Bismillah
 
#AkidahManhaj
 
INGAT! SALAFY BUKAN ISIS
>> Benarkah ISIS itu Salafi?

Pertanyaan:
Berbagai isu negatif yang menjangkiti umat Islam, di antaranya ada yang mengatakan: ISIS itu berasal dari Salafy. Apakah ini benar?
 
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
 
Salafy secara bahasa berasal dari kata salaf [السلف], yang artinya pendahulu. Nabi ﷺ pernah membisikkan kepada Fatimah, ketika beliau ﷺ merasa ajal beliau ﷺ sudah dekat:
 
وَإِنِّى لاَ أُرَى الأَجَلَ إِلاَّ قَدِ اقْتَرَبَ فَاتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى فَإِنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ… يَا فَاطِمَةُ أَمَا تَرْضَىْ أَنْ تَكُونِى سَيِّدَةَ نِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ
 
“Saya merasa bahwa ajalku telah dekat. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, karena sebaik-baik pendahulu adalah saya bagimu.” Kemudian Nabi ﷺ bersabda: “Wahai Fatimah, tidakkah kamu senang, jika kamu menjadi pemimpin para wanita Mukminin…” [HR. Bukhari 5928 dan Muslim 6467]
 
Nabi ﷺ adalah pendahulu bagi putrinya, Fatimah. Karena beliau ﷺ meninggal sebelum Fatimah.
 
Disebut Salafy, diberi tambahan ya nisbah [السلفي] yang berarti pengikut. Sehingga disebut Salafy, karena mereka memiliki komitmen untuk menggiring ajaran Islam murni, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat.
 
Selanjutnya, kita akan melihat kondisi ISIS. Kita tidak sedang membahas secara detail siapa itu ISIS. Hanya ada ada beberapa catatan mengenai ideologi ISIS, agar kita bisa bandingkan dengan kondisi beberapa kegiatan dakwah di tanah air.
 
Di antara ideologi ISIS yang bisa kita kenali:
 
[1] Mengklaim bahwa pimpinan mereka adalah Khalifah yang wajib dibaiat dan ditaati oleh setiap Muslim sedunia.
 
Dan ini bagian dari ciri Khawarij. Dalam sejarah Islam, mereka selalu mengaku bahwa pemimpin mereka adalah pemimpin yang sah dan mutlak untuk ditaati.
 
[2] Mengafirkan setiap Muslim yang tidak mau membaiat Khalifah mereka.
 
Dan ini juga bagian dari ciri Khawarij. Mereka terbiasa mengafirkan orang Muslim yang tidak mau menerima pandangan dan pendapatnya.
 
[3] Menghalalkan darah setiap orang yang tidak mau membaiat khilafah mereka.
 
Dalam doktrin ISIS, Muslim yang di luar kelompok mereka, yang mereka sebut sebagai orang murtad, lebih utama untuk dibunuh dan diperangi, sebelum memerangi orang-orang kafir asli.
 
[4] Mewajibkan setiap Muslim untuk membatalkan baiat mereka kepada pemimpin negara mereka masing-masing.
 
Karena itu, ISIS di mana-mana menyerukan pemberontakan terhadap pemimpin kaum Muslimin di negara mereka masing-masing.
 
Beberapa ideologi ini bisa disaksikan dengan kasat mata bagi mereka yang membaca berita tentang ISIS.
 
[5] Orang yang melakukan dosa besar, boleh dibunuh.
 
Menurut mereka, seorang pemimpin harus terlepas dari dosa-dosa besar. Bila seorang pemimpin terjatuh dalam dosa besar, wajib diganti. Bahkan harus dibunuh karena dia telah kafir disebabkan dosa besar, kecuali jika dia bertobat dan menyatakan keIslamannya kembali.
 
Antara ISIS dan Salafy
 
Untuk melihat bagaimana prinsip dakwah Salafy, kita bisa menyimak buku dan referensi yang sering diajarkan para dai Salafy kepada masyarakat. Jika kita sebut, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pemimpin dakwah salaf, bararti karya beliau bisa dijadikan representasi prinsip ajaran Salafy.
 
Ada beberapa hal yang menonjol dari karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab,
 
[1] Menegakkan Tauhid yang Benar
 
Tidak ada yang salah dengan dakwah, mengajak masyarakat kembali kepada ajaran tauhid yang benar. Bahkan tauhid merupakan tujuan dasar manusia dan jin diciptakan. Kita bisa membaca firman Allah di surat ad-Dzariyat:
 
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
 
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka memurnikan ibadah kepada-Ku.” [QS. ad-Dzariyat: 56].
 
Ada banyak karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang menjadi bukti perhatian beliau terhadap pemurnian tauhid, seperti; Kitabut Tauhid, Qawaidul Arba’, Al-Ushul At-Tsalatsah, Kasyfu as-Syubuhat, dan masih banyak lagi risalah masalah tauhid yang beliau sebarkan ke masyarakat yang menjadi sasaran dakwah beliau.
 
Dan tidak ada dalam kitab-kitab itu yang mengafirkan Ahli Kiblat (kaum Muslimin). Yang ada adalah meluruskan sebagian tradisi kaum Muslimin yang menyimpang dari ajaran tauhid yang benar.
 
Ini sangat berbeda dengan ISIS. Orang yang mendengar ISIS bisa memahami dengan pasti, bahwa pusat perhatian ISIS adalah bagaimana mengajak manusia untuk membaiat Khalifah mereka. terlepas dari latar belakang akidahnya.
 
[2] Mengakui dan Taat Kepada Pemimpin Muslim yang Sah
 
Di beberapa karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, beliau menegaskan, bahwa bagian dari prinsip Islam adalah mengakui dan menaati pemimpin yang sah di negara mereka.
 
Dalam kitab yang berjudul Al-Ushul As-Sittah (Enam Prinsip Dalam Beragama), beliau menyatakan di prinsip kedua:
 
أمر الله بالاجتماع في الدين ونهى عن التفرق فيه، فبين الله هذا بياناً شافياً تفهمه العوام ، ونهانا أن نكون كالذين تفرقوا واختلفوا قبلنا فهلكوا
 
Allah perintahkan untuk bersatu di atas agama yang benar, dan melarang berpecah belah. Allah jelaskan dengan penjelasan yang sangat jelas, bisa dimengerti oleh orang awam. Dan Allah melarang kita untuk meniru umat sebelum kita yang berpecah dan berselisih, sehingga mereka binasa.
 
Kemudian di prinsip ketiga, beliau menyatakan:
 
أن من تمام الاجتماع السمع والطاعة لمن تأمر علينا ولو كان عبداً حبشياً
 
Dan bagian dari kesempurnaan dalam menjaga persatuan adalah mendengar dan taat kepada pihak yang menjadi pemimpin kita, meskipun dia seorang budak dari Ethiopia.
 
Meskipun pengandaian ini tidak mungkin terjadi, karena pemimpin tidak mungkin seorang budak. Namun, sekalipun pemimpin negara kita bukan termasuk orang yang memenuhi kriteria pemimpin yang ideal, kita tetap diwajibkan untuk tunduk dan taat, selama tidak memerintahkan untuk maksiat.
 
Prinsip ini juga ditegaskan para ulama Salafy yang lainnya, seperti Syaikh Abdus Salam bin Barjas, yang menulis buku khusus mengenai adab rakyat terhadap pemerintahnya, yang berjudul ‘Muamalah al-Hukkam’. Dalam buku ini, beliau banyak menegaskan pentingnya menaati pemerintah di masing-masing wilayah. Beliau sebutkan banyak dalil dan keterangan para ulama Salafy.
 
Karya lain yang ditulis ulama Salafy mengenai pentingnya menaati pemerintah adalah al-Adillah as-Syar’iyah fi Bayan Haq ar-Ra’i wa ar-Ra’iyah, karya Syaikh Muhammad bin Abdillah as-Subayyil. Buku ini menjelaskan tugas dan kewajiban rakyat kepada pemerintah dan sebaliknya, pemerintah kepada rakyatnya.
 
Ibarat langit dan bumi, ketika prinsip di atas disandingkan dengan ideologi ISIS. Mereka memiliki prinsip, semua pemerintah di wilayah selain daulah Islamiyah adalah kafir dan wajib diberontak. Dan rakyat wajib melengserkan pemimpinnya, jika mereka melakukan kesalahan yang statusnya dosa besar.
 
[3] Tidak Mengafirkan Satu Pun Kaum Muslimin, Disebabkan Dosa Besar
 
Terdapat banyak pernyataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang menegaskan, bahwa beliau tidak menngkafirkan Ahli Kiblat seorang pun. Kecuali perbuatan dosa yang dinyatakan sebagai kekufuran oleh syariat, seperti dosa syirik, sihir, menghina Allah atau menghina syariat, dst.
 
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan:
 
لا نكفر أحداً من أهل القبلة بذنب، وإنما نكفر لهم، بما نص الله، ورسوله، وإجماع
 
Kami tidak mengafirkan siapapun di kalangan Ahli Kiblat, disebabkan perbuatan dosa yang mereka lakukan. Kami hanya menilai kafir disebabkan perbuatan yang dinyatakan oleh Allah, Rasul-Nya dan Ijma ulama, bahwa itu kekufuran. [ad-Durar as-Saniyah, 1/293]
 
Sangat berbeda dengan prinsip ISIS. Mengafirkan kaum Muslimin, sudah menjadi tabiat dasar mereka. Bahkan dengan alasan itu, mereka jadikan sebagai alasan untuk menghalalkan darah mereka.
 
Dan jika kita perhatikan, belum pernah kita jumpai di dunia maya maupun nyata, bantahan terhadap ISIS yang melebihi bantahan para ulama dan dai Salafy. Mereka tidak hanya mengingatkan masyarakat terhadap bahaya kekejaman dan pembantaian ISIS. Sampai mereka juga membantah dari sisi ideologi dan landasan berfikirnya.
 
Ada satu kumpulan artikel para ulama Salafy, yang semua berisi bantahan untuk ISIS berikut ideologinya. Kita bisa lihat kumpulan itu di: http://sunnahway.net/node/2589
 
Demikian pula, tidak ada negara yang lebih dimusuhi ISIS, melebihi negara yang digelari Wahabi (Saudi). Sampai mereka bertekad untuk menghabisi semua rakyat Saudi. Kita bisa lihat pernyataan kemarahan mereka di: https://youtu.be/6vpzLG7jJVY
 
Bukankah banyak anggota ISIS yang dulu belajar di Timur Tengah?
 
Kami tidak menjumpai bukti otentik tentang itu. Andaipun itu benar, seharusnya kita bisa membedakan mana guru mana murid. Dulu Washil bin Atha (Founder pemikiran Mu’tazilah) adalah muridnya Hasan al-Bashri. Namun tidak ada satu pun yang mengatakan: Mu’tazilah adalah pengembangan dari ajarannya Hasan al-Bashri. Dulu, Juhayman bin Muhammad al-Uthaibi (pembajak Masjidil Haram) adalah muridnya Syaikh Ibnu Baz. Meskipun tidak ada satu pun orang yang mengatakan: pembajakan masjidil haram berasal dari pemikiran Syaikh Ibnu Baz…
 
Ketika murid menyimpang, guru yang baik tentu tidak disalahkan.
 
Bisa jadi ada anggota ISIS yang dulunya belajar di Saudi, tapi itu sama sekali tidak sejalan dengan prinsip yang diajarkan para ulama Saudi.
 
Demikian, Allahu a’lam.
 
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)