بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#DakwahTauhid
PANDANGAN HIDUP SEORANG MUSLIM
Allah ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku saja.” [Adz-Dzariyyat: 56]
Ayat yang mulia ini menunjukkan, bahwa ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah tujuan dan hikmah penciptaan jin dan manusia.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
“Bahwa inilah maksud Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan makhluk, sebagaimana firman Allah ta’ala: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku saja.” (Adz-Dzariyyat: 56). Maka setiap amalan yang dikerjakan untuk tujuan ibadah, terpuji di sisi Allah, dan itulah yang akan kekal bagi pemiliknya, serta mendapatkan manfaat dari Allah. Inilah amal-amal saleh yang akan tetap tinggal bersama pemiliknya.” [Al-Istiqomah, 2/284-285]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata:
“Dan sungguh Allah ta’ala telah berfirman: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku saja.” (Adz-Dzariyyat: 56). Maka tujuan mulia, yang dengannya anak Adam akan meraih kesempurnaan, kebahagiaan dan keselamatan, adalah beribadah kepada Allah yang satu saja. Dan inilah hakikat ucapan “Laa ilaaha illallah”. Dan karena itulah Allah ta’ala mengutus seluruh rasul, dan menurunkan semua kitab, dan jiwa tidak akan menjadi baik, bersih dan sempurna, kecuali dengan ini (ibadah kepada Allah yang satu saja).” [Al-Jawaabus Shahih, 6/29]
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
“Makna ayat ini: Bahwa Allah menciptakan makhluk semata-mata untuk beribadah kepada-Nya saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Barang siapa yang menaati perintah-Nya, maka Dia akan membalasnya dengan balasan yang sempurna. Dan barang siapa yang bermaksiat kepada-Nya, maka Dia akan mengazabnya dengan azab yang paling pedih. Allah ta’ala juga mengabarkan, bahwa Dia tidak butuh kepada makhluk, bahkan makhluklah yang butuh kepada-Nya dalam segala keadaan mereka. Dia-lah Allah Pencipta dan Pemberi rezeki mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir, 7/425]
Hakikat Ibadah Adalah Tauhid
Ibadah yang dimaksudkan dalam ayat yang mulia ini adalah tauhid. Bukan sekedar menyembah Allah, tetapi memurnikan penyembahan, hanya kepada Allah yang satu saja. Tidak memersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun; yaitu meyakini, hanya Allah ta’ala satu-satunya Sesembahan yang benar, dan tidak boleh memersembahkan satu bentuk ibadah, kecuali kepada-Nya saja.
Sahabat yang Mulia Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata:

كَلُّ مَا وَرَدَ فِي الْقُرْآنِ مِنَ الْعِبَادَةِ فَمَعْنَاهَا التَّوْحِيدُ

“Semua kata ibadah yang disebutkan dalam Alquran, maknanya adalah tauhid.” [Tafsir Al-Baghawi, 1/71]
Inilah keyakinan yang benar dan pandangan hidup seorang Mukmin, bahwa hidup semata-mata untuk menghamba kepada Allah ta’ala, dan mengingkari penghambaan kepada selain-Nya. Dan Allah ta’ala telah membantah orang-orang yang tidak memiliki pandangan hidup ini:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu untuk main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah (dari perbuatan mencipta untuk main-main). Dia Raja Yang Sebenarnya. Tidak ada Sesembahan yang berhak diibadahi selain Dia, Rabb (Yang memunyai) ‘Arsy yang mulia.” [Al-Mukminun: 115-116]
 
[Disadur dari buku “Tauhid, Pilar utama Membangun Negeri” hal. 13-16 Cet. Ke 2 1437 H, karya Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah]
 
Penulis: Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah
Sumber: https://www.facebook.com/sofyanruray.info/posts/737431929739625:0