بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ 
 
BOLEHKAH MANDI JUNUB DENGAN AIR HANGAT?
 
Pertanyaan:
Misalnya ada yang hubungan intim di malam hari, lantas ia menunda mandinya hingga Subuh. Bolehkah menggunakan air hangat atau air panas untuk manji junubnya, karena keadaan saat itu dingin?
 
Jawaban:
Bismmillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du:
 
Bagi orang junub yang tidak memungkinkan untuk mandi dengan air dingin, dibolehkan menggunakan air hangat. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah:
 
Dari Aslam Al-Qurasyiy Al-‘Adawy, mantan budak Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu, beliau bercerita:
 
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَانَ يَغْتَسِلُ بِالْمَاءِ الْحَمِيمِ
 
“Sesungguhnya Umar dahulu mandi dari air yang hangat.” [HR. Abdurrazzaq dalam Mushannaf-nya 675, dan Ibnu Hajar mengatakan sanadnya shahih Fathul Bari, 1:299]
 
Ibnu Hajar menjelaskan:
 
وأما مسألة التطهر بالماء المسخن فاتفقوا على جوازه الا ما نقل عن مجاهد
 
“Masalah bersuci dengan air hangat, para ulama sepakat bolehanya, kecuali riwayat yang dinukil dari Mujahid.” [Fathul Bari, 1:299]
 
Kemudian diriwayatkan dari Atha’, bahwa beliau mendengar Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan:
 
«لَا بَأْسَ أَنْ يُغْتَسَلَ بِالْحَمِيمِ وَيُتَوَضَّأُ مِنْهُ»
 
“Boleh seseorang mandi atau wudhu dengan air hangat.” [HR. Abdurrazzaq dalam Mushannaf-nya, 677]
 
 
Adapun hadis dari Aisyah radhiallahu ‘anha, yang mengatakan:
 
دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ سَخَّنْتُ مَاءً فِي الشَّمْسِ ، فَقَالَ : لَا تَفْعَلِي يَا حُمَيْرَاءُ فَإِنَّهُ يُورِثُ الْبَرَصَ
 
Rasulullah ﷺ masuk menemuiku, sementara saya telah menghangatkan air dengan sinar matahari. Maka beliau ﷺ bersabda: “Jangan kamu lakukan itu wahai Humaira (Aisyah), karena itu bisa menyebabkan penyakit sopak.”
 
Hadis ini disebutkan oleh Ad-Daraquthni (1:38), Ibnu Adi dalam Al-Kamil 3:912, dan Al-Baihaqi 1:6 dari jalan Khalid bin Ismail dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah.
 
Tentang Khalid bin Ismail, Ibnu Adi berkomentar:
 
كَانَ يَضَعُ الْحَدِيثَ
 
“Dia telah memalsukan hadis.”
 
Dalam sanad yang lain, hadis ini juga diriwayatkan dari jalur Wahb bin Wahb Abul Bukhtari dari Hisyam bin Urwah. Ibnu Adi mengatakan: “Wahb lebih buruk dari pada Khalid.”
 
Kesimpulannya, hadis ini TIDAK BISA JADI DALIL karena statusnya hadis yang lemah.
 
Demikian keterangan Ibnu Hajar di At-Talkhish Al-Habir, 1:21.
 
Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia, Al-Lajnah Ad-Daimah pernah ditanya:
“Jenis air yang bagaimana yang digunakan untuk mandi junub? Apakah harus dengan air dingin atau boleh dengan air panas? Bagaimana jika tidak mampu menggunakan air dingin?”
 
Jawab ulama Al-Lajnah Ad-Daimah:
Boleh saja bagi Muslim menggunakan air panas atau air dingin sesuai yang ia anggap maslahat untuk dirinya. Dalam masalah ini begitu longgar untuk memilih. Ingatlah, Islam adalah agama yang memberi kemudahan. Sebagaimana Allah taala berfirman:
 
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
 
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” [QS. Al-Baqarah: 185]
 
Wa billah at-taufiq. (Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah di masa Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah, soal kesepuluh dari fatwa no. 5612)
 
 
 
Sumber:
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
 #mandijanabah #mandijunub #mandiwajib #hukum #pakaiairpanas #pakaiairhangat #thaharah #thoharoh