Karnaval Bukan Tradisi Islam – Lantas Bagaimana Dengan Pawai Tarhib Menyambut Ramadan?

Karnaval

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Karnaval bisa berarti:

1.    Suatu pesta besar atau pameran

2.    Pesta di benua Eropa dan Amerika, terutama di bagian Selatan untuk menyambut masa Pra-Paskah yang dirayakan umat Kristen. Dimulai dari minggu sebelum Rabu sampai Rabu. Secara etimologis berasal dari bahasa Latin: Carne yang berarti daging. Sebab dalam masa pra-paskah dahulu kala, umat Kristen harus berpantang tidak boleh makan daging.
Karnaval terkenal yang dirayakan di benua Amerika dan Eropa ialah Mardi Gras.

Asal-muasal nama “Karnaval” masih diperdebatkan. Menurut salah satu teori, nama itu berasal dari Bahasa Latin Carrus Navalis (“Gerobak Kapal”) [Reichman, Ruth. Karnival, Fastnacht, Fasching], yang mengacu pada gerobak dalam suatu pawai keagamaan, seperti gerobak yang digunakan dalam arak-arakan keagamaan pada perayaan tahunan untuk menghormati Dewa Apollo. Namun menurut sumber-sumber yang lain, nama karnaval bersal dari Bahasa Italia Carne Levare yang berarti “Mengenyahkan Daging”, karena daging dilarang selama masa Pra-Paskah [Online Etymology Dictionary]. Menurut teori lain, nama karnaval berasal dari ungkapan dalam Bahasa Latin Kuno Carne Vale, yang berarti “Selamat Tinggal Daging”, yang menunjukkan bahwa saat tersebut adalah hari-hari terakhir orang boleh makan daging sebelum berpuasa selama masa Pra-Paskah.

Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Karnaval

—————————————————————————

Karnaval ini adalah periode meriah sebelum puasa, yang dikenal karena parade karnavalnya, tarian bertopeng dan berkostum khas daerah tempat menjalankan masa Pra-Paskah, atau lebih tepatnya enam minggu sebelum Paskah, ditandai dengan berpuasa dan penolakan daging, produk susu, gula dan lemak. Pada hari-hari sebelum orang Pra-Paskah, secara tradisional harus menyingkirkan makanan tersebut, hanya makan dan mengatur hari besarnya adalah apa yang dianggap asal Karnaval.

Beberapa tradisi yang paling terkenal, termasuk. parade karnaval dan menyamar, pertama kali tercatat di Italia abad pertengahan. Karnaval di Venesia telah lama paling terkenal. Dari Italia, karnaval tradisi menyebar ke negara-negara Katolik seperti Spanyol, Portugal dan Perancis. Dari Perancis mereka menyebar ke Rhineland Jerman, dan di Amerika Utara dari Spanyol dan Portugal, mereka menyebar dengan kolonisasi Katolik di Karibia dan Amerika Latin Daerah lain telah mengembangkan tradisi mereka sendiri……..

Sumber : http://daily-helper.com/in/239842

—————————————————

KALIAN SUNGGUH-SUNGGUH AKAN MENGIKUTI MEREKA YAHUDI, NASRANI, ROMAWI DAN PERSIA (IRAN)
Kalau orang non-Muslim ramai melakukan karnaval menjelang puasa masa Pra-Paskah, sekarang ummat Islam pun beramai-ramai mengadakan Pawai Tarhib menjelang Ramadan.

Bergembira dan berbahagia dengan datangnya Ramadan telah ada contoh dari Rasulullah ﷺ, bahwa beliau dahulu memberi berita gembira pada para sahabatnya dengan kedatangan Ramadan. Beliau ﷺ bersabda:

جاءكم شهر رمضان, شهر رمضان شهر مبارك كتب الله عليكم صيامه فيه تفتح أبواب الجنان وتغلق فيه أبواب الجحيم… الحديث

“Telah datang pada kalian Ramadan. Ramadan bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu dibukakan pintu-pintu Surga serta ditutup pintu-pintu neraka….” (HR. Ahmad).

Bahkan banyak hadis yang menerangkan tentang keutamaan Ramadan dan rasa gembira menyambutnya. Ada yang berderajat shahih, dhaif dan bahkan palsu.

Dan sungguh demikian pula As-Salaf Ash-Shalih dari kalangan sahabat dan tabi’in, mereka sangat perhatian dengan Ramadan dan bergembira dengan kedatangannya. Maka kebahagiaan manakah yang lebih agung dibandingkan dengan berita dekatnya Ramadan, momen untuk melakukan kebaikan serta diturunkannya rahmat?

Lantas apakah pernah Rasulullah ﷺ dan para As-Salaf Ash-Shalih dari kalangan sahabat dan tabi’in mencontohkan mengadakan Pawai Tarhib berkeliling kota, desa dll sebagai bentuk ekpresi kegembiraan untuk menyambut Ramadan?

Bahkan sekarang Karnaval (baca : dalam arti luas) sudah menjadi budaya yang semakin digandrungi oleh sebagian masyarakat Indonesia. Bahkan juga terkadang “Mungkin” dimanfaatkan oleh Partai Politik atau Organisasi massa yang berhaluan Islam  untuk mencari simpati…..Allahu a’lam. Tak pelak, sering diadakan karnaval untuk ini dan itu….menyambut ini dan itu…..dengan berbagai kostum yang bervariasi bahkan “Mungkin” tak jarang yang memertontonkan aurat, menampilkan imaginasi makhluk yang seram, seperti setan dll.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

((لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَ ذِرَاعًا بِذِرَاعٍ , حَتَّى لَوْ سَلَكُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ )) قُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ, اَلْيَهُوْدَ وَ النَّصَارَى ؟ قَالَ (( فَمَنْ )) ؟

Kalian sungguh-sungguh akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampai seandainya mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian akan masuk pula ke dalamnya. Kami tanyakan: “Wahai Rasulullah, apakah mereka yang dimaksud itu adalah Yahudi dan Nasrani?” Beliau berkata: “Siapa lagi kalau bukan mereka?”

Hadis yang mulia di atas diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Ahaditsul Anbiya, bab Ma Dzukira ‘an Bani Israil (no. 3456) dan Kitab Al-I‘tisham bil Kitab was Sunnah, bab Qaulin Nabi “Latattabi‘unna sanana man kana qablakum” (no. 7320) dan Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Al-‘Ilmi (no. 2669) dan diberi judul bab oleh Al-Imam An-Nawawi dalam kitab Syarahnya terhadap Shahih Muslim, bab Ittiba‘u Sananil Yahudi wan Nashara.

Rasulullah ﷺ juga bersabda yang senada dengan hadis di atas dalam hadis yang dibawakan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

((لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِي بِأَخْذِ الْقُرُوْنِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَ ذِرَاعًا بِذِرَاعٍ )) فَقِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَفَارِسَ وَ الرُّوْم ؟ فَقَالَ : ((وَ مِنَ النَّاسِ إِلاَّ أُولَئِكَ))

“Tidak akan tegak Hari Kiamat sampai umatku mengambil jalan hidup umat sebelumnya sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Maka ditanyakan kepada beliau: “Wahai Rasulullah, seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab: “Siapa lagi dari manusia kalau bukan mereka?” (HR. Al-Bukhari no. 7319)

Adapun atsar sahabat dan Ulama Salaf dalam masalah ini, sangatlah banyak. Di antaranya adalah ucapan ’Umar radhiyallahu ’anhu, beliau berkata :

اجتنبوا أعداء الله في عيدهم

”Jauhilah hari-hari perayaan musuh-musuh Allah.” [Sunan al-Baihaqi IX/234].

’Abdullah bin ’Amr radhiyallahu ’anhuma berkata :

من بنى ببلاد الأعاجم وصنع نيروزهم ومهرجانهم ، وتشبه بهم حتى يموت وهو كذلك حُشِر معهم يوم القيامة

”Barang siapa yang membangun negeri orang-orang kafir, meramaikan peringatan hari raya Nairuz (Tahun Baru) dan karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan demikian, ia akan dibangkitkan bersama mereka di Hari Kiamat.” [Sunan al-Baihaqi IX/234].

Allahu a’lam

Penulis: Anwar Baru Belajar

http://hijrahdarisyirikdanbidah.blogspot.co.id/2012/11/karnaval-bukan-tradisi-islam.html