بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
MENGAPA KEDUDUKAN SHALAT ASHAR SANGAT PENTING?
>> Jangan remehkan shalat Ashar
 
Entah karena menyibukkan diri dengan urusan dunia, seperti karena sekolah, kuliah, pekerjaan, atau hanya karena pergi main seperti nonton film atau sepak bola, sebagian kaum Muslimin seringkali menunda-nunda melaksanakan shalat Ashar hingga waktunya hampir habis, atau bahkan tidak mengerjakan shalat Ashar sama sekali. Tentu saja hal ini bertentangan dengan perintah syariat untuk menjaga pelaksanaan semua shalat wajib, termasuk shalat Ashar, sesuai dengan waktunya masing-masing. Bahkan terdapat ancaman khusus bagi mereka yang sengaja meninggalkan shalat Ashar. Tulisan ini disarikan dari kitab Shahih Fiqh Sunnah, jilid 1 hal. 241-242.
 
Perintah Allah Taala untuk Menjaga Shalat Ashar
 
Allah taala berfirman:
 
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
 
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat Wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” [QS. Al-Baqarah (2): 238]
 
Menurut pendapat yang paling tepat, yang dimaksud dengan “Shalat Wustha” dalam ayat di atas adalah shalat Ashar. Hal ini berdasarkan hadis Nabi ﷺ ketika terjadi perang Ahzab:
 
شَغَلُونَا عَنِ الصَّلَاةِ الْوُسْطَى، صَلَاةِ الْعَصْرِ
 
“Mereka (kaum kafir Quraisy, pent.) telah menyibukkan kita dari shalat Wustha, (yaitu) shalat Ashar.” [HR. Bukhari no. 2931 dan Muslim no. 627. Lafal hadis ini milik Muslim]
 
Dalam ayat di atas, setelah Allah taala memerintahkan untuk menjaga semua shalat wajib secara umum (termasuk di dalamnya yaitu shalat Ashar), maka Allah taala kemudian menyebutkan perintah untuk menjaga shalat Ashar secara khusus. Apabila seseorang dapat menjaga shalat wajibnya, maka dia akan mampu untuk menjaga seluruh bentuk ibadahnya kepada Allah taala. [Taisir Karimir Rahman, hal. 106; karya Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah]
 
Balasan bagi Orang yang Menjaga Shalat Ashar
 
Terdapat hadis khusus yang menyebutkan pahala bagi orang yang menjaga shalat Ashar, yaitu mendapatkan pahala dua kali lipat, dan tidak akan masuk ke Neraka. Abu Bashrah al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Rasulullah ﷺ shalat Ashar bersama kami di daerah Makhmash. Kemudian beliau ﷺ bersabda:
 
«إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ عُرِضَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَضَيَّعُوهَا، فَمَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَ لَهُ أَجْرُهُ مَرَّتَيْنِ، وَلَا صَلَاةَ بَعْدَهَا حَتَّى يَطْلُعَ الشَّاهِدُ» ، وَالشَّاهِدُ: النَّجْمُ.
 
‘Sesungguhnya shalat ini (shalat Ashar) pernah diwajibkan kepada umat sebelum kalian, namun mereka menyia-nyiakannya. Barang siapa yang menjaga shalat ini, maka baginya pahala dua kali lipat. Dan tidak ada shalat setelahnya sampai terbitnya Syahid (yaitu bintang).’” [HR. Muslim no. 830]
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
«لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ، وَقَبْلَ غُرُوبِهَا»
 
“Tidak akan masuk Neraka seorang pun yang mengerjakan shalat sebelum matahari terbit (yakni shalat Subuh, pent.) dan sebelum matahari terbenam (yakni shalat Ashar, pent.).” [HR. Muslim no. 634]
 
Ancaman bagi Orang yang Meninggalkan Shalat Ashar
 
Di antara dalil yang menunjukkan pentingnya kedudukan shalat Ashar adalah ancaman, bahwa barang siapa yang meninggalkannya, maka terhapuslah pahala amal yang telah dikerjakannya di hari tersebut. Rasulullah ﷺ bersabda:
 
مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ الْعَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ
 
“Barang siapa yang meninggalkan shalat Ashar, maka terhapuslah amalannya.” [HR. Bukhari no. 553, An-Nasa’i 1/83 dan Ahmad 5/349]
 
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
“Yang tampak dari hadis ini – dan Allah lebih mengetahui tentang maksud Rasul-Nya- adalah bahwa, yang dimaksud ‘Meninggalkan’ ada dua kondisi:
 
Pertama: Meninggalkan shalat secara keseluruhan, tidak melaksanakan shalat sama sekali. Maka hal ini menyebabkan terhapusnya seluruh amal.
 
Kedua: Meninggalkan shalat tertentu di hari tertentu. Maka hal ini menyebabkan terhapusnya amal di hari tersebut. Terhapusnya amal secara keseluruhan adalah sebagai balasan karena meninggalkannya secara keseluruhan, dan terhapusnya amal tertentu adalah sebagai balasan karena meninggalkan perbuatan tertentu.” [Ash-Shalah wa Hukmu Taarikiha hal. 43-44]
 
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
 
«الَّذِي تَفُوتُهُ صَلَاةُ الْعَصْرِ، كَأَنَّمَا وُتِرَ أَهْلَهُ وَمَالَهُ»
 
“Orang yang terlewat (tidak mengerjakan) shalat Ashar, seolah-olah dia telah kehilangan keluarga dan hartanya.” [HR. Bukhari no. 552 dan Muslim no. 200, 626]
 
Ketika seseorang kehilangan keluarga dan hartanya, maka dia tidak lagi memiliki keluarga dan harta. Maka ini adalah perumpamaan tentang terhapusnya amal seseorang karena meninggalkan shalat Ashar.
 
Ancaman bagi Orang yang Menunda-nunda Pelaksanaan Shalat Ashar sampai Waktunya Hampir Habis
 
Apabila seseorang mengerjakan shalat Ashar di akhir waktu karena berada dalam kondisi darurat tertentu, maka shalatnya tetap sah, meskipun dia hanya mendapatkan satu rakaat shalat Ashar sebelum waktunya habis. Rasulullah ﷺ bersabda:
 
وَمَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الْعَصْرِ قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ، فَقَدْ أَدْرَكَ الْعَصْرَ
 
“Barang siapa yang mendapati satu rakaat shalat Ashar sebelum matahari terbenam, maka dia telah mendapatkan shalat Ashar.” [HR. Bukhari no. 579 dan Muslim no. 163, 608]
 
Akan tetapi yang menjadi masalah adalah ketika seseorang sengaja menunda-nunda pelaksanaan shalat Ashar sampai waktunya hampis habis, tanpa ada ‘uzur tertentu yang dibenarkan oleh syariat. Atau bahkan hal ini telah menjadi kebiasaannya sehari-hari karena memang meremehkan shalat Ashar. Maka hal ini mirip dengan ciri-ciri orang munafik yang disebutkan oleh Nabi ﷺ dalam sabdanya:
 
«تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ، يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ، قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا، لَا يَذْكُرُ اللهَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا»
 
“Itulah shalatnya orang munafik, (yaitu) duduk mengamati matahari hingga ketika matahari berada di antara dua tanduk setan (yaitu ketika hampir tenggelam, pent.), dia pun berdiri (untuk mengerjakan shalat Ashar) empat rakaat (secara cepat) seperti patukan ayam. Dia tidak berzikir untuk mengingat Allah, kecuali hanya sedikit saja.” [HR. Muslim no. 622]
 
Dari penjelasan di atas jelaslah bagi kita betapa berbahayanya meninggalkan shalat Ashar atau sengaja menunda-nunda pelaksanaannya hingga hampir di akhir waktunya. Oleh karena itu hendaklah seorang Muslim memerhatikan sungguh-sungguh masalah ini. Misalnya seorang pegawai yang akan pulang ke rumah di sore hari, hendaklah dia memerhatikan, apakah mungkin akan terjebak macet di perjalanan sehingga tiba di rumah ketika sudah Maghrib. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya dia menunaikan shalat Ashar terlebih dahulu sebelum pulang dari kantor. Atau ketika ada suatu acara atau pertemuan di sore hari, hendaknya dipastikan bahwa dia sudah menunaikan shalat Ashar.
 
Semoga tulisan ini menjadi pengingat (terutama) bagi penulis sendiri, dan kaum Muslimin secara umum.
 
 
Penulis: dr. M. Saifudin Hakim, MSc.
[Artikel Muslim.Or.Id]
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat

#sifatsholatnabi, #sholat, #shalat, #solat, #salat, #tatacara, #cara, #alasan, #Wustha, #Wustho, #keutamaan, #fadhilah, #fadilah, #pentingnyashalatAshar, #tanduksetan, #shalatorangmunafik