بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ

 

MEMBANTAH KESESATAN TUGAS MULIA ORANG YANG BERILMU, BUKAN YANG BARU BELAJAR SUNNAH
Para pendekar medsos bermunculan, melakukan aksi pembelaan terhadap Sunnah dan membantah kesesatan. Namun sayang masih banyak yang belum memahami kadar dirinya, yang berani berbicara mendahului orang-orang yang berilmu, membantah hanya bermodal semangat, tapi kurang ilmu.
Maka tersebarlah dari mereka bantahan-bantahan yang tidak ilmiah dan rapuh. Masih pun dibumbui dengan kata-kata kasar dan tidak hikmah, bahkan menghina pribadi. Bukannya mematahkan syubhat dan membungkam penyebar kesesatan, justru memberi angin kepada Ahlul Batil untuk membantah balik. Entahlah, apakah niat mereka murni membela Sunnah dan membantah kesesatan karena Allah ﷻ, ataukah ada penyusup di tengah-tengah Ahlus Sunnah untuk memperburuk wajah dakwah Ahlus Sunnah di negeri tercinta ini?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya membantah kesesatan dengan cacian dan ancaman, maka semua orang bisa melakukannya. Padahal jika seseorang membantah kaum musyrikin dan Ahlul Kitab, maka wajib baginya menyebutkan hujjah (argumentasi ilmiah) yang dapat menjelaskan kebenaran Islam, dan membantah kebatilan mereka (bukan dengan cacian dan ancaman).” [Al-Fatawa, 4/186-187]
Asy-Syaikh Prof. DR. Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:
“Bantahan yang berasal dari Ahlul Ilmi yang memiliki pengetahuan dan bashiroh (hujjah yang terang) untuk menjelaskan kebenaran dan menghilangkan kebatilan, maka ini bermanfaat dan harus dilakukan.
Adapun bantahan yang berasal dari orang-orang bodoh dan para penuntut ilmu yang belum memiliki kemampuan, atau bantahan yang berasal dari hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan, maka tidak boleh. Karena bantahan-bantahan mereka hanya memudaratkan dan tidak bermanfaat.
Dan bantahan-bantahan yang benar yang datang dari Ahlul Ilmi yang tegak di atas prinsip menjelaskan kebenaran bukan di atas hawa nafsu, maka harus dilakukan.
Karena tidak boleh diam saja membiarkan orang-orang yang sesat menyebarkan kesesatan mereka, dan menipu umat serta menipu para pemuda umat.” [Transkrip Syarh Manzhumah Adab, Kaset no. 33]
Saudaraku yang baru belajar Sunnah yang merasa masih jahil berhentilah. Jangan membantah tanpa ilmu, jangan pula dengan cacian, hinaan dan ancaman.
Tugas Anda adalah mempelajari ilmu-ilmu yang lebih mendasar, agar Anda memiliki kaki yang lebih kuat pijakan ilmiahnya.
Serahkan urusan membantah kesesatan kepada orang-orang yang berilmu, karena itu memang tugas mulia mereka. Dan boleh bagi Anda membantu penyebarannya. Jangan ditambah-tambahi dengan cacian dan hinaan, apalagi menjatuhkan pribadi. Rasulullah ﷺ bersabda:
يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلْفٍ عُدُولُهُ , يَنْفُونَ عَنْهُ تَحْرِيفَ الْغَالِينَ , وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِينَ , وَتَأْوِيلَ الْجَاهِلِينَ
 “Yang membawa ilmu agama ini pada setiap zaman adalah orang-orang terbaiknya. Mereka menolak penyimpangan orang-orang yang berlebihan dalam agama, membantah kedustaan Ahlul Batil, dan meluruskan takwil orang-orang jahil.” [HR. Al-Baihaqi dari Ibrahim bin AbdirRahman Al-‘Udzri, Al-Misykah: 248]
Al-‘Allamah Ali Al-Qoori rahimahullah berkata:
“Bahwa mereka (orang-orang yang berilmu) melindungi syariat dan teks-teks riwayat hadis dari penyelewengan orang-orang yang berlebihan dalam agama. Mereka juga melindungi sanad-sanad hadis dari pemutarbalikan dan kedustaan, dan membantah syubhat-syubhat akibat takwil Ahlul Bidah yang sesat, yaitu dengan menukil nash-nash yang jelas, agar yang belum jelas dipahami dengan yang sudah jelas.” [Al-Mirqoh: 248]
Penulis: Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah
Sumber: https://web.facebook.com/sofyanruray.info/posts/918808284935321