بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
HUKUM PUASA TARWIYAH 8 ZULHIJAH
 
Pertanyaan:
Apa itu hari Tarwiyah? Adakah puasa hari Tarwiyah?
 
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
 
Hari Tarwiyah adalah pada 8 Zulhijah. Istilah Tarwiyah berasal dari kata Tarawwa [Arab: تَرَوَّى] yang artinya membawa bekal air. Karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air Zam-zam untuk persiapan Arafah dan menuju Mina. Mereka minum, memberi minum untanya, dan membawanya dalam wadah.
 
Ibn Qudamah menjelaskan asal penamaan ini:
 
سمي بذلك لأنهم كانوا يتروون من الماء فيه، يعدونه ليوم عرفة. وقيل: سمي بذلك؛ لأن إبراهيم – عليه السلام – رأى ليلتئذ في المنام ذبح ابنه، فأصبح يروي في نفسه أهو حلم أم من الله تعالى؟ فسمي يوم التروية
 
“Dinamakan demikian, karena para jamaah haji, mereka membawa bekal air pada hari itu, yang mereka siapkan untuk Hari Arafah. Ada juga yang mengatakan: Dinamakan hari Tarwiyah, karena Nabi Ibrahim ’alaihis salam pada malam 8 Zulhijah, beliau bermimpi menyembelih anaknya. Di pagi harinya, beliau Yarwi (berbicara) dengan dirinya, apakah ini mimpi kosong ataukah wahyu Allah? Sehingga hari itu dinamakan hari Tarwiyah.” [Al-Mughni, 3/364]
 
Puasa Tarwiyah
 
Terdapat hadis yang secara khusus menganjurkan puasa di hari Tarwiyah (tanggal 8 Zulhijah). Hadis itu menyatakan:
 
مَنْ صَامَ الْعَشْرَ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ صَوْمُ شَهْرٍ ، وَلَهُ بِصَوْمِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ سَنَةٌ ، وَلَهُ بِصَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ سَنَتَانِ
 
”Siapa yang puasa sepuluh hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan untuk puasa pada hari Tarwiyah seperti puasa setahun. Sedangkan untuk puasa hari Arafah, seperti puasa dua tahun.”
 
Hadis ini berasal dari jalur Ali al-Muhairi dari at-Thibbi, dari Abu Sholeh, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, secara Marfu’.
 
Para ulama menegaskan, bahwa hadis ini adalah HADIS PALSU. Ibnul Jauzi (wafat 597 H) mengatakan:
 
وهذا حديث لا يصح . قَالَ سُلَيْمَان التَّيْمِيّ : الطبي كذاب . وَقَالَ ابْن حِبَّانَ : وضوح الكذب فِيهِ أظهر من أن يحتاج إِلَى وصفه
 
Hadis ini TIDAK SAHIH. Sulaiman at-Taimi mengatakan: ’at-Thibbi seorang pendusta.’ Ibnu Hibban menilai, ’at-Thibbi jelas-jelas pendusta. Sangat jelas sehingga tidak perlu dijelaskan.’ [al-Maudhu’at, 2/198]
 
Keterangan serupa juga disampaikan as-Syaukani (wafat 1255 H). Ketika menjelaskan status hadis ini, beliau mengatakan:
 
رواه ابن عدي عن عائشة مرفوعاً ولا يصح وفي إسناده : الكلبي كذاب
 
“Hadis ini disebutkan oleh Ibn Adi dari A’isyah secara Marfu’. Hadis ini TIDAK SAHIH. Dalam sanadnya terdapat perawi bernama al-Kalbi, seorang pendusta.” [al-Fawaid al-Majmu’ah, 1/45]
 
Keterangan di atas, cukup bagi kita untuk menyimpulkan, bahwa hadis di atas adalah HADIS YANG TIDAK BISA JADI DALIL. Karena itu, tidak ada keutamaan khusus untuk puasa Tarwiyah.
 
Bolehkah Puasa Tarwiyah?
 
Keterangan di atas tidaklah melarang kita untuk berpuasa di hari Tarwiyah. Keterangan di atas hanyalah memberi kesimpulan, bahwa tidak ada keutamaan khusus untuk puasa Tarwiyah.
Kita tetap dianjurkan untuk memerbayak puasa selama tanggal 1 sampai 9 Zulhijah. Dan tentu saja, hari Tarwiyah masuk di dalam rentang itu. Dari Ummul Mukminin, Hafshah radliallahu ‘anha, bahwa Nabi ﷺ melaksanakan puasa Asyura, sembilan hari pertama Zulhijah, dan tiga hari tiap bulan. [HR. An Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan Al-Albani]
 
Demikian pula hadis dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu Nabi ﷺ bersabda:
 
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
 
“Tidak ada hari di mana suatu amal saleh lebih dicintai Allah melebihi amal saleh yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Zulhijah, pen.).” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari Jihad fi sabilillah? Nabi ﷺ menjawab: “Termasuk lebih utama dibanding Jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satu pun yang kembali (mati dan hartanya diambil musuh, pen.).” [HR. Ahmad, Bukhari, dan Turmudzi]
 
Kemudian syariat memberikan keutamaan khusus untuk puasa 9 Zulhijah (hari Arafah), di mana puasa pada hari ini akan menghapuskan dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang. Dari Abu Qatadah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
 
صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفّر السنة التي قبله ، والسنة التي بعده
 
“…puasa hari Arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini sebagai penebus (dosa, pen.) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya.” [HR. Ahmad dan Muslim]
 
Namun keutamaan semacam ini tidak kita jumpai untuk puasa 8 Zulhijah (hari Tarwiyah), karena hadis yang menyebutkan keutamaan puasa tariwiyah adalah HADIS PALSU.
 
Kesimpulannya, kita disyariatkan melaksanakan puasa Tarwiyah, mengingat adanya anjuran memerbanyak puasa selama 9 hari pertama Zulhijah. Namun kita tidak boleh meyakini ada keutamaan khusus untuk puasa pada 8 Zulhijah.
 
Allahu a’lam.
 
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
HUKUM PUASA TARWIYAH 8 ZULHIJAH