Balasan dari Keburukan Adalah Keburukan Setelahnya Sebagaimana Balasan dari Kebaikan Adalah Kebaikan Setelahnya

Sesungguhnya kemaksiatan atau keburukan akan menumbuhkan kemaksiatan atau keburukan yang semisalnya, dan melahirkan kemaksiatan atau keburukan lainnya. Maka hendaklah kita berhati-hati dan memohon pertolongan kepada Allah. Hal ini sesuai realita, yang mungkin kita juga pernah mengalami, di mana maksiat atau keburukan yang satu dapat mengantarkan pada maksiat lainnya, jika maksiat pertama tidak diiringi dengan taubat, kembali pada Allah dan beristighfar.

Demikianlah yang namanya dosa, akan terus tumbuh dan bertambah, jika seorang hamba enggan untuk bertaubat. Setan akan terus menggelincirkan seorang hamba karena maksiat yang ia lakukan. Ingatlah hal ini, jangan pernah menyandarkan diri kita terhadap apa yang ada dalam hati kita yaitu berupa kuatnya iman, misalnya, sehingga memunyai dan berkeyakinan, bahwa setan tak akan bisa menguasai diri kita, menggelincirkan kita atau kita berkeyakinan bahwa kita tak akan tergoda hawa nafsu yang menyuruh kepada keburukan atau kemaksiatan. Namun hendaklah kita selalu kembali kepada Allah dan memohon ketetapan atau istiqamah kepada-Nya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian para Ulama Salaf (generasi shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in):

“Sesungguhnya di antara balasan dari keburukan adalah keburukan setelahnya, sebagaimana balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.”

Salah satunya dari sahabat Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu :

كان شداد بن أوس رضي الله عنه يقول: “إذا رأيت الرجل يعمل بطاعة الله فاعلم أن لها عنده أخوات, وإذا رأيت الرجل يعمل بمعصية الله, فاعلم أن لها عنده أخوات, فإن الطاعة تدل على أختها وإن المعصية تدل على أختها (فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى)

“Jika kamu melihat seorang yang mengerjakan ketaatan kepada Allah, maka ketahuilah bahwa ketaatan tersebut mendatangkan saudara-saudara lainnya (maksudnya ketaatan-ketaatan lainnya) baginya. Dan jika kamu melihat seorang yang mengerjakan maksiat kepada Allah, maka ketahuilah bahwa maksiat tersebut mendatangkan saudara-saudaranya (maksudnya maksiat-maksiat lainya) baginya. Krena sesungguhnya, sebuah ketaatan menunjukkan kepada saudaranya (maksudnya ketaatan lainnya) dan sebuah maksiat  menunjukkan kepada saudaranya (maksudnya maksiat lainnya).

Allah berfirman:

 (فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى)

Artinya: “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa”. “Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga)”. “Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. “Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup”. “Serta mendustakan pahala yang terbaik”. “Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar”. [QS. Al Lail: 5-10] [Silahkan Lihat kitab Al Mafshal fi fiqh Ad Da’wat Ila Allah, 3/79]

Hendaklah dan marilah kita selalu kembali kepada Allah dan memohon ketetapan atau istiqamah kepada-Nya dan memerbanyak taubat serta beristighfar.

Terakhir, mari kita selalu mengingat hal sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ » . فَقَالَ بِهِ هَكَذَ

“Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung. Dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini–, maka lalat itu terbang” [HR. At-Tirmidzi no. 2308]

Semoga bermanfaat.

 

Penulis: Yahya Nursidik

 

http://tashfiyah.or.id/1767-balasan-dari-keburukan-adalah-keburukan-setelahnya-sebagaimana-balasan-dari-kebaikan-adalah-kebaikan-setelahnya.html