Mengapa Mereka Berlelah-Lelah Penuh Penderitaan dan Mendapat Banyak Perlawanan Dari Kaum Kafirin?

 

Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah menauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allah-lah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Meyakini Rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta. Misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah. Allah-lah yang memberikan rezeki. Allah yang mendatangkan badai dan hujan. Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan dalam Al Qur’an:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1)

 

Dan perhatikanlah baik-baik, Tauhid Rububiyyah ini diyakini semua orang baik Mukmin, maupun Kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikabarkan dalam Al Qur’an:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang Kafir Jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Az Zukhruf: 87)

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang Kafir Jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Al Ankabut 61)

Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bernama Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentunya belum lahir.

Adapun yang tidak mengimani Rububiyah Allah adalah kaum Komunis Atheis. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Orang-orang komunis tidak mengakui adanya Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang Kafir Jahiliyah” (Lihat Minhaj Firqotin Najiyyah)

 

Pertanyaannya, jika orang Kafir Jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum kafirin?

Jawabannya, meski orang Kafir Jahilyyah beribadah kepada Allah mereka tidak berTauhid Uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat.

Tauhid Uluhiyyah adalah menauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang dzhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Dalilnya:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (Al Fatihah: 5)

 

Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Apa maksud ‘Yang dicintai Allah’? Yaitu segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya, sperti sholat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang berTauhid Uluhiyah, hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang Kafir Jahiliyyah selain beribadah kepada Allah, mereka juga memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan Tauhid Uluhiyyah. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap umat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah Thagut‘” (QS. An Nahl: 36)

Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan adalah Tauhid Uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selain-Nya ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath Thahawiyah).

Perhatikanlah, sungguh aneh jika ada sekelompok ummat Islam yang sangat bersemangat menegakkan syariat, berjihad dan memerangi orang kafir, namun mereka tidak memiliki perhatian serius terhadap Tauhid Uluhiyyah. Padahal tujuan ditegakkan syariat, jihad adalah untuk ditegakkan Tauhid Uluhiyyah. Mereka memerangi orang kafir karena orang kafir tersebut tidak bertauhid Uluhiyyah, sedangkan mereka sendiri tidak perhatian terhadap Tauhid Uluhiyyah.

 

Pentingnya Mempelajari Tauhid

Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawabnya. Seseorang mengaku menyembah Allah, namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya. Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia tidak menauhidkan Allah dengan benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Wal’iyydzubillah.

Maka sangat penting dan urgen bagi setiap Muslim untuk memelajari tauhid yang benar. Bahkan inilah ilmu yang paling utama. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Sesungguhnya, Ilmu Tauhid adalah ilmu yang paling mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib memelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena ia adalah merupakan ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya” (Syarh Ushulil Iman, 4).

Penulis: Yulian Purnama

https://muslim.or.id/6615-makna-tauhid.html