#DakwahTauhid
#UntukYangMengakuHabib
ALLAH MENYEDIAKAN PAHALA SESUAI DENGAN AMAL PERBUATAN, BUKAN KARENA NASAB

  • Apakah Habib Itu Keturunan Nabi?
  • Apakah Keturunan Nabi itu Terjaga dari Kesalahan?
  • Hubungan Dekat dengan Rasul ﷺ Itu Diperoleh dengan Ketakwaan dan Amal Saleh, Bukan dengan Nasab
  • Kemuliaan Nasab Mengikut Kepada Kemuliaan Iman

Kemuliaan nasab itu mengikut kepada kemuliaan iman. Barang siapa yang diberi oleh Allah kedua hal tersebut, maka dia telah menggabungkan antara dua kebaikan. Dan barang siapa yang tidak diberi taufik untuk beriman, maka tidak bermanfaat sedikit pun kemuliaan nasabnya. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu”. (QS. Al-Hujurat: 13)
Nabi ﷺ bersabda dalam akhir hadis yang panjang yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya, No. 2699 dari Abu Hurairoh radliyallahu’anhu:

و من بطأ به عمله لم يسرع به نسبه

“Barang siapa yang diperlambat oleh amal perbuatannya, maka nasabnya tidak bisa memercepatnya”
Al Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata seraya menjelaskan hadis di atas dalam kitab beliau Jami’ al ‘Ulum wa al-Hikam, hlm. 308: Maknanya, bahwa amal perbuatan itulah yang menjadikan seorang hamba sampai kepada derajat (yang tinggi) di akhirat, sebagaimana firman Allah:

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِّمَّا عَمِلُوا وَمَارَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

“Dan masing-masing orang memeroleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya” (QS. Al-An’am: 132)
Barang siapa yang lambat amal ibadahnya untuk sampai kepada kedudukan yang tinggi di sisi Allah, maka nasabnya tidak bisa memercepatnya, untuk menyampaikannya kepada derajat tersebut. Sesungguhnya Allah menyediakan pahala sesuai dengan amal perbuatan, BUKAN karena nasab, sebagaimana firman Allah:

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلآ أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلاَيَتَسَآءَلُونَ

“Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab antara  mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya”. (QS. Al-Mukminun: 101)
Dan Allah ta’ala telah memerintahkan untuk bersegera menuju ampunan dan rahmat-Nya dengan berbuat amal ibadah, sebagaimana firman-Nya:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ { 133} الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ {134

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Ali ‘Imron: 133-134)
Dan firman-Nya:

إِنَّ الَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ {57} وَالَّذِينَ هُم بِئَايَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ {58} وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لاَيُشْرِكُونَ {59} وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ {60} أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ {61

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka. Dan orang-orang yang tidak memersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun). Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memerolehnya.” (QS. Al-Mukminun: 57-61)
Kemudian beliau (Imam Ibnu Rajab rahimahullah) menyebutkan dalil-dalil tentang anjuran untuk beramal saleh, dan bahwasanya hubungan dekat dengan Rasul ﷺ itu diperoleh dengan ketakwaan dan amal saleh. Lalu beliau menutup pembahasan tersebut dengan hadis ‘Amr bin al-‘Ash radliyallahu’ahu yang tercantum dalam Shahih Bukhori, No. 5990 dan Shahih Muslim, No. 215, beliau berkata: Yang menguatkan hal ini semua adalah apa yang tercantum dalam Shahih Bukhori dan Muslim dari ‘Amr bin al-‘Ash radliyallahu’anhu, bahwasanya dia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya keluarga Abu Fulan bukan termasuk wali-wali (orang terdekat)-ku. Sesungguhnya waliku adalah Allah dan orang-orang yang saleh dari orang-orang yang beriman”.
Ini mengisyaratkan, bahwa kedekatan dengan Rasulullah ﷺ tidak bisa diraih dengan nasab, meskipun dia adalah kerabat beliau ﷺ. Akan tetapi, semuanya itu diraih dengan iman dan amal saleh [2]. Barang siapa yang lebih sempurna keimanannya dan amal salehnya, maka dia lebih agung kedekatannya dengan beliau ﷺ, baik dia punya kekerabatan dengan beliau ﷺ atau tidak. Hal ini senada dengan apa yang diucapkan oleh seorang penyair:

  • Sungguh, tidaklah manusia itu (dimuliakan) melainkan dengan agamanya
  • Maka janganlah engkau meninggalkan ketakwaan, dan hanya bersandar kepada nasab
  • Sungguh, Islam telah mengangkat derajat Salman (al-Farisi) dari Persia
  • Dan kesyirikan menghinakan Abu Lahab, yang memiliki nasab (yang tinggi).

Sumber: