بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

PENJELASAN RINGKAS TENTANG RUKUN ISLAM

Sungguh kebahagian dan sebuah kenikmatan yang terbesar adalah ketika Allah menjadikan kita sebagai seorang yang beragama Islam. Yang tidak ada kebahagian di dunia dan di Akhirat, kecuali dengan memeluk agama Islam. Aagama yang satu-satunya diridhai disisi Allah hanyalah Islam, yang tidak diterima selain dari agama Islam.

Allah Subhaanahu wata’ala berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ الإِسْلامُ

“Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah Islam “ (Ali Imran: 19)

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلامَ دِينًا

 “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama bagimu “ (Al Maidah: 3).

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima dan di Akhirat dia termasuk orang yang merugi ” (Ali Imran: 85). Lalu Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan menauhidkan-Nya, tunduk kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya. (Al Ushul Ats-Tsalah).

Islam dibagun di atas lima perkara. Hal ini sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:

بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

”Islam itu dibangun di atas lima perkara:

  • Syahadat (persaksian) Laa Ilaha Illallah Muhammadarrasulullah (tidak ada Ilah/Sesembahan yang berhak di sembah kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah),
  • Mendirikan sholat,
  • Menunaikan zakat,
  • Pergi haji dan
  • Puasa Ramadan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Didahulukan haji atas shaum (puasa) adalah Mutafaqun Alaihi (Bukhari dan Muslim). Adapun didahulukan shaum (puasa) atas haji adalah salah satu dari riwayat dari Imam Muslim.

Rukun Islam yang Pertama: Syahadat Laa Ilaha Illallah Muhadarrasulullah

Makna Laa Ilaha Illallah Makna Laa Ilaha illallah adalah

لا معبد بحق الا الله

Tidak ada Ilah (Sesembahan) yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah. Allah Subhaanahu wata’aala berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Ilah/Sesembahan) yang haq. Dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil. Dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.” (Al-Haj: 62)

Syarat-Syarat Laa Ilaha Illallah

Syarat Laa Ilaha Illallah yang harus dipenuhi bagi orang yang mengucapkannya:

  1. Ilmu, mengilmui/memahami makna yang benar dari kalimat Laa Ilaha Illallah
  2. Yakin, menyakini makna atau kandungan kalimat Laa Ilaha Illallah
  3. Ikhlas, ikhlas mengucapkan kalimat Laa Ilaha Illallah dan memurnikan ibadah hanya kepada Allah.
  4. Shidiq (jujur), sejalannya hati dengan kalimat Laa Ilaha Illallah yang diucapkan, yaitu hatinya membenarkannya.
  5. Mahabbah (cinta), mencintai kalimat ini berserta konnsekuensinya.
  6. Inqiyad (tunduk), tunduk terhadap hak-hak kalimat Laa Ilaha Illallah
  7. Qabul (menerima), menerima kalimat ini berserta konsekuensinya. (siIlakan lihat Kitab al-Wajibat)

Makna Muhammadarrasulullah

Makna Muhammadarrasulullaah yaitu:

 إعتراف باطنا وظاهرا أن محمدا عبد الله ورسوله إلى الناس كافة

“Pengakuan secara batin dan secara zahir, bahwasanya Muhammad seorang hamba Allah dan utusan-Nya, yang diutus untuk manusia seluruhnya.” (Aqidah Tauhid: 40)

Tentang makna ini, Allah subhaanahu wata’aala berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ

“Dan Kami tidaklah mengutusmu, melainkan untuk seluruh manusia.” (As-Saba’: 28)

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا

 “Dan katakanlah (Muhammad): ‘Hai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah kepada kamu semua.’” (Al-A’raaf: 158)

Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:

وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً

“Aku diutus untuk seluruh manusia.” (HR. Muslim)

Konsekuensi Syahadat Muhammadarrasulullah, yaitu:

طاعته فيما أمر , وتصديقه فيما أخبر , وترك ما نهى عنه وزجر , وألا يعبد الله إلا بما بلغناه رسول الله صلى الله عليه وسلم , وتقديم قوله على قول كل أحد من الناس كاإنا من كان.

  1. Yaitu menaati perintah beliau ﷺ
  2. Membenarkan khabar (berita) beliau ﷺ
  3. Meninggalkan perkara-perkara yang beliau ﷺ larang dan beliau ﷺ cegah
  4. Tidak beribadah kepada Allah, kecuali dengan syariat (tuntunan) yang telah beliau ﷺ sampaikan kepada kita
  5. Mendahulukan ucapan beliau ﷺ daripada ucapan siapa pun.”

Rukun Islam yang Kedua: Mendirikan Sholat

Pengertian sholat, secara bahasa:  الدعاء (doa). Dan secara syari:

عبادة ذات أقوال وأفعال مخصوصة, مفتتحة بالتكبير ومختتمة بالتسليم مع النية

“Ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu, yang dibuka dengan takbir, dan ditutup dengan salam, disertai niat.”  (Al-Fiqh al-Muyasar, hlm 59)

Dalil diwajibkannya sholat adalah firman Allah subhaanahu wata’aala:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ

“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus. Dan supaya mereka mendirikan sholat…”(Al-Bayyinah: 5)

Dalam  sebuah hadis:

أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَائِرَ الرَّأْسِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا

Bahwasannya seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah ﷺ yang telah beruban rambutnya, seraya berkata:  “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku sholat yang Allah fardhukan (wajibkan -ed) kepadaku.” Beliau ﷺ menjawab: “Sholat yang lima (waktu), kecuali kalau engkau mau yang tathawwu’ (sholat Sunnah).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Barang siapa yang mengingkari kewajiban sholat, maka sungguh dia telah kafir, menurut kesepakatan para ulama. Dan barang siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, sungguh dia telah melakukan perbuatan dosa besar. Bahkan sebagian ulama mengatakan dia telah melakukan perbuatan kekafiran, walaupun dia menyakini kewajibannya. Dan ini pendapat yang benar, berdasarkan dalil-dalil yang ada. Dan diantaranya adalah firman Allah Subhaanahu wata’aala:

وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَلا تَكُونُوا مِنَ المُشْرِكِينَ

 “Serta dirikanlah sholat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang memersekutukan Allah.”   (ar-Ruum: 31)

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ

“Sesungguhnya, pembatas antara seseorang dan kesyirikkan dan kekufuran, adalah meninngalkan sholat.” (HR. Muslim)

Dalam hadis lain Rasulullah ﷺ bersabda:

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

“Perjajian antara kami dengan mereka adalah sholat. Barang siapa yang meninggalkan sholat sungguh dia telah kafir.” (HR. An-Nasai, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Berkata asy-Syaikh Al ‘Allamah Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah: ”Kami mendapati di dalam Al-kitab (Alquran) dan as-Sunnah, dalil keduanya menunjukkan atas kafirnya orang yang meninggalkan sholat, dengan kekufuran yang besar, yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.” (Hukmu Taarikis Shalah, Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al Utsaimin: 6)

Syarat-Syarat Sholat

  1. Islam
  2. Berakal
  3. Tamyiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)
  4. Menghilangkan hadats
  5. Menghilangkan najis
  6. Menutup aurat
  7. Masuknya waktu
  8. Menghadap Kiblat
  9. (Durusul Muhimmah li Amatil Ummah, Syaikh Ibnu Baaz)

Rukun Islam yang Ketiga: Menunaikan Zakat

Pengertian Zakat, secara bahasa:

النماء و الزيادة

“Berkembang dan tambahan”

Secara syari:

عبادة عن حق يجب في المال الذي بلغ نصابا معينا بشورط مخصوصة, لطائفة مخصوصة

“Sebuah ibadah dari hak yang diwajibkan atas harta yang telah mencapai nishab (ukuran) tertentu, dengan syarat-syarat tertentu, dikeluarkan kepada sekelompok orang tertentu.” (al-Fiqh al-Muyasar, hlm137)

Dalil diwajibkannya zakat Allah Subhaanahu wata’aala berfirman:

وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ

“Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (al-Baqarah:110)

Allah Subhaanahu wata’aala berfirman:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka.” (at-Taubah:103)

Rasulullah ﷺ bersabda:

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ

“Aku diuntus untuk memerangi manusia sampai dia bersyahadat Laa Ilaha Illallah (tidak ada Ilah/Sesembahan yang haq kecuali Allah) dan Muhammadarrasulullah (Muhammad utusan Allah), mendirikan sholat, menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan hal itu, terjaga dariku darah mereka, harta mereka, kecuali hak Islam dan perhitungan di sisi Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Barang siapa yang mengingkari kewajiban zakat, sungguh dia telah kafir. Dan barang siapa yang memunyai kewajiban zakat namun tidak mengeluarkannya, maka dia telah berbuat dosa besar. Allah Subhaanahu wata’aala berfirman:

وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam Neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “InIlah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (at-Taubah:34-35)

Zakat dalam syariat kita tebagi menjadi dua:

  1. Zakatul Am-Waal (zakat harta) yaitu yang terkait dengan harta.
  2. Zakatul Abdaan (zakat badan) yaitu yang terkait dengan badan yaitu zakat fitrah.

Zakat am-Waal (harta) diwajibakan dengan syarat-syarat tertentu:

  1. Islam, tidak wajib bagi orang kafir
  2. Orang merdeka, tidak wajib bagi seorang budak
  3. Mencapai nishabnya (kadar harta) yang wajib dizakati
  4. Sempurna haulnya (telah sempurna satu tahun)

Harta yang wajib untuk keluarkan zakatnya:

  1. Bahiimatul An’aam (hewan ternak) yaitu unta, sapi dan kambing.
  2. An-Naqdan (dua mata uang), yaitu emas dan perak. Dan yang mempunyai kedudukan seperti itu, seperti uang kertas yang digunakan pada hari/masa ini.
  3. Harta perdagangan, yaitu setiap apa yang dipersiapkan untuk jual beli dengan tujuan mencari untung.
  4. Yang keluar dari bumi, terdiri dari khintah, syair, zabiib (kismis, anggur yang dikeringkan) dan tamr (kurma)

Zakatul Abdaan yaitu zakat fitrah, diwajibkan dengan dua syarat

  1. Islam
  2. Adanya kelebihan dari makanan pokok dari kebutuhannya untuk hari ied dan malamnya (al-Fiqih al-Muyasar, hlm 143)

Kepada Siapa Zakat Dikeluarkan?

  • Zakatul Amwal (Harta)

Untuk zakat harta dikeluarkan kepada delapan golongan yang Allah sebutkan dalam surat at-taubah

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ

فَرِيضَةً مِنَ اللهِ وَاللهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (at-Taubah:60)

  • Zakatul Fitr

Sebagian ulama berpendapat dikeluarkan kepada orang miskin. Dan insya Allah ini pendapat yang terpilih berdasarkan hadis Ibnu Abbas:

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم– زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً

لِلْمَسَاكِينِ

“Rasulullah mewajibkan Zakat Fitri, penyuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia, yang jelek dan (memberi) makanan bagi orang miskin.” (HR. Abu Dawud no 1609 dinyatakan Hasan oleh syaikh al-Albani di shahih sunnan Abi Dawud no 1420).

Rukun Islam yang Keempat: Puasa Ramadan

 

Pengertian puasa, secara bahasa:

الإمساك عن السيئ

“Menahan dari sesuatu” (al-Fiqh al-Muyasar, hlm 151).

Secara syari:

التعبد لله سبحانه وتعالى بالإمساك عن الأكل, والشرب, وسائر المفطرات, من طلوع الفجر إلى غروب الشمس

“Beribadah kepada Allah dengan menahan dari makan, minum dan seluruh pembatal puasa, dari terbitnya fajar, hingga terbenamnya matahari.” (Syarhul Mumti’:6/298).).

Dalil diwajibkannya puasa Ramadan adalah firman Allah Subhaanahu wata’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

”Wahai orang – orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas  orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa “ (Al Baqarah: 183).

Dalil dari hadis:

أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَائِرَ الرَّأْسِ …. فَقَالَ أَخْبِرْنِي مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصِّيَامِ فَقَالَ شَهْرَ رَمَضَانَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا

Bahwasannya seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah ﷺ  yang telah beruban rambutnya, seraya berkata:  “….. Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku puasa yang Allah fardhukan (wajibkan -ed) kepadaku.” Beliau ﷺ menjawab:“Puasa Ramadan, kecuali kalau engkau mau yang tathawwu’ (puasa Sunnah).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Barang siapa mengingkari kewajiban puasa Ramadan, sungguh dia telah kafir. Adapun jika meyakini kewajiban puasa Ramadan, tetapi dia tidak mengerjakannya, maka hal itu merupakan dosa yang sangat besar. Sebagaimana dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Umamah Al Bahili Radiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ إِذْ أَتَانِى رَجُلاَنِ فَأَخَذَا بِضَبْعَىَّ فَأَتَيَا بِى جَبَلاً وَعْرًا فَقَالاَ لِىَ: اصْعَدْ فَقُلْتُ: إِنِّى لاَ أُطِيقُهُ فَقَالاَ: إِنَّا سَنُسَهِّلُهُ لَكَ فَصَعِدْتُ حَتَّى إِذَا كُنْتُ فِى سَوَاءِ الْجَبَلِ إِذَا أَنَا بَأَصْوَاتٍ شَدِيدَةٍ فَقُلْتُ: مَا هَذِهِ الأَصْوَاتُ قَالُوا: هَذَا عُوَاءُ أَهْلِ النَّارِ ، ثُمَّ انْطُلِقَ بِى فَإِذَا أَنَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِينَ بِعَرَاقِيبِهِمْ مُشَقَّقَةٌ أَشْدَاقُهُمْ تَسِيلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا قَالَ قُلْتُ: مَنْ هَؤُلاَءِ قَالَ: هَؤُلاَءِ الَّذِينَ يُفْطِرُونَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ

”Ketika aku tidur, datang kepadaku dua orang laki-laki. Mereka berdua mengambil kedua lenganku, mereka membawaku ke gunung dengan jalan yang kasar (tidak rata). Mereka berkata kepadaku mendakilah. Maka aku berkata: Saya tidak mampu mendakinya. Mereka berkata: Kami akan memudahkanmu. Maka aku mendakinya. Ketika sampai di puncak gunung, aku mendengar suara yang sangat kencang, dan aku bertanya: Suara apa ini? Mereka berkata: Ini teriakan penduduk Neraka. Kemudian mereka membawaku ke tempat yang lain. Kemudian saya melihat sebuah kaum yang tergantung dengan kaki di atas, serta mulut mereka terbelah dan mengalir darinya darah. Aku berkata: Siapa mereka? Mereka menjawab: Mereka adalah orang -orang yang berbuka sebelum waktu berbuka ” (HR. an-Nasa’i no 3273-, Ibnu Hibban no 7491 dan Hakim no 1568 di shahihkan oleh syaikh Muqbil al-Jami’ Shahih:2/421-422)

Syarat diwajibkan seseorang berpuasa Ramadan

  1. Islam: Tidak sah orang kafir berpuasa sampai masuk Islam.
  2. Berakal: Tidak sah orang gila sampai berakal
  3. Baligh, anak kecil tidak wajib puasa.
  4. Mampu berpuasa, orang yang sakit yang tidak mampu berpuasa tidak wajib berpuasa, begitupun bagi orang yang sudah lanjut usia yang sudah tidak mampu berpuasa.
  5. Mukim, tidak wajib berpuasa bagi musafir.
  6. Tidak lagi haid dan nifas: Tidak sah orang yang sedang haid dan nifas sampai bersih dari haid dan nifas. (Fiqih Muyyasar dengan diringkas, hlm 153)

Perkara-Perkara yang Membatalkan Puasa

  1. Makan dan minum dengan sengaja, jika lupa tidak membatalkan puasa.
  2. Keluar mani dengan sebab, mencium, sentuhan atau onani adapun jika dikarenakan mimpi tidaklah membatalkan puasa.
  3. Jima’ (melakukan hubungan suami istri) disiang hari di bulan Ramadan.
  4. Haid dan Nifas
  5. Muntah dengan sengaja. Mayoritas ulama berpendapat bahwa muntah dengan sengaja membatalkan puasa.
  6. Murtad

Rukun Islam yang Kelima: Pergi Haji Kebaitullah Bagi yang Mampu

Pengertian haji, secara bahasa:

القصد

“Bermaksud”

Secra syari:

القصد إلى البيت الحرام، لأعمال مخصوصة، في زمن مخصوص

“Bermaksud pergi ke Baitullah untuk melaksanakan amalan-amalan tertentu, di waktu tertentu.” (Taisirul ‘Alaam, hlm 418)

Dalil diwajibkannya haji Allah adalah firman Subhaanahu wata’ala:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imran: 97)

Rasulullah ﷺ bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا

“Wahai manusia, sungguh Allah telah memfardhukan (mewajibkan) atas kalian haji. Maka berhajIlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Barang siapa yang mengingkari kewajiban haji ke Baitullah, sungguh dia telah kafir. Dan barang siapa yang mampu berhaji namun tidak pergi haji, maka dia telah melakukan dosa besar. Haji diwajibkan seumur hidup sekali. Lebih dari itu hukumnya sunnah.

Diwajibkan seseorang menunaikan ibadah haji dengan beberapa syarat:

  1. Islam, tidak wajib bagi orang kafir dan tidak sah.
  2. Berakal, tidak wajib bagi orang gila dan tidak sah pada saat gilanya.
  3. Baligh, tidak wajib bagi anak kecil
  4. Merdeka, tidak wajib bagi seorang budak.
  5. Memiliki kemampuan. Orang yang tidak mampu tidak wajib haji. (al-fiqh al-muyasar, hlm 174. dengan diringkas)

Haji memunyai rukun yang harus dikerjakan:

  1. Ihram, yaitu niat masuk dalam rangkaian ibadah haji. Dikarenakan haji ibadah semata tidak sah tanpa niat menurut ijma kaum Muslimin, dan niat tempatnya di hati.
  2. Wuquf di Arafah. Ini adalah rukun haji menurut ijma (kesepakatan) ulama
  3. Thawaf Ifadhah. Ini adalah rukun menurut ijma (kesepakatan) ulama
  4. Sa’i antara Shafa dan Mar’wah. (al-fiqh al-muyasar, hlm 174. dan Ash-Shahih minal Atsar Fi Khutbatil Mimbar, hlm 179)

Perkara-perkara wajib yang harus dikerjakan pada saat haji:

  1. Ihram dari miqat (tempat tetentu yang telah ditetapkan dalam syariat)
  2. Wukuf di arafah sampai malam bagi orang yang datang pada siang hari
  3. Mabit (bermalam) di Muzdalifah pada malam an-nahr (idul qurban)
  4. Mabit di Mina pada hari-hari tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijah).
  5. Melempar jumrah secera berurutan
  6. Menggundul rambut atau mencukur seluruh rambut kepala. Adapun wanita cukup memotong sepanjang ruas jari dari rambut kepalanya.
  7. Tawaf wada’ (sIlahkan lihat al-fiqh al-Muyasar, hlm 187 dan Ash-Shahih minal Atsar Fi Khutbatil Mimbar, hlm 179)

Demikianlah penjelasan secara ringkas tentang Rukun Islam.

Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam bish shawwab.

 

Penulis: Abdullah al-Jakarty

http://yukbelajarIslam.com/rukun-Islam/