#SifatPuasaNabi

KAPAN SESEORANG WAJIB PUASA RAMADAN?

Pertanyaan:

Apakah setiap orang wajib puasa Ramadan?

Jawaban:

Tidak. Hanya wajib jika padanya terdapat hal-hal berikut:

  • Beragama Islam,
  • Telah baligh,
  • Waras,
  • Mampu untuk berpuasa,
  • Tidak safar,
  • Bagi wanita, tidak sedang haid dan nifas.

Satu saja dari ketentuan di atas hilang, maka dia tidak wajib puasa. [Baca: al-Fiqh al-Muyassar, 151-152]

Gambarannya:

  1. Orang Kafir Tidak Wajib Puasa
  • Jika dia masuk Islam, tidak ada kewajiban untuk meng-qadha. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قُل لِّلَّذِينَ كَفَرُوا إِن يَنتَهُوا يُغْفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ

“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: ‘Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu’.” (QS. al-Anfaal: 38)

  1. Anak Kecil Yang Belum Baligh Tidak Wajib Puasa

Rasulullah ﷺ bersabda:

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ ؛ … وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ

“Pena diangkat dari tiga golongan… (salah satu yang beliau sebutkan) .. anak kecil hingga dia baligh.” [HR. Abu Dawud (4403), at-Tirmidzi (1423)]

  • Anak kecil tidak wajib puasa meskipun sehat dan mampu untuk berpuasa.
  • Jika dia berpuasa, puasanya sah dan dia dapat pahala.
  • Orang tua dianjurkan untuk memerintah anak kecilnya yang sudah mampu puasa untuk berpuasa. Sebagaimana hal ini dilakukan oleh para sahabat terhadap anak-anak mereka [Lihat hadis: al-Bukhari (no. 1960) dan Muslim no. (1136)].
  1. Orang Gila Tidak Wajib Puasa

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ ؛ …. وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ

“Pena pencatat amal diangkat dari tiga golongan… (salah satu yang beliau sebutkan) .. orang gila hingga dia waras.” [HR. Abu Dawud (4403), at-Tirmidzi (1423)]

  • Jika suatu saat dia sembuh dari gilanya, maka TIDAK ADA kewajiban qadha.
  1. Orang Yang Tidak Sanggup Berpuasa Maka Tidak Wajib Puasa

Sebagaimana yang Allah ta’ala sebutkan dalam ayat-Nya:

وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ

“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. al-Baqarah: 185)

  • Ketidaksanggupan ada dua:

A. Tidak sanggup yang sifatnya sementara (seperti sakit yang mungkin untuk sembuh).

  • >> Jenis pertama inilah yang Allah sebutkan hukumnya pada ayat di atas (al-Baqarah: 185).
  • >> Jika dia puasa, puasanya sah namun hukumnya makruh (apabila sakit itu memberatkannya) bahkan bisa haram (akan datang perinciannya).
  • >> Jika tidak puasa, wajib meng-qadha berdasarkan ayat di atas (al-Baqarah: 185).

B. Tidak sanggup yang terus-menerus. Seperti halnya orang tua yang sudah tidak kuat lagi puasa, atau orang sakit yang tidak diharapkan lagi kesembuhannya.

  • >> Dalam kondisi ini kawajibannya ialah membayar Fidyah (memberi makan orang miskin sehitungan hari yang dia tinggal).
  1. Musafir Tidak Wajib Puasa, Meskipun Dia Mampu Berpuasa (Lihat al-Baqarah: 185).
  • Jika dia puasa, puasanya sah.
  • Pada asalnya hukum puasa bagi musafir ialah boleh. Namun bisa berubah menjadi makruh dan bahkan haram (akan datang perinciannya).

6. Wanita Haid atau Nifas Tidak Wajib Puasa

  • Jika dia puasa, puasanya tidak sah.
  • Yang dilakukan oleh wanita yang meninggalkan puasa karena haid dan nifas ialah qadha.

 

Dinukil dari berbagai kitab hadis dan fikih yang tersebut di atas.

 

Rangkaian tulisan seputar puasa dalam Majmu’ah al-Mubarakah ini dikumpulkan oleh: Abdush Shamad Tenggarong -Semoga Allah menjaganya dan meluruskan tiap langkahnya-.

Sumber: http://nasehatetam.com/read/306/kapan-seseorang-wajib-puasa-Ramadan#sthash.AwAATZS9.dpuf