بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

INI DALILNYA: SANG JURU SELAMAT TURUN KE BUMI PADA AKHIR ZAMAN, DAN MENDIRIKAN KERAJAAN ALLAH
Turunnya Nabi Isa ‘Alaihissallam Di Akhir Zaman [*]
Ahlus Sunnah mengimani tentang turunnya Nabi ‘Isa ‘alaihissallam di Akhir Zaman. Sifat-sifat Nabi ‘Isa ‘alaihissallam yang tercantum di berbagai riwayat adalah beliau seorang laki-laki, berperawakan tidak tinggi juga tidak pendek, kulitnya kemerah-merahan, rambutnya keriting, berdada bidang, rambutnya meneteskan air seolah-olah beliau baru keluar dari kamar mandi, beliau membiarkan rambutnya terurai memenuhi kedua pundaknya.

Setelah keluarnya Dajjal dan terjadinya kerusakan di muka bumi, maka Allah mengutus Nabi ‘Isa ‘alaihissallam untuk turun ke bumi.

Beliau ‘alaihissallam turun di Menara Putih yang terletak sebelah Timur kota Damaskus di Syam (Syiria). Beliau ‘alaihissallam menggunakan dua pakaian yang dicelup, sambil meletakkan kedua tangannya pada sayap dua Malaikat. Apabila beliau menundukkan kepala, maka (seolah-olah) meneteskan air. Apabila beliau mengangkat kepala, maka (seolah-olah) berjatuhanlah tetesan-tetesan itu, bagai manik-manik mutiara. Dan tidak seorang kafir pun yang mencium nafasnya, melainkan akan mati. Padahal nafasnya sejauh mata memandang [HR. Muslim (no. 2937 (110)) dari Nawwas bin Sam’an Radhiyallahu anhu. Lihat Syarah Shahiih Muslim (XVIII/67-38), oleh Imam an-Nawawi]. Beliau ‘alaihissallam turun di tengah golongan yang dimenangkan (ath-Thaa-ifatul Manshuurah) yang berperang di jalan haq dan berkumpul untuk memerangi Dajjal [HR. Muslim (no. 156 (247)), Ahmad (III/384), Abu ‘Awanah (I/106), Ibnul Jarud (no. 1031) dan Ibnu Hibban (no. 6780) dari Sahabat Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu]. Beliau ‘alaihissallam turun pada waktu didirikannya sholat Subuh dan sholat di belakang pemimpin golongan tersebut. Beliau ‘alaihissallam TIDAK membawa syariat baru, namun mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ [Qishshatul Masiih ad-Dajjaal wa Nuzuuli ‘Isa ‘alaihissallam wa Qatlihi Iyyaahu (hal. 142-143) oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani].

Turunnya Nabi ‘Isa ‘alaihissallam di Akhir Zaman tercantum di dalam Alquran dan As-Sunnah yang shahih. Bahkan riwayat-riwayatnya Mutawatir, diriwayatkan lebih dari 25 Sahabat Nabi ﷺ.

Dalil dari Alquran al-Karim:

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ۖ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: ‘Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikanmu kepada akhir ajalmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir. Dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir, hingga Hari Kiamat. Kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu. Lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.’” [Ali ‘Imran: 55]

Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai firman Allah: ( إِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ ) “Sesungguhnya Aku akan menyampaikanmu kepada akhir ajalmu, dan mengangkat kamu kepada-Ku…”

Menurut Qatadah dan ulama lainnya: “Ini merupakan bentuk kalimat dalam bentuk Muqaddam dan Muakhkhar (yaitu bentuk kalimat yang mendahulukan, apa yang seharusnya ada di akhir, dan mengakhirkan apa yang seharusnya didahulukan). Kedudukan sebenarnya adalah ( إِنِّيْ رَافِعُكَ إِلَيَّ وَ مُتَوَفِّيْكَ) “Yakni Aku mengangkatmu kepada-Ku dan mewafatkanmu.”

Dan mayoritas ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan kematian tersebut adalah tidur, sebagaimana firman-Nya ( وَهُوَ الَّذِيْ يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ ) “Dan Dia-lah yang menidurkan kalian di malam hari.” [Al-An’aam: 60]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: (اللهُ يَتَوَفَّى اْلأَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا ) “Allah yang memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati pada waktu tidurnya.” [Az-Zumar: 42]

2. Firman Allah Azza wa Jalla:

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ ۚ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

“Dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, ‘Isa putera Maryam, Rasul Allah,’ padahal MEREKA TIDAK MEMBUNUHNYA dan TIDAK (PULA) MENYALIBNYA. Tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak memunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka. Mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [An-Nisaa’: 157-158]

Allah MENGANGKAT Nabi ‘Isa ‘alaihissallam DALAM KEADAAN HIDUP DENGAN RUH DAN JASADNYA. Ayat di atas sebagai dalil untuk membantah orang-orang Yahudi yang menyangka ‘Isa dibunuh dan disalib. Kalau yang diangkat ruhnya saja, maka apa bedanya Nabi ‘Isa dengan Nabi-nabi yang lainnya, bahkan juga kaum Mukminin, semua ruhnya diangkat Allah sesudah wafat! Jadi tidak beda antara Nabi ‘Isa dengan yang lainnya? Lantas apa manfaat penyebutan diangkat ke langit, kalau bukan yang diangkat ruh dan jasadnya?! [Diringkas dari Fashlul Maqaal (hal. 13-14)].
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah -setelah menafsirkan ayat ini- kemudian membawakan beberapa hadis tentang turunnya Nabi ‘Isa ‘alaihissallam. Beliau rahimahullah berkata: “Inilah hadis-hadis Mutawatir yang berasal dari Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan dari para Sahabat, seperti Abu Hurairah, Ibnu Mas’ud, ‘Utsman bin Abil ‘Ash, Abu Umamah, an-Nawwas bin Sam’an, ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, Mujammi’ bin Jariyah, Abu Syuraikah dan Hudzaifah bin Usaid Radhiyallahu anhum. Di dalam hadis-hadis ini mengandung petunjuk tentang sifat-sifat turunnya, juga tempatnya, yaitu ia akan turun di Syam (Syiria) tepatnya di Damaskus pada Menara Timur, dan terjadi ketika akan didirikan sholat Subuh [Tafsiir Ibni Katsiir (I/644), cet. Daarus Salaam].

3. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ ۚ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

“Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang Hari Kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang Kiamat itu, dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” [Az-Zukhruuf: 61]

Tafsiran lafazh: (وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ) menurut Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, sebagaimana tercantum dalam kitab Tafsiir Ibni Katsiir adalah turunnya Nabi ‘Isa bin Maryam ‘alaihissallam sebelum Hari Kiamat. Kemudian dijelaskan juga oleh Ibnu Katsir rahimahullah, hadis-hadis tentang turunnya Nabi ‘Isa sebelum Hari Kiamat, diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ibnu ‘Abbas, Abul ‘Aliyah, Abu Malik, Ikrimah, Hasan, Qatadah, ad-Dhahhak dan selainnya. Hadis-hadis turunnya Nabi ‘Isa bin Maryam ‘alaihissallam sebelum Hari Kiamat sebagai Imam yang adil, dan hakim yang bijaksana adalah Mutawatir [Tafsiir Ibni Katsiir (IV/139-140), cet. Daarus Salaam].

Adapun dalil-dalil dari As-Sunnah:

1. Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Nabi ﷺ bersabda:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ عَليهِ السَّلام فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ، تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ.

“Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang berperang demi membela kebenaran sampai Hari Kiamat.” Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: “Maka kemudian turun Nabi ‘Isa bin Maryam ‘alaihissallam. Kemudian pemimpin golongan yang berperang tersebut berkata kepada Nabi ‘Isa: ‘Kemarilah, sholatlah mengimami kami.’ Kemudian Nabi ‘Isa ‘alaihissallam menjawab: ‘Tidak, sesungguhnya sebagian kalian adalah pemimpin atas sebagian yang lain, sebagai penghormatan bagi umat ini.’” [HR. Muslim (no. 156 (247)), Ahmad (III/384), Abu ‘Awanah (I/106), Ibnul Jarud (no. 1031) dan Ibnu Hibban (no. 6780) dari Sahabat Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu].

2. Sabda Nabi ﷺ:

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ عَليهِ السَّلام حَكَمًا عَدْلاً، فَيَكْسِرَ الصَّلِيْبَ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيْرَ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ، وَيَفِيْضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ.

“Dan demi jiwaku yang berada di tangan-Nya. Sudah dekat saatnya di mana akan turun pada kalian (‘Isa) Ibnu Maryam ‘alaihissallam sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus jizyah (upeti/pajak), dan akan melimpah ruah harta benda, hingga tidak ada seorang pun yang mau menerimanya.” [HR. Al-Bukhari kitab Ahaadiitsul Anbiyaa’ bab Nuzuul ‘Isa Ibni Maryam (no. 3448), Fat-hul Baari (VI/490-494) dan Muslim Kitaabul Iimaan bab Nuzuul ‘Isa Ibni Maryam Haakiman bi Syariati Nabiyyinaa Muhammad j (no.155 (242)), dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu].

3. Sabda Rasulullah ﷺ:
“Para Nabi itu bersaudara seayah, sedangkan ibu mereka berbeda-beda dan agama mereka satu. Aku adalah manusia yang paling dekat terhadap ‘Isa bin Maryam, karena tidak ada nabi lagi antara dia dan aku. Dan dia akan turun (kembali). Jika kalian melihatnya, maka kenalilah oleh kalian, bahwa dia adalah laki-laki yang sedang tingginya, berkulit putih kemerah-merahan, dia memakai dua buah baju yang agak kemerahan, seakan di kepalanya meneteskan air walaupun tidak basah. Dia akan mematahkan salib, membunuh babi dan menghapus jizyah (pajak/upeti -pent) serta menyeru manusia kepada Islam. Di zamannya, Allah akan menghancurkan seluruh agama kecuali Islam. Dan Allah akan membunuh al-Masih ad-Dajjal. Kemudian terciptalah keamanan di muka bumi, hingga singa dengan unta mencari makan (di tempat yang sama) dan (demikian pula) harimau dan sapi, juga serigala dan kambing, serta anak-anak kecil bermain-main dengan ular tanpa membahayakan mereka. Beliau tinggal selama empat puluh tahun, kemudian wafat dan kaum Muslimin menyolatkannya.” []. HR. Abu Dawud (no. 4324), Ibnu Hibban (IX/450, no. 6775, 6782 dalam Ta’liiqatul Hisaan) dan Ahmad (II/406, 437), dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (V/214 no. 2182)].

Turunnya Nabi ‘Isa ‘alaihissallam memberikan hikmah yang besar, di antaranya:

1. Membantah Yahudi yang beranggapan bahwa mereka telah membunuh ‘Isa ‘alaihissallam. Padahal Nabi ‘Isa-lah yang akan membunuh pimpinan mereka, yaitu Dajjal.

2. Sesungguhnya Nabi ‘Isa ‘alaihissallam mendapatkan di dalam Injil tentang keutamaan ummat Muhammad ﷺ (Al-Fat-h: 29). Dan beliau berdoa agar dimasukkan di antara mereka (ummat Nabi Muhammad ﷺ), lalu Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabulkan doa beliau ketika beliau turun pada Akhir Zaman, dan beliau menjadi Mujaddid (Pembaharu) agama Islam.

3. Bahwa turunnya Nabi ‘Isa ‘alaihissallam dari langit untuk dimakamkan di bumi, karena TIDAK ADA makhluk dari tanah yang mati di selainnya.

4. Turunnya Nabi ‘Isa ‘alaihissallam adalah untuk membongkar kebohongan Nasrani, menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus upeti/pajak.

5. Beliau ‘alaihissallam memiliki keistimewaan yang khusus, karena jarak antara dia dengan Nabi Muhammad ﷺ sangat dekat dan tidak ada Nabi lain yang memisahkan antara Nabi ‘Isa ‘alaihissallam dan Rasulullah ﷺ.

6. Nabi ‘Isa ‘alaihissallam berhukum dengan syariat Muhammad ﷺ dan menjadi pengikut Muhammad ﷺ. Beliau ‘alaihissallam turun TIDAK dengan membawa syariat yang baru, karena agama Islam penutup segala agama dan Nabi ‘Isa ‘alaihissallam menjadi HAKIM ummat ini, karena TIDAK ADA Nabi setelah Nabi Muhammad ﷺ.

7. Zamannya Nabi ‘Isa ‘alaihissallam adalah zaman yang penuh ketenangan, keamanan dan keselamatan. Allah mengirimkan hujan yang deras, menjadikan bumi mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Harta berlimpah serta dihilangkan sifat-sifat iri, benci, dan dengki.

8. Lamanya Nabi ‘Isa ‘alaihissallam tinggal di bumi adalah selama 40 tahun [Lihat Asyraathus Saa’ah (hal. 355-363), oleh Dr. Yusuf al-Wabil].

Dalam hadis riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Hibban, Rasulullah ﷺ bersabda:

فَيَمْكُثُ فِي اْلأَرْضِ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً إِمَامًا عَدْلاً وَحَكَماً مُقْسِطًا.

“Beliau tinggal di bumi selama 40 tahun sebagai imam yang adil dan hakim yang bijaksana.” [HR. Ahmad (VI/75), Ibnu Hibban (no. 1905, Shahiih Mawaariduzh Zham’aan no.1599) dari ‘Aisyah x. Kata Imam al-Haitsamy: “Hadis ini rawi-rawinya shahih.” Lihat Majma’uz Zawaa-id (VII/338) dan Qishshatu Dajjal (hal. 60)].

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]
_______
Footnote
[*] Lebih lengkapnya lihat an-Nihaayah fil Fitan wal Malaahim oleh Ibnu Katsir, tahqiq Ahmad ‘Abdus Syaafi’, Fashlul Maqaal fi Raf’i ‘Isa Hayyan wa Nuzulihi wa Qatlihi ad-Dajjaal (hal. 337-364) oleh Dr. Muhammad Khalil Hirras dan Asyraa-thus Saa’ah dan Qishshatul Masiih ad-Dajjaal wa Nuzuuli ‘Isa ‘alaihissallam wa Qatlihi Iyyaahu oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.

Penulis: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Sumber: https://almanhaj.or.id/3215-turunnya-nabi-isa-’alaihissallam-di-akhir-zaman.html