Kapan Waktu Membaca Sayyidul Istighfar?

Pertanyaan:

Sayyidul Istighfar dibaca pagi dan sore. Apakah kata pagi itu setelah terbit fajar dan waktu sore itu setelah terbenam matahari?

Jawaban:

Hadis tentang Sayyidul Istighfar (Penghulu Istighfar) adalah sebagai berikut: Dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu, dari Nabi  ﷺ, beliau bersabda: “Penghulu istighfar itu ialah seseorang membaca:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ، وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّمَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أِنْتَ.

ALLOHUMMA ANTA ROBBII

LAA ILAHA ILLA ANTA

KHOLAQTANII WA ANA ‘ABDUK

WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKAMASTATHO’TU,

A’UDZUBIKA MIN SYARRIMAA SHONA’TU,

ABUU ULAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA

WA ABUU ULAKA BIDZA(N)BII

FAGHFIRLII

FAINNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA.

Artinya:

Ya Allah, Engkau adalah Rabbku.  Tidak ada Sesembahan yang haq kecuali Allah. Engkaulah yang telah menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Dengan segenap kemampuanku, aku akan tetap setia pada perjanjian-Mu dan janji-Mu (sedapat mungkin aku akan setia untuk tetap mengesakan-Mu, dan percaya pada kebenaran janji-Mu padaku penj). Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan-keburukan yang aku perbuat. Aku mengakui nikmat-nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan aku pun mengakui dosa-dosa yang telah aku perbuat. Maka, mohon berilah aku ampunan, karena sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.

Beliau  ﷺ  bersabda: “Barang siapa mengucapkannya setelah masuk waktu Subuh sambil meyakininya (meyakini kandungan dari kalimat-kalimat tadi, dan bukan hanya sebatas ucapan di lisan penj), lalu dia mati, dia termasuk penghuni Surga. Dan barang siapa mengucapkannya setelah masuk waktu sore sambil meyakininya, lalu dia mati, dia termasuk penghuni Surga. [HR. Ahmad, no. 17152, 17171, 17172; Ibnu Hibban, no. 933; Nasai, no. 5522; dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth dan Syaikh al-Albani]

Di dalam riwayat lain dengan lafadz:

إِذَا قَالَ حِينَ يُمْسِي فَمَاتَ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَوْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِذَا قَالَ حِينَ يُصْبِحُ فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ مِثْلَهُ

Jika seseorang berkata pada waktu sore, lalu dia mati, dia akan masuk Surga, atau dia termasuk penduduk Surga. Dan jika dia berkata pada waktu subuh, lalu dia mati pada hari itu…”, seperti itu. (HR. al-Bukhari, no. 5964)

Dalam hadis ini Nabi menyatakan: “Barang siapa mengucapkannya setelah masuk waktu Subuh” atau “Jika dia berkata pada waktu Subuh.” Berdasarkan ini, Sayyidul Istighfar itu diucapkan pada waktu Subuh. Waktu Subuh atau shabah adalah awal Nahar (siang), yaitu setelah terbit Fajar Shadiq. Namun bagi yang belum mengucapkannya di waktu Subuh, boleh juga mengucapkan setelah itu, yaitu di siang hari, sampai matahari tenggelam, sebagaimana disebutkan dalam hadis yang lain:

عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ قَالَ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

Dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu, dari Nabi, beliau bersabda: “Penghulu Istighfar ialah engkau mengatakan: Allahumma anta Rabbi laa ilaala illa anta… (dst sampai selesai – penj) (Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Rabbku.  Tidak ada Sesembahan yang haq kecuali Allah. Engkaulah yang telah menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Dengan segenap kemampuanku, aku akan tetap setia pada perjanjian-Mu dan janji-Mu (sedapat mungkin aku akan setia untuk tetap mengesakan-Mu, dan percaya pada kebenaran janji-Mu padaku penj). Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan-keburukan yang aku perbuat. Aku mengakui nikmat-nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan aku pun mengakui dosa-dosa yang telah aku perbuat. Maka, mohon berilah aku ampunan, karena sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.”

Beliau bersabda: “Barang siapa mengucapkannya di antara waktu siang dengan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum sore, maka dia termasuk penghuni Surga. Dan barang siapa mengucapkannya di antara waktu malam dengan meyakininya, lalu dia mati sebelum Subuh, maka dia termasuk penghuni Surga. (HR. al-Bukhâri, no. 5947)

Demikian juga Sayyidul Istighfar itu diucapkan pada waktu masa’ (sore), dan al–masa’ dalam bahasa Arab adalah waktu semenjak Dzuhur sampai Maghrib atau sampai pertengahan malam. (Lihat Mu’jamul Wasîth, Bab Mîm). Oleh karena itu boleh diucapkan sebelum matahari tenggelam atau sesudahnya.

Kesimpulan:

Sayyidul Istighfar diucapkan di waktu Subuh (pagi), yaitu mulai setelah terbit Fajar Shadiq, atau boleh diucapkan setelah sholat Subuh. Juga di waktu sore, yaitu mulai setelah Dzuhur sampai pertengahan malam. Jika sorenya diucapkan setelah Maghrib lebih utama, berdasarkan hadis HR. al-Bukhari no. 5947, karena lail (malam) dalam bahasa Arab mulai setelah tenggelam matahari.

Wallahu ‘alam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVII/1435H/2014. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]

 

https://almanhaj.or.id/4583-waktu-membaca-sayyidul-istighfr.html