بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

MENJAGA KEBERSIHAN ANAK

Kebersihan badan dan pakaian dari kotoran dan najis adalah sesuatu yang dituntut dalam Islam. Bahkan menjadi syarat untuk melakukan berbagai amalan ibadah utama seperti shalat.

Islam juga mensyariatkan penampilan terbaik, bersih, rapi, jauh dari kesan kumuh dan jorok.

Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya agar memerbagus penampilan saat pergi ke masjid. Allah Ta’ala berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ

“Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.”(QS. Al- A’raf: 31)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini:

ولهذه الآية وما ورد في معناها من السنة يستحب التجمل عند الصلاة ولا سيما يوم الجمعة ويوم العيد والطيب لأنه من الزينة والسواك لأنه من تمام ذلك

“Berdasarkan ayat ini, dan makna yang ditunjukkan oleh hadis-hadis Nabi, dianjurkan bagi seseorang untuk memerindah diri (memerbagus penampilan) ketika shalat, terlebih bila di hari Jumat dan hari raya. Juga disunnahkan memakai wangi-wangian (bagi laki-laki), karena ini termasuk zinah (perhiasan), dan bersiwak karena (dengan kebersihan gigi) ,penampilan semakin sempurna.”(Tafsir Ibnu Katsir)

Di ayat lain Allah Ta’ala perintahkan:

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

“Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al Muddatstsir: 4)

Ibnu Sirin berkata:

أي غسلها بالماء

“Yaitu mencuci pakaian dengan air.” (Tafsir Ibnu Kastir)

Ayat-ayat di atas menunjukkan, bahwa Islam sangat menekankan kebersihan, kerapian dan keindahan. Namun sangat disayangkan, sebagian orang tua melalaikan kebersihan anak-anaknya. Baju mereka dibiarkan kotor, wajah dan rambut dibiarkan berdebu, belum lagi ingus bersampur debu dibiarkan begitu saja tanpa diseka, mengundang lalat bertengger di atas hidungnya, ditambah aroma tak sedap dari air liur anak yang tidak dibersihkan. Orang tua seperti ini tidak memerhatikan perintah Rasulullah ﷺ, yang menganjurkan kebersihan badan dan pakaian.

Berikut beberapa kisah yang mengajarkan kepada kita agar menjaga kebersihan anak-anak:

1. Rasulullah ﷺ yang digelari pemimpin seluruh anak Adam, beliau berkenan membersihkan ingus Usamah bin Zaid dan membersihkan kotoran yang menempel di luka Usamah.

At Tirimidzi meriwayatkan dengan sanad hasan bahwa ‘Aisyah radhiyallahu’anha berkata:

أراد رسول الله – صلى الله عليه وسلم – أن يمسح مخاط أسامة ، فقلت : دعني حتى أكون أنا التي أفعل . فقال : يا عائشة ، أحبيه ، فإني أحبه

“Saat Nabi bermaksud membersihkan ingus Usamah, saya (‘Aisyah) berkata: “Biar saya saja yang melakukannya.” Nabi berkata: “Wahai ’Aisyah, cintailah dia, karena akupun mencintainya.”(HR. At Tirmidzi no. 3818)

Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dengan sanad yang Shahih Lighairihi, bahwa ‘Aisyah radhiyallahu’anha berkata:

عَثَرَ أُسَامَةُ بِعَتَبَةِ الْبَابِ فَشُجَّ فِي وَجْهِهِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( أَمِيطِي عَنْهُ الْأَذَى ) ، فَتَقَذَّرْتُهُ ، فَجَعَلَ يَمُصُّ عَنْهُ الدَّمَ وَيَمُجُّهُ عَنْ وَجْهِهِ ثُمَّ قَالَ : ( لَوْ كَانَ أُسَامَةُ جَارِيَةً لَحَلَّيْتُهُ وَكَسَوْتُهُ حَتَّى أُنَفِّقَهُ

“Ketika Usamah terbentur ambang pintu, wajahnya terluka. Lalu Rasulullah ﷺ  berkata kepadaku, “Bersihkanlah lukanya.” Maka akupun menyiapkannya. Lalu beliau menghisap darah yang keluar dari luka Usamah kemudian meludah dan berkata: “Seandainya Usamah itu anak perempuan, pastilah aku akan memakaikan perhiasan dan pakaian yang indah, hingga ia menjadi terkenal.” (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 12356, Ahmad 6/139, 222)

2. Begitu pula yang dilakukan Fathimah, pemimpin para wanita di Surga juga membersihkan dan memandikan anaknya.

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata:

خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي طَائِفَةِ النَّهَارِ، لاَ يُكَلِّمُنِي وَلاَ أُكَلِّمُهُ، حَتَّى أَتَى سُوقَ بَنِي قَيْنُقَاعَ، فَجَلَسَ بِفِنَاءِ بَيْتِ فَاطِمَةَ، فَقَالَ «أَثَمَّ لُكَعُ، أَثَمَّ لُكَعُ» فَحَبَسَتْهُ شَيْئًا، فَظَنَنْتُ أَنَّهَا تُلْبِسُهُ سِخَابًا، أَوْ تُغَسِّلُهُ، فَجَاءَ يَشْتَدُّ حَتَّى عَانَقَهُ، وَقَبَّلَهُ وَقَالَ: «اللَّهُمَّ أَحْبِبْهُ وَأَحِبَّ مَنْ يُحِبُّهُ»

“Di satu siang yang terik, Rasulullah ﷺ (bersama saya) berangkat menuju suatu tempat. Beliau tidak berbicara padaku dan aku pun tidak berbicara kepada beliau. Hingga kami tiba di pasar Bani Qainuqa’. Setelah itu beliau duduk di halaman rumah Fathimah dan berkata: “Di mana anak-anak (Hasan dan Husein)?

Terlihat Fathimah menahan anaknya yang bergegas menemui Rasulullah. Saya (Abu Hurairah) mengira, Fathimah telah memakaikan kalung atau memandikan anaknya. Lalu Hasan bergegas menemui Rasulullah dan Rasulullah ﷺ langsung memeluk dan menciumnya seraya bersabda: “ Ya Allah cintailah anak ini, dan orang yang mencintainya.” (HR. Bukhari no 2122 dan Muslim no. 2422)

Semoga sedikit ulasan ini bermanfaat, agar kita para orang tua, terlebih ibu, selalu berusaha dengan segala keterbatasannya untuk menghadirkan hati, meluruskan niat dan tujuan kita dalam setiap interaksi dengan anak-anak. Momen-momen penuh pahala jangan dilewatkan begitu saja, seperti saat saat memandikan anak-anak, mencuci baju, menyetrika, menyisir rambut mereka, memakaikan pakaian, menabur bedak dan aktivitas lainnya.

Apa yang kita lakukan tersebut bukan semata-mata tuntutan profesionalitas seorang ibu, akan tetapi lebih dari itu, kita niatkan dalam rangka melaksanakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah ﷺ.

Meskipun aktivitas di atas terlihat remeh dan sepele, namun jika kita niatkan dengan niat yang benar, niscaya akan berpahala besar dan melimpah. Wallahu waliyyuttaufiq.

 

****

Penyusun: Ummu Fatimah Abdul Mu’ti

Sumber:

Tarbiyatul Abna’ (terj), Syaikh Musthafa Al Adawi, Media Hidayah.

Tafsir Ibnu Katsir via Quran Android.

 

http://wanitasalihah.com/parenting-nabawi-2-menjaga-kebersihan-anak/