بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#DakwahTauhid

KALIMAT TAUHID LAA ILAHA ILLALLAH TIDAK CUKUP DENGAN UCAPAN LISAN SAJA

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Syahadat dengan lisan saja tidak cukup. Buktinya adalah kaum munafik juga memersaksikan keesaan Allah ‘azza wa jalla. Akan tetapi mereka hanya bersaksi dengan lisan mereka. Mereka mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka yakini di dalam hati mereka. Oleh sebab itu ucapan itu tidak bermanfaat bagi mereka…” [Lihat Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, hal. 23 cet. Dar Tsurayya]

Kalimat Laa ilaha illallah tidak cukup hanya diucapkan, tanpa ada keyakinan dan pelaksanaan terhadap kandungan dan konsekuensinya. Allah ta’ala berfirman tentang orang-orang munafik (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada di dalam kerak paling bawah dari Neraka Jahannam, dan kamu tidak akan mendapati penolong bagi mereka.” [QS. An-Nisaa’: 145]

Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Apabila datang kepadamu orang-orang munafik seraya mengatakan: Kami bersaksi, bahwa engkau benar-benar utusan Allah. Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar utusan-Nya. Dan Allah bersaksi, bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” [QS. Al-Munafiqun: 1]

Seorang yang mengucapkan Laa ilaha illallah harus melandasi syahadatnya dengan keikhlasan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan Neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah karena [ikhlas] mencari wajah Allah.” [HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Itban bin Malik radhiyallahu’anhu]

Seorang yang mengucapkan Laa ilaha illallah pun harus melandasi syahadatnya dengan keyakinan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Sesembahan yang berhak untuk disembah/diibadahi dengan benar selain Allah, dan bahwsanya aku -Muhammad- adalah utusan Allah. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allah dengan membawa dua persaksian ini tanpa keragu-raguan, lalu dihalangi masuk Surga.” [HR. Muslim]

Ada yang berkata kepada al-Hasan: “Sebagian orang mengatakan: Barang siapa mengucapkan Laa ilaha illallah, maka dia pasti masuk Surga?”. Maka al-Hasan menjawab: “Barang siapa yang mengucapkan Laa ilaha illallah, kemudian dia menunaikan konsekuensi dan kewajiban darinya, maka dia pasti masuk Surga.” [Lihat Kitab at-Tauhid; Risalah Kalimat al-Ikhlas wa Tahqiq Ma’naha oleh Imam Ibnu Rajab rahimahullah, hal. 40]

Dikatakan kepada Wahb bin Munabbih rahimahullah: “Bukankah Laa ilaha illallah adalah kunci Surga?”. Beliau menjawab: “Benar. Akan tetapi tidaklah suatu kunci, melainkan memiliki gerigi-gerigi. Apabila kamu datang dengan membawa kunci yang memiliki gerigi-gerigi itu, maka dibukakanlah [Surga] untukmu. Jika tidak, maka ia tidak akan dibukakan untukmu.” [Lihat Kitab at-Tauhid; Risalah Kalimat al-Ikhlas wa Tahqiq Ma’naha, hal. 40]