بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

HUKUM ATH-THIYARAH (TATHAYYUR, MENGANGGAP SIAL KARENA SESUATU)

 

Ahlus Sunnah tidak percaya kepada Thiyarah atau Tathayyur. Tathayyur atau Ath-Thiyarah yaitu merasa bernasib sial karena sesuatu [Lihat an-Nihaayah (III/152), Manhajul Imaam asy-Syafi’i fii Itsbaatil ‘Aqiidah (I/273)]. Diambil dari kalimat: زَجَرَ الطَّيْرَ (Menerbangkan burung).

Ibnul Qayyim (wafat tahun 751 H) rahimahullah berkata: “Dahulu mereka suka menerbangkan atau melepas burung. Jika burung itu terbang ke kanan, maka mereka menamakannya dengan ‘saa-ih’, bila burung itu terbang ke kiri, mereka namakan dengan ‘baarih’. Kalau terbangnya ke depan disebut ‘na-thih’, dan manakala ke belakang, maka mereka menyebutnya ‘qa-id’. Sebagian kaum bangsa Arab menganggap sial dengan ‘baarih’ (burungnya terbang ke kiri) dan menganggap mujur dengan ‘saa-ih’ (burungnya terbang ke kanan) dan ada lagi yang berpendapat lain.” [Lihat Miftaah Daaris Sa’aadah (III/268-269) ta’liq dan takhrij Syaikh ‘Ali Hasan al-Halabi, cet. I-Daar Ibnu ‘Affan, th. 1416 H].

Tathayyur (merasa sial) tidak terbatas hanya pada terbangnya burung saja, tetapi pada nama-nama, bilangan, angka, orang-orang cacat dan sejenisnya. Semua itu diharamkan dalam syariat Islam dan dimasukkan dalam kategori perbuatan syirik oleh Rasulullah ﷺ, karena orang yang bertathayyur menganggap hal-hal tersebut membawa untung dan celaka. Keyakinan seperti ini jelas menyalahi keyakinan terhadap takdir (ketentuan) Allah Azza wa Jalla.

Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin (wafat tahun 1421 H) rahimahullah: “Tathayyur adalah menganggap sial atas apa yang dilihat, didengar, atau yang diketahui. Seperti yang dilihat, yaitu melihat sesuatu yang menakutkan. Yang didengar, seperti mendengar burung gagak, dan yang diketahui, seperti mengetahui tanggal, angka atau bilangan.

Tathayyur Adalah Perilaku Orang-orang Kafir

Dalam beberapa ayat Alquran, Allah menyebutkan perilaku ini pada sebagian orang-orang kafir dahulu.

  • Tathayyur adalah perilaku Kaum Tsamud

Kaum Tsamud adalah orang-orang yang diutus kepada mereka Nabi Shalih ‘alaihis Salaam. Allah menceritakan at-Thiyarah pada ucapan mereka melalui firman-Nya (artinya):

“Mereka (kaum Tsamud-pen) berkata: “Kami menganggap sial terhadap keberadaanmu dan orang-orang yang mengikutimu. Maka Nabi Shalih mengatakan: “Kesialan yang menimpa kalian sesungguhnya telah ditetapkan Allah. Bahkan kalian adalah kaum yang sedang mendapatkan ujian” (an-Naml: 47)

  • Tathayyur adalah perilaku Fir’aun dan pengikutnya

Fir’aun dan pengikutnya adalah orang-orang yang diutus kepada mereka Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimas Salaam. Allah menyebutkan salah satu kisah mereka dalam firman-Nya (artinya):

“Maka apabila keberuntungan menyertai mereka (Fir’aun dan pengikutnya-pen), ternyata mereka berkata: “Kami berhak mendapatkan keberuntungan ini.” Namun apabila kesialan menimpa mereka, maka mereka pun beranggapan sial terhadap keberadaan Musa, dan orang-orang yang mengikutinya. Ketahuilah kesialan yang menimpa mereka itu sesungguhnya telah ditetapkan Allah. Namun kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.” (al-A’raaf: 131)

  • Tathayyur adalah perilaku Ashabul Qaryah

Ashabul Qaryah adalah orang-orang yang ada di sebuah negeri, dan hidup di tengah mereka para juru dakwah. Allah menceritakan perihal mereka dalam firman-Nya (artinya):

“Dan sampaikan (wahai Muhammad) kepada mereka (orang-orang Musyrik Jahiliah-pen), tentang Ashabul Qaryah, tatkala para utusan dakwah mendatangi mereka.” (Yaasin: 13)

Lalu bagaimana tanggapan Ashabul Qaryah terhadap seruan para juru dakwah tadi? Allah pun mengisahkan tanggapan mereka dalam firman-Nya (artinya):

“Mereka (Ashabul Qaryah -pen) berkata: “Sesungguhnya kami beranggapan sial terhadap keberadaan kalian. Apabila kalian tidak berhenti dari dakwah kalian, maka sungguh kami akan melempari kalian dengan batu, dan sesungguhnya kalian akan merasakan siksa yang pedih dari kami.” Mereka (para juru dakwah) pun berkata: “Kesialan yang menimpa kalian itu disebabkan perbuatan maksiat yang kalian lakukan. Apakah bila kalian diberi peringatan (justru kalian beranggapan sial terhadap keberadaan kami?!). Bahkan kalian adalah kaum yang melampaui batas.” (Yaasin: 18-19).

4) Tathayyur adalah perilaku orang-orang Musyrik Jahiliah

Allah mengatakan hal ini dalam salah satu firman-Nya (artinya):

“Dan apabila keberuntungan menyertai mereka (orang-orang musyrik jahiliah -pen) maka mereka berkata: “Keberuntungan ini datangnya dari Allah”. Namun apabila kesialan menimpa mereka, maka mereka berkata: “Kesialan ini muncul akibat (seruan) mu”. Katakanlah: “Keberuntungan dan kesialan itu telah ditetapkan Allah” (an-Nisaa’: 78).

Dari keterangan empat ayat ini, kita dapat mengambil faidah, di antaranya:

  1. a) Bahwa anggapan sial (Tathayyur/ath-Tathayyur) merupakan perilaku buruk yang ada pada sebagian orang kafir. Bahkan menjadi alasan mereka menolak kebenaran.
  2. b) Jawaban yang tegas dan tepat dari para pembawa kebenaran, bahwa kesialan, musibah dan malapetaka itu semata-mata ketetapan takdir Allah, yang disebabkan kemaksiatan manusia.

Jika Tathayyur merupakan perilaku buruk yang ada pada orang-orang kafir, maka tentu kaum Muslimin tidak sepantasnya memiliki perilaku tersebut. Di samping itu, Tathayyur sendiri dilarang keras oleh agama Islam yang suci ini.

Larangan Melakukan Tathayyur

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah ﷺ bersabda (artinya):

“Tathayyur adalah syirik, Tathayyur adalah syirik dan Tathayyur adalah syirik” (H.R Abu Dawud yang dishahihkan asy- Syaikh al-Albani dan asy- Syaikh Muqbil)

Jelas sekali, bahwa Tathayyur adalah perilaku yang sangat dilarang oleh Islam. Bahkan Tathayyur dinyatakan sebagai bentuk kesyirikan. Rasulullah ﷺ menegaskan hal itu sampai tiga kali.

Seseorang yang melakukan Tathayyur berarti ia telah terjatuh dalam perbuatan syirik. Apabila sesuatu yang ia anggap sial itu merupakan SEBAB datangnya kesialan, padahal bukan merupakan sebab, maka ia terjatuh dalam perbuatan Syirik Kecil (Syirkul Ashghar). Namun bila sesuatu yang ia anggap sial itu adalah sesuatu yang mendatangkan kesialan DENGAN SENDIRINYA TANPA KETETAPAN DARI ALLAH, maka ia terjatuh dalam Syirik Besar (Syirkul Akbar).

Jika seseorang telah terjatuh dalam perbuatan syirik, Baik Syirik Kecil maupun Syirik Besar, maka hendaknya bersegera bertaubat kepada Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala bentuk dosa, saat seseorang bertaubat kepada-Nya. Allah berfirman (artinya):

“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang menzalimi diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah akan mengampuni segala bentuk dosa. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (az-Zumar: 53).

Hendaknya orang yang telah melakukan Tathayyur bersegera untuk bertaubat kepada Allah. Bila dirinya belum bertaubat, kemudian AJAL menjemputnya, maka Allah TIDAK mengampuninya. Allah berfirman (artinya): “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni (dosa) kesyirikan dan mengampuni (dosa) yang berada bawah kesyirikan. (Itupun) bagi orang yang Dia kehendaki.” (an-Nisaa: 48 dan 116).

Batasan Tathayyur Termasuk Kesyirikan

Seseorang dinyatakan melakukan kesyirikan karena Tathayyur apabila Tathayyurnya tersebut mencegah dirinya dari menunaikan hajat/keinginan. Rasulullah ﷺ bersabda (artinya):

“Barang siapa yang Tathayyurnya mencegah dirinya (dari menunaikan keinginan), maka dia telah berbuat syirik. “( ash-Shahihah tentang hadis 1065)

Namun apabila Tathayyur tersebut sekedar lintasan sejenak dalam hati atau pikiran, lalu segera dihilangkan, maka dirinya belum dinyatakan terjatuh dalam kesyirikan. Rasullulah ﷺ bersabda (artinya):

“Sesungguhnya Allah memaafkan umatku dari kemaksiatan yang terlintas pada benak mereka, selama belum mereka ucapkan atau amalkan.” (H.R al- Bhukari dan Muslim)

Dengan demikian, bila muncul anggapan sial terhadap sesuatu yang didengar, dilihat, waktu atau tempat tertentu, maka segeralah kita menghilangkannya dengan tawakal sepenuhnya kepada Allah Ta’ala. Tidak membiarkan anggapan sial itu tertanam dalam benak kita, lebih-lebih sampai kita ucapkan atau menghalangi kita dari menunaikan keinginan.

Doa Penghapus Dosa Tathayyur

Tidak dipungkiri bahwa kita sangat mudah terjatuh dalam kesyirikan. Terlebih bila kita jauh dari bimbingan Islam. Jauhnya seseorang dari bimbingan Islam dapat menyebabkan dirinya merasa aman dari perbuatan syirik atau tidak merasa dirinya telah berbuat syirik, temasuk Tathayyur.

Jika seseorang telah melakukan Tathayyur, maka hendaknya membaca doa:

اللَّهُمَّ لاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ، وَلاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

ALLAHUMMA LAA KHAIRO ILLA KHAIRUKA WA LAA THOIRO ILLA THOIRUKA WA LAA ILAAHA GHOIRUKA.

Artinya:

Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang telah Engkau tetapkan. Tidak ada kesialan kecuali kesialan yang telah Engkau tetapkan pula. Dan tidak ada Sesembahan yang berhak disembah dengan benar, kecuali Engkau” [Diriwayatkan oleh Ahmad (2/220), Ibnus-Sunniy (no. 287), Ibnu Wahb dalam Jaami’-nya (no. 656, 657, 659, 660); dari Ibnu ‘Amr. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahiihah (no. 1065).]

Sebagian Contoh Tathayyur Di Sekitar Kita:

1.  Anggapan sial terhadap angka 13.

2. Anggapan sial terhadap suara / hinggapnya burung hantu di tempat tertentu. Atau masuknya kupu-kupu, kelelawar atau tokek ke rumah.

3. Anggapan sial setelah kendaraannya melindas kucing hingga mati.

4. Anggapan sial terhadap malam Jumat Kliwon.

5. Anggapan sial terhadap tempat tertentu baik di darat maupun di laut, karena sering terjadi kecelakaan, atau sering muncul makhluk halus di tempat tersebut.

6. Anggapan sial terhadap bulan Sura (Muharram), sehingga pantangan untuk menyelenggarakan acara pernikahan di bulan tersebut.

 

Wallahu a’lamu bish -Shawaab

 

Sumber: