah. Beliau mengakhiri hidupnya setelah membaca ayat yang maknanya sangat indah:

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ . فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (QS. al-Qamar: 54)

Salah satu muridnya, Ibnu Abdil Hadi bercerita:

أقبل الشيخ بعد إخراجها على العبادة والتلاوة والتذكر والتهجد حتى أتاه اليقين، وختم القرآن مدة إقامته بالقلعة ثمانين أو إحدى وثمانين ختمة انتهى في آخر ختمة إلى آخر اقتربت الساعة

Setelah Syaikhul Islam banyak menulis buku, beliau habiskan waktunya untuk beribadah, membaca Alquran, dzikir, tahajud, hingga wafat. Selama di penjara, beliau mengkhatamkan Alquran sebanyak 80 atau 81 kali. Dan di akhir bacaan beliau, beliau membaca:

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ. فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (QS. al-Qamar: 54)

[4] Wafatnya al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani

Beliau termasuk ahli hadis dunia. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani wafat saat mendengar firman Allah yang dibacakan di sampingnya:

سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ

(Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (QS. Yasin: 58)

Dikisahkan oleh muridnya, as-Sakhawi, dalam kitab al-Jawahir wa ad-Durar fi Tarjamati Syaikhul Islam Ibnu Hajr:

Sebelum wafat, beliau sakit selama sebulan. Di saat detik kematiannya, ada muridnya yang membaca surat Yasin. Saat muridnya membaca firman Allah:

سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ

(Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.

Kemudian beliau wafat. Rahimahullah…

[5] Wafatnya al-Hafidz Ibnu Rajab

Beliau termasuk ahli hadis, menulis kitab syarah Shahih Bukhari, namun tidak sampai selesai. Beliau hanya bisa menyelesaikan sampai bab janaiz.

Dan beliau wafat setelah mensyarah kitab shahih Bukhari di bab al-Janaiz.

[6] Wafatnya Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi

Beliau menulis kitab tafsir Adhwa’ul Bayan – Tafsir al-Quran bil Qur’an, namun tidak sampai selesai. Lalu dilanjutkan oleh muridnya, Syaikh Athiyah Muhammad Salim.

Beliau wafat setelah membahas firman Allah:

أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Mereka itulah hizbullah… ketahuilah bahwa hizbullah adalah orang-orang yang muflih (beruntung). (QS. al-Mujadilah: 22)

[7] Wafatnya Muhammad Rasyid Ridha

Beliau penulis kitab Tafsir al-Manar, namun tidak sampai selesai. Hanya sampai surat Yusuf.

Dan beliau wafat setelah selesai menulis tafsir firman Allah:

رَبِّ قَدْ آَتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugrahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian takbir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di Akhirat. Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam ,dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. (QS. Yusuf: 101)

Kejujuran dalam mengajarkan kebenaran kepada masyarakat, itulah faktor terbesar mereka mendapat kebahagiaan. Allah tunjukkan dalam karya mereka.  Yang kami sebutkan hanya sekelumit dari sejarah mereka para ulama.

Al-Hafidz Ibnu Katsiir pernah menasihatkan:

حافظوا على الإسلام في حال صحتكم وسلامتكم لتموتوا عليه ، فإن الكريم قد أجرى عادته بكرمه أنه من عاش على شيء مات عليه ، ومن مات على شيء بعث عليه ، فعياذا بالله من خلاف ذلك

“Peliharalah Islam ketika kamu sehat wal afiat, agar engkau mati di atas Islam. Sesungguhnya Dzat yang Maha mulia dengan kemurahan-Nya akan memberlakukan seseorang sesuai kebiasaannya. Bahwa orang yang memiliki kebiasaan tertentu dalam hidup, dia akan mati sesuai kebiasaannya. Dan siapa yang mati dalam kondisi tertentu, dia akan dibangkitkan sesuai kondisi matinya. Sungguh kita berlindung kepada Allah, jangan sampai menyimpang dari kebenaran. (Tafsiir Ibnu Katsir, 2/87)

Semoga bermanfaat…

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

 

Sumber: https://konsultasisyariah.com/28533-kematian-ulama-itu-istimewa.html