Pengakuan Bertemu Nabi dalam Keadaan  Mimpi Ataupun Terjaga (Bangun)

 

Pengakuan Bertemu Nabi ﷺ dalam Keadaan Mimpi

Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘alaa rasulillah, wa ba’du

Ada beberapa catatan penting terkait mimpi bertemu Nabi ﷺ:

Pertama, bahwa seseorang mungkin untuk mimpi bertemu Nabi ﷺ. Karena setan tidak mampu meniru wajah beliau ﷺ dan menampakkan diri dalam mimpi dalam rupa beliau ﷺ.

Sebagaimana dinyatakan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:

من رآني في المنام فقد رآني فإن الشيطان لا يتخيل بي

“Siapa yang melihatku dalam mimpi, dia benar-benar melihatku. Karena setan tidak mampu meniru rupa diriku.” (HR. Bukahri dan Muslim)

Hanya saja, penting untuk dicatat di sini, yang tidak mampu dilakukan setan adalah menyerupai wajah Nabi ﷺ yang sebenarnya. Adapun menampakkan diri dengan wajah yang lain, bisa dilakukan oleh setan. Kemudian dia mengaku sebagai nabi atau orang yang melihatnya mengira bahwa dia nabi, padahal sejatinya SETAN.

Kedua, ketika seseorang melihat wajah cerah, baju putih, dan manusia dengan ciri mengagumkan lainnya, bukan jaminan bahwa itu Nabi ﷺ. Karena yang dimaksud mimpi melihat Nabi ﷺ adalah melihat beliau persis sebagaimana ciri fisik dan wajah beliau. Karena itu, jika ada orang yang merasa melihat Nabi ﷺ dalam mimpi, perlu dicocokkan dengan ciri fisik dan wajah beliau ﷺ, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis dan keterangan para sahabat.

Imam Bukahri menyebutkan keterangan Ibnu Sirin rahimahullah, ketika mengomentari hadis tentang mimpi melihat Nabi ﷺ, Ibnu Sirin mengatakan:

إذا رآه في صورته

“Apabila dia benar-benar melihat wajah Nabi ﷺ.” (Shahih Bukhari, setelah hadis no. 6592)

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan:

“Diriwayatkan dari Ayyub, beliau menceritakan: “Jika ada orang yang bercerita kepada Muhammad bin Sirrin bahwa dirinya mimpi bertemu Nabi ﷺ, maka Ibnu Sirrin meminta kepada orang ini untuk menceritakan ciri orang yang dia lihat dalam mimpi itu. Jika orang ini menyampaikan ciri-ciri fisik yang tidak beliau kenal, beliau mengatakan: “Kamu tidak melihat Nabi ﷺ.” Ibnu Hajar menyatakan: “Sanad riwayat ini shahih.

Kemudian beliau membawakan riwayat yang lain, bahwa Kulaib (seorang Tabi’in) pernah berkata kepada Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma: “Aku melihat Nabi ﷺ dalam mimpi.” Ibnu Abbas berkata: “Ceritakan kepadaku (orang yang kamu lihat).” Kulaib mengatakan: “Saya teringat Hasan bin Ali bin Abi Thalib, kemudian saya sampaikan, beliau mirip Hasan bin Ali.” Lalu Ibnu Abbas menegaskan: “Berarti, kamu memang melihat Nabi ﷺ. Sanadnya jayyid. (Fathul Bari, 12:383 – 384)

Disadur dari : Fatawa Islam, tanya jawab, no. 23367

Ketiga, bagaimana caranya agar bisa mengenal ciri fisik Nabi ﷺ agar tidak ditipu setan?

Tidak ada cara lain untuk bisa mengetahui ciri fisik beliau ﷺ, selain dengan membaca hadis-hadis dan keterangan sahabat yang menceritakan ciri-ciri fisik Nabi ﷺ. Sebagaimana yang kita pahami, tidak ada manusia yang catatan sejarahnya paling lengkap, melebihi sejarah Rasulullah ﷺ. Dan ini bagian dari jasa besar para sahabat yang menceritakan segala sesuatu terkait beliau ﷺ. Bahkan sampai bentuk rambut, gerakan jenggot, perkiraan jumlah uban, tinggi badan, postur tubuh, cara jalan, dan seterusnya.

Pengakuan Bertemu Nabi ﷺ dalam Keadaan Terjaga (Bangun)

Sebagian dari orang-orang Sufi menganggap, bahwa mereka bisa melihat Nabi ﷺ dalam keadaan sadar (terjaga). Dan ikut menghadiri perayaan Maulid bersama mereka. Keyakinan ini adalah keyakinan yang BATIL lagi SESAT, sangat bertolak belakang dengan Alquran dan hadis-hadis Rasulullah ﷺ serta Ijma’ para Ulama. Mereka menyandarkan pandangan mereka pada hadis berikut:

عَنْ هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَسَيَرَانِي فِي الْيَقَظَةِ وَلَا يَتَمَثَّلُ الشَّيْطَانُ بِي قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ ابْنُ سِيرِينَ إِذَا رَآهُ فِي صُورَتِهِ

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata: “Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda: “Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga. Dan setan tidak mampu menyerupaiku”.

Imam Bukhari setelah menyebutkan hadis ini berkata: “Ibnu Sirin berkata: “Apabila ia melihatnya dalam bentuk rupa yang sebenarnya””.

Dalam hadis kedua ini terdapat tambahan penjelasan dari hadis yang pertama, yaitu kalimat: فَسَيَرَانِي فِي الْيَقَظَةِ)): “Maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga”.

Para Ulama menerangkan maksud dari hadis tersebut dengan beberapa penjelasan:

Pertama:

Yang dimaksud adalah orang yang hidup di masa beliau ﷺ, tetapi belum pernah berjumpa dengan beliau ﷺ. Jika ia bermimpi bertemu Nabi ﷺ, maka mimpi tersebut akan menjadi kenyataan.

Kedua:

Yang dimaksud, ia akan berjumpa dengan Nabi ﷺ dengan pertemuan yang khusus di Akhirat kelak. atau ia adalah di antara orang yang akan memeroleh syafaat Nabi ﷺ di Akhirat kelak.

Ketiga:

Yang dimaksud, mimpi orang tersebut akan terbukti di Akhirat kelak, sesuai dengan apa yang dilihatnya dalam mimpi tersebut.

Berkata Ibnul-Jauzi rahimahullah: “Ini adalah bagaikan kabar gembira bagi orang yang melihatnya, bahwa dia akan berjumpa Nabi ﷺ pada Hari Kiamat.” [Lihat Kasyful al-Musykil 1/912].

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Dalam menjelaskan maksud hadis tersebut ada beberapa pendapat:

Pertama:

Yang dimaksud adalah orang yang hidup pada masanya. Artinya, barang siapa yang melihatnya dalam mimpi, sedangkan ia belum berhijrah; maka Allah memberi taufik kepadanya untuk berhijrah dan bertemu melihat Nabi ﷺ dengan nyata dalam keadaan terjaga.

Kedua:

Dia akan melihat kenyataan mimpinya tersebut dalam keadaan terjaga pada Hari Kiamat, karena semua umatnya akan melihatnya pada Hari Kiamat.
Ketiga: Dia akan melihat Nabi ﷺ pada hari Akhirat secara khusus dalam keadaan dekat dan mendapat syafaatnya atau yang semisalnya” [Lihat Syarah Imam Nawawi:15/26].

Al-Qisthallany mengatakan: “Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga”, artinya pada hari secara khusus dalam keadaan dekat dengannya. Atau orang yang melihatku dalam mimpi dan ia belum berhijrah, Allah memberi taufik kepadanya untuk berhijrah kepadaku dan mendapat kemulian menjumpaiku. Allah Azza wa Jalla menjadikan mimpinya sebagai pertanda akan melihatku dalam keadaan terjaga. Menurut pendapat yang pertama, di dalamnya terdapat kabar gembira bagi orang yang bermimpi bahwa ia akan mati dalam keadaan Muslim” [Di nukil dalam kitab `Aunul Ma’bud:13/249].

Adapun pendapat yang mengatakan bahwa ia benar-benar akan berjumpa dalam keadaan terjaga waktu di dunia ini setelah Nabi ﷺ wafat adalah pendapat yang SANGAT BATIL lagi SESAT. Pendapat ini ditolak dan dibantah dengan tegas oleh para Ulama Ahlussunnah.

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Dalam makna hadis ini terdapat perbedaan; sebagian berpendapat sebagaimana lahirnya, yaitu barang siapa yang melihat dalam mimpi, maka ia telah melihat secara hakiki sama seperti orang melihatnya di waktu terjaga. Pendapat ini dapat diketahui kekeliruannya dengan dalil akal yang mengharuskan:

  1. Bahwa, tidak seorang pun yang melihatnya melainkan dalam bentuk saat beliau meninggal.
  2. Tidak mungkin ada dua orang yang mimpi melihatnya dalam waktu yang sama dalam dua tempat.
  3. Bahwa ia hidup keluar dari kuburnya dan berjalan di pasar serta berbicara dengan manusia.
  4. Bahwa kuburnya kosong dari jasadnya, sehingga tidak tertinggal sesuatu dalamnya, maka yang diziarahi hanya kubur semata (tanpa jasad) dan memberi salam kepada sesuatu tidak ada.

Karena ia bisa dilihat di sepanjang waktu; pagi dan sore secara hakiki di luar kuburnya. Pendapat ini adalah kebodohan, tidak akan berpegang dengannya siapa saja yang memiliki sedikit akal sehat” [Disebutkan oleh Ibnu hajar dalam Fathul Bari:12/384].

Abu Bakar Ibnu al-Arabi rahimahullah berkata: “Sebagian orang shaleh berpendapat asing (ganjil). Ia mengira bahwa bermimpi bertemu Nabi ﷺ bisa terjadi dengan melihat dengan kedua mata kepala secara nyata” [Disebutkan oleh Ibnu hajar dalam Fathul Bari:12/384].

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Melihat para Nabi dalam mimpi adalah haq (benar). Adapun melihat orang yang sudah mati dalam keadaan terjaga, maka ini adalah JIN yang menjelma dalam bentuknya. Sebagaimana setan kadangkala menjelma dalam mimpi dalam bentuk seseorang. Bahkan, kadangkala dalam keadaan terjaga yang dapat dilihat orang banyak; sehingga menyesatkan bagi sebagian orang yang tidak memunyai ilmu dan iman. Seperti terjadi di kalangan kaum musyrik India dan lainnya. Apabila ada seseorang meninggal, maka setelah itu mereka melihatnya membayar utang, mengembalikan titipan dan menceritakan tentang orang-orang mati di antara mereka. Sesungguhnya itu adalah SETAN yang menjelma dalam bentuknya. Kadangkala ia datang dalam bentuk orang saleh yang mereka kagumi. Dan ia berkata: ”Saya adalah si Fulan.”; padahal sebenarnya ia adalah setan.

Sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda: “Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh ia telah melihat dengan benar. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupaiku”.

Maka melihat Nabi ﷺ adalah benar adanya. Adapun melihatnya dalam keadaan terjaga, maka ia TIDAK MUNGKIN bisa dilihat dengan mata. Sama adanya, baik itu Nabi ﷺ sendiri, maupun orang-orang lain yang sudah mati. Sekalipun kebanyakan dari manusia kadangkala melihat sesorang yang menurut prasangkanya adalah Nabi di antara para nabi. Kadangkala dekat kuburannya atau dijauh dari kuburannya” [Lihat Al-Jawabus Shahih 4/15].

Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abad berkata: “Hal ini mengandung dua kemungkinan:

Pertama:

Seseorang yang hidup pada zaman Nabi ﷺ, namun ia belum pernah melihat Nabi ﷺ. Kemudian bermimpi melihat Nabi ﷺ. Maka sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan memudahkan baginya untuk bertemu Nabi ﷺ dan berhijrah kepadanya. Kemudian akan melihat apa dengan nyata apa yang dilihatnya dalam mimpinya tersebut…” [Lihat Syarah Sunah Abu Dawud 28/426].

Dari penjelasan para Ulama di atas dapat kita pahami, bahwa pendapat yang mengatakan seseorang yang bermimpi bertemu Nabi ﷺ benar-benar akan berjumpa dalam keadaan terjaga waktu di dunia ini setelah Nabi ﷺ wafat adalah pendapat yang SANGAT BATIL lagi SESAT.

Pendapat tersebut bertolak belakang dengan firman Allah Azza wa Jalla:

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ

Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).[ az-Zumar/39:30]

Dan firman Allah:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا

Tiadalah Muhammad itu melainkan seorang Rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun”.[ali Imran/3:144]

Dua ayat di atas dengan tegas menerangkan tentang kematian Rasulullah ﷺ. Seluruh umat Islam sepakat bahwa Rasulullah ﷺ telah wafat. Ia tidak akan bangkit dari kuburnya kecuali setelah Hari Kiamat. Barang siapa yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ kembali ke dunia sebelum Hari Kiamat dan bertemu dengan orang-orang tertentu, ini adalah keyakinan yang SESAT SEKALI. Bahkan sama dengan akidah reinkarnasi yang diyakini orang-orang Hindu.

Tatkala membacakan salah satu dari ayat di atas, Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu berkata:

فَمَنْ كَان َمِنْكُمْ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللهَ فَإِنَّ اللهَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ

Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Barang siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah Maha Hidup, tidak akan mati. [HR Bukhari]

Pendapat tersebut juga bertentangan dengan hadis Rasululllah ﷺ:

عن أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – « أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ »

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang berkata: “Rasulullah ﷺ telah bersabda: “Saya adalah penghulu anak Adam pada Hari Kiamat. Orang yang pertama dibangkitkan dari kuburnya dan orang yang pertama memberi syafaat.” [HR Muslim]

Hadis ini dengan jelas menyatakan bahwa Rasulullah ﷺ tidak akan keluar dari kuburnya, kecuali setelah terjadinya Hari Kiamat dan seluruh manusia dibangkitkan dari kuburnya.

Pendapat yang mengatakan bahwa ia berjumpa Rasulullah ﷺ dalam keadaan terjaga, mengharuskan bahwa Rasulullah ﷺ hidup dan keluar dari kuburnya, bahkan secara berkali-kali. Kesesatan dan kebatilan pendapat tersebut amat nyata bagi orang yang punya ilmu dan iman.

Sebagian orang berdalil dengan hadis:

اْلأَنْبِياَءُ أَحْيَاءٌ فِيْ قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ

Para nabi itu hidup dalam kuburan mereka, mereka sholat.[HR Abu Ya`la dan al-Bazzar dan dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Ash-Shahihah]

Jawabannya adalah:

Pertama:

Bahwa kehidupan yang dimaksud di sini adalah kehidupan Alam Barzakh yang hakikat dan bentuknya tidak ada yang mengetahui, kecuali Allah Azza wa Jalla. Mengatakan bahwa mereka hidup seperti di dunia adalah suatu hal yang BATIL, sebab Alam Barzakh tidak sama dengan Alam Dunia dalam segala segi.

Kedua:

Dalam hadis tersebut secara jelas dan tegas menyebutkan, mereka hidup dalam kubur, bukan hidup dan keluar ke dunia. Jika dipahami mereka hidup dan keluar ke dunia, maka ini suatu penyimpangan terhadap lafadz makna hadis tersebut.

Ketiga:

Tidak pernah dinukilkan atau diriwayatkan dari seorang pun dari Sahabat maupun para Ulama terkemuka umat ini bahwa mereka berjumpa Nabi ﷺ dalam keadaan terjaga setelah beliau ﷺ wafat. Bahkan di antara mereka ada yang bermimpi bertemu dengan Nabi ﷺ, tetapi tidak pernah mereka mengaku bertemu Nabi ﷺ dalam keadaan bangun (terjaga). Sedangkan para Sahabat adalah orang yang paling dicintai Nabi ﷺ dan generasi yang paling cinta kepada Nabi ﷺ.

Ibnu Hajar rahimahullah berkata: ”Jika seandainya ada orang yang melihatnya di waktu terjaga, tentu ia termasuk Sahabat. Berarti penilaian sebagai Sahabat tetap berlangsung sampai Hari Kiamat. Hal ini menjadi terbukti keliru sekali, ketika banyak yang mimpi bertemu tetapi tidak seorang pun mengaku berjumpa dalam keadaan sadar (bangun)” [Lihat Fathul Bari:12/285].

 

Sumber Rujukan

https://almanhaj.or.id/3405-mimpi-bertemu-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html

https://konsultasisyariah.com/9148-mimpi-bertemu-nabi-muhamad.html