بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#TazkiyatunNufus

BERUSAHA UNTUK IKHAS DALAM BERAMAL

Definisi Ikhlas

Pengertian Ikhlas Menurut Bahasa

Akar kata Ikhlas dalam bahasa Arab adalah “خلص” , “يخلص”, “خلوصا”

yang jika dalam bahasa Indonesia bermakna : kesucian, kebeningan dan tanpa ada campuran sedikit pun.

Menurut istilah Syar’i (Islam), yang dimaksud dengan makna ikhlas itu ialah mengerjakan ibadah atau kebajikan karena Allah semata-mata dan mengharapkan keridaan-Nya.

Di dalam Alquran, Allah mengibaratkan ikhlas itu laksana susu yang bersih-mumi, yang enak rasanya apabila diminum, bahkan yang dapat menyehatkan dan menyegarkan badan manusia. Allah berfirman:

وَإِنَّ لَكُمْ فِى ٱلْأَنْعَٰمِ لَعِبْرَةً نُّسْقِيكُم مِّمَّا فِى بُطُونِهِۦ مِنۢ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَّبَنًا خَالِصًا سَآئِغًا لِّلشَّٰرِبِينَ

Dan sesungguhnya tentang kehidupan binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih, antara tahi dan darah, yang mudah dan sedap ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. [QS An-Nahl 16:66]

Pada ayat ini, Allah memberikan contoh tentang ikhlas itu laksana susu murni binatang ternak. Sebelum menjadi susu murni, yaitu tatkala masih berada dalam perut binatang, susu itu terdiri dari dua zat yang kotor dan tidak memberikan faidah, yaitu tahi dan darah. Setelah melalui proses, maka terjadilah susu yang bersih-murni, tidak bercampur dengan kotoran dan zat-zat lainnya. Allah mengibaratkan bahwa sesuatu amal yang ikhlas tak ubahnya laksana susu murni itu.

Di Antara Dalil-Dalil Ikhlas dalam Alquran

Allah ta’ala berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ ٥

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecualisupaya beribadah kepada Allah, dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus… [QS Al-Bayyinah : 5]

Allah ta’ala berfirman:

 ….فَٱعۡبُدِ ٱللَّهَ مُخۡلِصٗا لَّهُ ٱلدِّينَ ٢ أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلۡخَالِصُۚ …….. ٣

Artinya: ….maka beribadahlah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)….. [QS Az-Zumar : 2-3]

Allah ta’ala juga berfirman:

قُلۡ إِنِّيٓ أُمِرۡتُ أَنۡ أَعۡبُدَ ٱللَّهَ مُخۡلِصٗا لَّهُ ٱلدِّينَ ١١

Artinya: Katakanlah, sesungguhnya aku diperintahkan supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaantan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama. [QS Az-Zumar : 11]

Pengertian Ikhlas Menurut Para Ulama

Para ulama menjelaskan ikhlas dengan beberapa pengertian, namun sebenarnya hakikatnya sama. Berikut perkataan ulama-ulama tersebut. [Kami ambil perkataan-perkataan ulama tersebut dari kitab At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, An Nawawi, hal. 50-51, Maktabah Ibnu ‘Abbas, cetakan pertama, tahun 1426 H]

Abul Qosim Al Qusyairi mengatakan: “Ikhlas adalah menjadikan niat hanya untuk Allah dalam melakukan amalan ketaatan. Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Sehingga yang dilakukan bukanlah ingin mendapatkan perlakuan baik dan pujian dari makhluk . Atau yang dilakukan bukanlah di luar mendekatkan diri pada Allah.”

Abul Qosim juga mengatakan: “Ikhlas adalah membersihkan amalan dari komentar manusia.”

Jika kita sedang melakukan suatu amalan, maka hendaklah kita tidak bercita-cita ingin mendapatkan pujian makhluk. Cukuplah Allah saja yang memuji amalan kebajikan kita. Dan seharusnya yang dicari adalah rida Allah, bukan komentar dan pujian manusia.

Hudzaifah Al Mar’asiy mengatakan: “Ikhlas adalah kesamaan perbuatan seorang hamba antara zahir (lahiriyah) dan batin.” Berkebalikan dengan riya’. Riya’ adalah amalan zahir (yang tampak) lebih baik dari amalan batin yang tidak ditampakkan. Sedangkan ikhlas, minimalnya adalah sama antara lahiriyah dan batin.

Dzun Nuun menyebutkan tiga tanda ikhlas:

  • Tetap merasa sama antara pujian dan celaan orang lain.
  • Melupakan amalan kebajikan yang dulu pernah diperbuat.
  • Mengharap balasan dari amalan di akhirat (dan bukan di dunia).

Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan: “Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’. Beramal karena manusia termasuk kesyirikan. Sedangkan ikhlas adalah engkau terselamatkan dari dua hal tadi.”

Ada empat definisi dari ikhlas yang bisa kita simpulkan dari perkataan ulama di atas:

  • Meniatkan suatu amalan hanya untuk Allah.
  • Tidak mengharap-harap pujian manusia dalam beramal.
  • Kesamaan antara sesuatu yang tampak dan yang tersembunyi.
  • Mengharap balasan dari amalannya di Akhirat.

 

Sumber: https://rumaysho.com/654-berusaha-untuk-ikhlas.html dengan sedikit penambahan oleh tim redaksi Nasihat Sahabat.