بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#SifatSholatNabi
#DoaZikir
BOLEHKAH SAYA MELAKUKAN SHALAT HAJAT?
Pertanyaan:
Saya punya masalah ibadah. Saya khawatir bila ibadah saya ini terperosok (ke dalam) kebid’ahan. Di antaranya adalah tentang Shalat Hajat. Tentang status shalat tersebut, adakah dalil yang menguatkannya ataukah tidak?
Jawaban:
Bismillah, was sholatu was salamu ‘ala Rosulillah, amma ba’du,
Hukum mengerjakan Shalat Hajat adalah sunnah, berdasarkan hadis berikut:

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً ضَرِيْرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: اُدْعُ اللهَ أَنْ يُعَافِيْنِيْ، قَالَ: إِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ وَإِنْ شِئْتَ صَبَرْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ. قَالَ: فَادْعُهُ، قَالَ: فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوْئَهُ وَيَدْعُوْهُ بِهَذَا الدُّعَاءِ: اَلَّلهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، إِنِّيْ أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّيْ فِيْ حَاجَتِيْ هَذِهِ لِتَقْضَى لِيْ اَللَّهُمَّ فَشَفَعْهُ فِيْ. قَالَ: فَفَعَلَ الرَّجُلُ فَبَرَأَ.

Dari Utsman bin Hunaif, bahwasanya ada seorang laki-laki buta yang pernah datang kepada Nabi ﷺ seraya berkata: “Berdoalah kepada Allah, agar Dia menyembuhkanku!” Nabi ﷺ bersabda: “Jika engkau menginginkan demikian, saya akan doakan. Tetapi jika engkau mau bersabar, itu lebih baik bagimu.” Lelaki itu menjawab: “Berdoalah!” Maka Nabi ﷺ memerintahkannya supaya berwudhu dengan sempurna dan shalat dua rakaat, lalu berdoa dengan doa ini:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى. اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ

Allohumma innii as aluka wa atawajjahu ilayka bimuhammadin nabiyyirrohmati. Yaa Muhammad, innii qod tawajjahtu bika ilaa robbii fii haajatii hadzihi lituqdho. Allohumma fasyafa’hu fiyya.

Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu, Nabi rahmat. Sesungguhnya, aku menghadap kepada Rabbku denganmu, agar terpenuhi hajatku. Ya Allah, berilah syafaat kepadanya untukku.” Dia berkata: “Lelaki itu kemudian mengerjakan (saran Nabi) lantas dia menjadi sembuh.”
Takhrij hadis:
Shahih. Diriwayatkan Ahmad dalam Musnad-nya, 4:138, Tirmidzi:3578, Ibnu Majah:1384, Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya:1219, Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir, 3:2, dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak:1221.
Tirmidzi berkata: “Hadis ini Hasan Shahih Gharib.” Abu Ishaq berkata: “Hadis ini Shahih.” Al-Hakim berkata: “Sanadnya Shahih,” dan hal ini disetujui oleh Adz-Dzahabi. Syekh Al-Albani juga menilai bahwa hadis ini Shahih, dalam buku beliau At-Tawassul, hlm. 75–76.
Fikih Hadis:

  1. Disyariatkannya Shalat Hajat

Imam Ibnu Majah membuat bab hadis ini dengan perkataannya: “Bab Penjelasan tentang Shalat Hajat.” Demikian juga, Imam Nawawi dalam Al-Adzkar, hlm. 157, dan Imam Al-Haitsami dalam Majma’ Zawaid, 2:565. Ini juga merupakan pendapat Syekh Salim Al-Hilali dan Syekh Masyhur Hasan Salman ketika (beliau berdua) ditanya oleh Al-Akh Abu Ubaidah.

  1. Shalat Hajat Sebanyak Dua Rakaat

Tidak boleh melakukan Shalat Hajat untuk kepentingan yang tidak syari, seperti: untuk belajar tenaga dalam, ilmu hitam, dan sejenisnya.

 
Dikutip dari: Majalah Al-Furqon, Edisi 11, Tahun II, 1424 H.
Dengan pengeditan oleh redaksi www.KonsultasiSyariah.com
 
Sumber: https://konsultasisyariah.com/3861-bolehkah-saya-melakukan-shalat-hajat.html