MANA YANG LEBIH UTAMA SEPULUH HARI PERTAMA DZULHIJJAH ATAU SEPULUH HARI AKHIR RAMADAN?

Allah telah bersumpah dengan menggunakan sepuluh malam, sebagaimana dalam Alquran:

وَالْفَجْرِ. وَلَيَالٍ عَشْرٍ

“Demi fajar dan (demi) malam yang sepuluh.” [QS. Al-Fajr: 1-2]

Ulama berselisih pendapat mengenai sepuluh malam terakhir ini, apakah yang dimaksud sepuluh hari ini?

  1. Maksudnya Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

والليالي العشر : المراد بها عشر ذي الحجة ، كما قاله ابن عباسٍ وابن الزبير ومُجاهد وغير واحدٍ من السلف والخلف

“Yang dimaksud dengan “Malam yang sepuluh” adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Ibnu az-Zubair, Mujahid, dan lainnya dari kalangan kaum Salaf dan Khalaf. [Tafsir Ibni Katsir VIII/535]

  1. Maksudnya Sepuluh Hari Akhir Ramadan

Syaikh Muhamad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:

وإنما يرجح القول الثاني أنها الليالي العشر الأواخر من رمضان، وأقسم الله بها لشرفها، ولأن فيها ليلة القدر

“Yang rajih adalah pendapat kedua, yaitu sepuluh akhir Ramadan. Allah telah bersumpah dengan kemualiaannya, karena padanya terdapat malam Lailatul Qadar.” [Tafsir juz Amma Syaikh Utsaimin, Syamilah]

Memang kata-kata “Malam” dalam ayat, dalam bahasa Arab bisa dimaksudnya sebagai siang hari, karena kebiasaan mengungkapkan hari dengan malam.

 

Ibnul Arabi rahimahullah berkata:

أنه أطلق على الأيام ( ليالي) لأن اللغة العربية واسعة ، قد تطلق الليالي ويراد بها الأيام ، والأيام يراد بها الليالي

“Makna malam bisa dimaksudkan siang hari, karena bahasa Arab luas pemaknaannya. Terkadang disebutkan malam, padahal maksudnya siang. Dan sebaliknya disebutkan siang, maksudnya malam.“ [Ahkamul Quran 4/334]

Pendapat yang Pertengahan

Pendapat pertengahan dari para ulama menyatakan, bahwa jika siang hari, sepuluh hari pertama Dzulhijjah lebih mulia dari pada siang hari sepuluh hari akhir Ramadan. Dan sebaliknya, jika malam hari, sepuluh hari akhir malam Ramadan lebih baik dari sepuluh hari pertama malam Dzulhijjah.

Berikut pendapat dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah:

:ليالي العشر اﻷخير من رمضان ، أفضل من ليالي عشر ذي الحجة ، و أيام عشر ذي الحجة أفضل من أيام عشر رمضان ، وبهذا التفصيل يزول اﻹشتباه ، ويدل عليه أن ليالي العشر من رمضان إنما فضلت بإعتبار ليلة القدر ، وهي من الليالي ، و عشر ذي الحجة إنما فضل بإعتبار أيامه، إذ فيه يوم النحر ، و يوم عرفة ،و يوم التروية …

“Sepuluh malam terakhir Ramadan lebih utama dari sepuluh malam pertama Dzulhijjah. Dan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama dari sepuluh hari terakhir Ramadan. Dari penjelasan keutamaan seperti ini, hilanglah kerancuan yang ada. Jelaslah bahwa sepuluh hari terakhir Ramadan lebih utama ditinjau dari malamnya. Sedangkan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama ditinjau dari hari (siangnya), karena di dalamnya terdapat Hari Nahr (Kurban), hari ‘Arafah dan terdapat hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah).” [Zaadul Ma’aad hal. 20]

Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr hafidzahullah berkata:

أنّ العشر الأيام الأوّل من شهر ذي الحجة هي خير أيام السنة على الإطلاق ، والعشر الليالي الأخيرة من شهر رمضان هي خير ليالي السنة على الإطلاق.

“Sepuluh siang hari pertama Dzulhijjah lebih baik dari hari-hari setahun secara mutlak, dan sepuluh malam akhir bulan Ramadan lebih baik dari malam setahun secara mutlak.” [Khutbah shalat Jumat, sumber: http://al-badr.net/detail/zVFpX7gDBA2K]

Demikian semoga bermanfaat

 

Penyusun:   Raehanul Bahraen

[Artikel www.muslimafiyah.com]

Sumber: https://muslimafiyah.com/mana-yang-lebih-utama-10-awal-hari-Dzulhijjah-atau-10-akhir-Ramadhan.html