بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
LARANGAN BERPUTUS ASA ATAS RAHMAT ALLAH TAALA
 
Bismillah. Washsholatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.
 
Sebagai seorang Muslim kita tentu memahami, bahwa berputus asa merupakan hal yang tercela dalam agama Islam yang mulia ini. Bahkan berputus asa dari rahmat Allah Ar Rahman merupakan salah satu tanda kebinasaan. Sebagaimana Allah subhanahu wa taala berfirman dalam Alquran, mengisahkan perkataan Nabi Yaqub ‘alaihissalam kepada putra-putranya:
 
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
 
Artinya: “Wahai anak-anakku, pergilah kalian dan carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya, dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir.” [QS. Yusuf: 87]
 
Putus asa dari rahmat Allah taala termasuk dosa besar. Allah taala berfirman:
 
قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ
 
“Ibrahim berkata : ’Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang sesat.’”[QS. Al Hijr: 56]
 
Dan firman-Nya:
 
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
 
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” [QS. Yusuf : 87]
 
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu memasukkan berputus asa dari rahmat Allah sebagai salah satu dosa besar yang letaknya di hati. Setelah membawakan ayat di atas sebagai dalil, beliau menambahkan dengan riwayat dari Abdullah ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma secara marfu’ (yang artinya), Nabi ﷺ ditanya: “’Apa sajakah yang termasuk dosa-dosa besar?’ Beliau ﷺ menjawab: ‘Mempersekutukan Allah, merasa aman dari makar Allah, dan berputus asa dari rahmat Allah.’” [l Kaba’ir. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Muhaqqiq: Isma’il Al Anshory. (e-book version via www.waqfeya.net)]
 
Maka berputus asa dari rahmat Allah dan merasa jauh dari rahmat-Nya merupakan dosa besar. Kewajiban seorang manusia adalah selalu berbaik sangka terhadap Rabb-nya:
  • Jika dia meminta kepada Allah, maka dia selalu berprasangka baik, bahwa Allah akan mengabulkan permintaannya.
  • Jika dia beribadah sesuai dengan syariat dia selalu optimis, bahwa amalannya akan diterima,dan
  • Jika dia ditimpa suatu kesusahan dia tetap berprasangka baik, bahwa Allah akan menghilangkan kesusahan tersebut.
Islam senantiasa mengajarkan optimisme dalam segala hal yang bermanfaat, baik bagi dunia maupun Akhirat bagi pemeluknya. Hal ini tercermin dalam sabda Nabi ﷺ:
 
احْرِصْ عَلَى مَايَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ
 
Artinya: “Bersemangatlah dalam apa yang bermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah.” [HR. Muslim]
 
Setelah kita mengetahui hal ini, maka JANGANLAH kita berputus asa ketika ditimpa sakit atau bencana. Apalagi jika kita mencari solusi yang sebenarnya polusi, seperti mendatangi dukun (untuk menyembuhkan penyakit), atau melakukan ritual-ritual kufur atau syirik lain!
 
Maka ketika DIRI KITA terjatuh kedalam maksiat, JANGANLAH KITA BERPUTUS ASA dari rahmat Allah. Bertobatlah kepada-Nya dengan BENAR, karena Allah ﷻ PASTI mengampuni orang-orang yang bertobat (namun apakah tobat yang kita lakukan sudah benar?!)
 
Di antara orang yang PUTUS ASA terhadap rahmat-Nya adalah ia merasa, bahwa dosa-dosa (yang sangat banyak, dan sangat besar). “Sepertinya” sulit baginya untuk mendapatkan pengampunan Allah. Ini keliru. Padahal Allah Maha Pengampun lagi Penerima Tobatnya orang-orang yang bertobat.
 
Demikian pula terhadap orang lain yang jatuh kepada maksiat. Janganlah menjadikannya putus asa dari rahmat Allah (meskipun kita pun tetap selalu mengingatkannya dari azab-Nya). Kita pun ingatkan dirinya (sebagaimana kita mengingatkan diri kita sendiri) tentang Hari Akhir, dsb. Yang semoga dengan hal itu, ia meninggalkan perbuatan jeleknya, dan bertobat kepada-Nya.
 
Janganlah kita sampai PUTUS ASA dari rahmat Allah kepadanya, dengan berkata: “Segala usaha sudah aku kerahkan. Sepertinya ia tidak mungkin untuk bertobat.” Ini adalah KEPUTUS-ASAAN. Jika BENAR bahwa kita mencintainya, maka kita akan berusaha dengan keras agar ia dapat bertobat, tidak gampang menyerah. Ini membuktikan KEPUTUSASAAN kita akan rahmat Allah terhadap dirinya.
 
Jangan pula kita SAMPAI berkata: “Temanku (–yang masih Muslim–) ini sepertinya AHLI NERAKA dan Allah tidak akan mengampuninya.”
 
Ini perkataan yang berbahaya.
Dari mana kita tahu, bahwa dia Ahli Neraka?
Dari mana kita tahu, bahwa Allah tidak mengampuninya?
Apakah kita mendapatkan WAHYU dari ALLAH yang mengabarkan demikian?!
Benar, PERBUATANnya tersebut diancam Neraka.
Benar, bahwa Allah akan mengazab orang YANG BERBUAT demikian.
Tapi apakah hal ini PASTI berlaku pada SETIAP ORANG?
Tidak demikian……
 
– Bisa jadi Allah memberikan hidayah kepada-Nya sebelum ia wafat, sehingga ia bertobat dan ia mati dalam keadaan SELURUH DOSANYA ALLAH AMPUNI. (inilah yang seharusnya senantiasa tertanam dalam diri kita terhadap saudara kita, sehingga kita terus berusaha mengingatkannya dan menasihatinya DAN TIDAK BERPUTUS ASA)
 
– KALAUPUN dia wafat dalam keadaan tidak bertobat, bukankah Allah berfirman:
 
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia MENGAMPUNI SEGALA DOSA SELAIN dari (syirik) itu, BAGI SIAPA YANG DIKEHENDAKI-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [QS. An-Nisaa: 48]
 
>> Bukankah SECARA ZHAHIR dia mati tanpa membawa dosa kesyirikan?!
>> Bukankah BISA JADI, bahwa dia termasuk dalam ayat di atas “Bagi siapa yang dikehendaki-Nya”?!
>> Maka jangan sampai lisan kita berkata perkataan yang demikian ini tentang teman kita.
 
Ketahuilah, DAHULU ada dua orang dari Bani Israil. Yang satunya orang saleh dan yang satunya lagi suka maksiat. Si orang saleh ini senantiasa menasihati si tukang maksiat. Terus ia lakukan demikian, tapi ia tidak melihat adanya perubahan pada diri temannya yang suka maksiat ini. Kemudian dengan marah ia berkata: “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu…”
Maka ketika di Hari Kiamat Allah mengumpulkan mereka berdua, dan berfirman:
 
مَنْ ذَا الَّذِى يَتَأَلَّى عَلَىَّ أَنْ لاَ أَغْفِرَ لِفُلاَنٍ فَإِنِّى قَدْ غَفَرْتُ لِفُلاَنٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ
“Siapakah yang bersumpah atas (nama)Ku agar Aku tidak mengampuni si Fulan ? Sesungguhnya Aku telah mengampuninya dan menghapus semua pahala amalmu.” [HR al-Bukhari]
 
Maka BERHATI-HATILAH.
  • Jangan sampai BANYAKNYA MAKSIAT YANG KITA PERBUAT juga menjadikan kita PUTUS ASA dari rahmat-Nya.
  • Jangan sampai pula RASA TAKUT kita terhadap azab-Nya menjadikan kita PUTUS ASA akan rahmat-Nya.
  • Jangan sampai pula RASA HARAP kita terhadap rahmat-Nya, menjadikan kita malah MERASA AMAN dari azab-Nya.
  • Akan tetapi, takutlah akan azab-Nya, dan jangan putus asa dari rahmat-Nya.
 
Allah taala berfirman:
 
فَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل رَّبُّكُمْ ذُو رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ
 
Katakanlah: “Rabbmu mempunyai rahmat yang luas dan siksa-Nya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa”. [QS. Al-An’aam: 147]
 
 
Sumber:
100 Pelajaran dari Kitab Aqidah al Wasithiyah, Syaikh Muhammad bin Saleh Al Utsaimin
 

Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat

#laranganberputusasaatasrahmatAllah #dilarangberputusasaatasrahmatAllah #putusasadarirahmatAllah #janganputusasadarirahmatAllah #arti #makna #maksudnya #apamaksudnya